Sri Sultan Hamengkubuwono X dikenal sebagai sosok yang dekat
dengan rakyatnya. Ia menyadari dirinya bukan sekadar Raja Kesultanan
Yogyakarta Hadiningrat, tetapi juga pemimpin dan pelindung bagi rakyat
Yogya.

Maka tak heran bila seringkali ia terlihat berada di tengah-tengah
rakyatnya. Seperti ketika reformasi bergulir tahun 1998. Sejak 14 Mei
1998, ia benar-benar turun ke jalan bersama rakyat Yogya menyuarakan
reformasi. Ia tampil dan berpidato di berbagai tempat “Yogja harus
menjadi pelopor gerakan reformasi secara damai, tanpa kekerasan”
pesannya.

Peristiwa seorang Raja Yogya turun ke jalan dan ikut aksi demonstrasi
bisa dibilang sangat jarang terjadi. Tapi Sri Sultan Hamengkubuwono X
membuat sejarah itu. Ia menjelaskan, aksinya turun ke jalan bukan tanpa
alasan. “Jika pemimpin tidak benar, kewajiban saya untuk mengingatkan.
Karena memang kebangetan (keterlaluan), ya tak pasani sesasi tenan (ya
saya puasai sebulan penuh),” katanya.

Puasa itu dimulai 19 April dan berakhir 19 Mei 1998 saat Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Sri Paku Alam VIII
tampil bersama menyuarakan “Maklumat Yogyakarta”, yang mendukung
gerakan reformasi total dan damai. Itu yang dia sebut ngelakoni. Pada
akhir puasa, ia mengaku mendapat isyarat kultural “Soeharto jatuh,
manakala omah tawon sekembaran dirubung laron sak pirang-pirang”
(sepasang sarang tawon dikerumuni laron dalam jumlah sangat banyak),”
terangnya.

Sri Sultan Hamengkubuwono X lahir di Keraton Yogyakarta Hadiningrat tanggal 2 April 1946 dengan nama “Bendoro Raden Mas (BRM) Herjuno Darpito”. Setelah dewasa bergelar “Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi” dan setelah diangkat sebagai putra mahkota diberi gelar “Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Aryo (KGPAA) Hamengku Negara Sudibyo Rajaputra Nalendra ing Mataram”.

Sri Sultan Hamengkubuwono X adalah anak tertua Sri Sultan Hemengkubuwono IX dari istri kedua, Kanjeng Raden Ajeng (KRA) Widyaningrum. Ia menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Ia resmi dinobatkan sebagai raja pada tanggal 7 Maret 1989 atau
sekira lima bulan setelah ayahanda tercintanya meninggal dunia di
Washington DC, Amerika Serikat, pada 1 Oktober 1988. Gelar kebangsawanan
Sri Sultan Hamengkubuwono X adalah “Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun
Kanjeng Sri Sultan Hamengku Buwono Senapati ing Alogo Ngabdurrokhman
Sayidin Panatagama Khalifatullah ingkang Jumeneng Kaping Dasa”.

Menjadi Gubernur Yogyakarta

Setelah ayahnya mangkat, jabatan Gubenur Daerah Istimewa (DIY) Yogyakarta dipegang oleh wakilnya, Sri Paku Alam VIII
hingga wafat pada 3 Oktober 1998. Sejak itu jabatan gubernur dan wakil
gubernur resmi ditetapkan dan dirangkap oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X
sampai tahun 2003.

Pada tahun 2003 beliau ditetapkan lagi, setelah terjadi beberapa
pro-kontra, sebagai Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta untuk masa
jabatan 2003-2008. Kali ini beliau didampingi Wakil Gubernur yaitu Paku
Alam IX.

Sebelum masa jabatannya berakhir, terjadilah dinamika politik. Selama
tahun 2007 dua kali Sri Sultan pernah menyatakan diri tak ingin lagi
menjabat gubernur. Yang pertama dalam acara ulang tahun dirinya ke-61
tanggal 2 April 2007 dan yang kedua dalam acara pisowanan agung 18 April
2007.

Pernyataan itu tak lepas dari polemik yang saat itu telah berkembang
tentang apakah jabatan gubernur dan wakil gubernur ditetapkan atau
dipilih (pemilu daerah).

Sampai ketika jabatannya berakhir tahun 2008 polemik belum juga
berakhir atau memutuskan secara bulat mengenai status Gubernur dan Wakil
Gubenur Yogyakarta. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemudian
memperpanjang masa jabatan Gubernur dan Wakil Gubenur Yogyakarta sampai
2011, dengan perkiraan sebelum tahun 2011 Rancangan Undang-Undang
Keistimewaan (RUUK) Yogyakarta yang berisi mekanisme penentuan gubernur telah disahkan DPR.

Rupanya RUUK itu ditolak oleh rakyat
Yogya. Mereka menuntut agar jabatan Gubernur dan Wakil Gubenur
Yogyakarta langsung ditetapkan kepada Sri Sultan Hamengkubuwono X dan
Sri Paku Alam VIII, bukan dipilih melalui pemilu daerah.

Menyaksikan dukungan rakyat Yogya begitu besar untuknya, tanpa
sungkan lagi-lagi ia memilih berdekatan dengan rakyatnya. Berjuang
bersama menyuarakan keistimewaan Yogyakarta.(yayat)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?36212

Untuk

melihat artikel Profil lainnya, Klik
di sini

Mohon
beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported

by :