KabariNews – Bali tak hanya populer dengan makanan seafood Jimbaran yang terkenal atau arak Bali yang sering sebagai oleh-oleh wisatawan yang datang ke pulau Dewata itu. Namun ada minuman unik yang jarang orang tahu. Namanya Loloh. Konon, loloh adalah minuman tradisional yang diminum kalangan ningrat di Bangli – Bali, khususnya ketika kerajaan-kerajaan di wilayah Bali masih berjaya.

Loloh dalam bahasa Bali artinya jamu. Jangan bayangkan jamu yang pahit dan tak enak. Loloh sangat menyegarkan tenggorokan. Apalagi jika dicampur es. Rasanya juga unik, mirip permen nano-nano; pedas, asam, asin dan manis bercampur jadi satu. Cara membuat minuman loloh sangat mudah, daun cem-cem (semacam kedondong) dicuci bersih kemudian diremas atau dihaluskan dan ditambah air hangat sesuai kebutuhan. Kemudian dicampur kayu manis, daun sirih, jarak pagar, daun dhadhap dan disajikan dengan air kelapa dan gula aren. Jadilah rasa yang ramai; enam rasa!

Tak semua daerah di Bali bisa ditemukan loloh. Terbanyak adalah di kabupaten Bangli. Di daerah ini diyakini sebagai sumber asal minuman loloh cem-cem. Kebiasaan masyarakat Bangli mengkonsumsi loloh cemcem tak lepas dari keberadaan tanaman herbal ini yang sangat banyak.”Tanpa menanam, kita bisa mengambilnya di kebun karena tanaman ini biasa tumbuh liar. Hanya dipetik daunnya tak terlalu banyak, besok bisa tumbuh lagi,”ungkap Jero Pitarsi, seorang penduduk lokal. Loloh daun cemcem ini dapat membantu menurunkan tekanan darah, melancarkan pencernaan juga baik untuk ibu menyusui.

Loloh yang paling segar bisa kita peroleh di kedai Pak Bagong di jalur wisata Gunung Batur Kintamani. Dari Denpasar berkendaralah ke pusat kota Gianyar. Jika sudah sampai di Gianyar, cari jalan Astina Timur. Susuri jalan itu sampai pertigaan lampu merah menuju Klungkung dan Bangli. Ambil arah ke Bangli dan ikuti saja hingga ke jalan I Gusti Ngurah Rai. Di sebelah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) terdapat jalan LC Subak Aya. Kira-kira 50 meter dari mulut jalan, kita akan menemukan warung pak Bagong di sebelah kiri jalan.

Meski loloh bisa didapatkan di tempat lain di Bangli, di kedai Pak Bagonglah yang terkenal. Warung ini buka pukul 8 pagi hingga 8 malam dan berdaya tampung 150 orang. Puncak serbuan pengunjung biasa terjadi pada saat makan siang dan malam. Menurut pemilik kedai Pak Bagong , Wayan Sukamara, pelanggan tak hanya berasal dari Bangli tapi juga Denpasar dan Gianyar. Termasuk turis asing dan lokal yang sedang berlibur di pulau Dewata. “Yang kesini umumnya adalah wisatawan sesudah dan sebelum ke Kintamani,” katanya.

Selain loloh, kita bisa memperoleh makanan khas lain di kedai itu yaitu Nila bumbu Nyatnyat. Nila adalah ikan air tawar hasil budidaya danau Kintamani. Dalam bahasa Bali, Nyat berarti kering. Nila nyatnyat secara umum dapat dikatakan sejenis masakan kare, tetapi tanpa santan. Sebelum dicampur bumbu dan dipanaskan hingga kuahnya mengering, nila digoreng setengah matang terlebih dahulu sehingga membuat ikannya lebih empuk, dagingnya tidak terlalu lembek, dan aromanya menjadi lebih keluar.

”Nila yang kami jual juga hasil ternak dari Danau Batur. Konsumen bilang rasanya khas danau sehingga tidak bau tanah,” kata Pak Bagong. Danau Batur memang banyak menjadi tempat ternak nila dengan sistem keramba apung.Nila nyatnyat memang tidak lazim dalam menu tradisi Bali. Biasanya bahan dasar nyatnyat memakai belut atau kulen (belut putih), yang terkenal di kawasan Bali Barat.

Namun, setelah makan nila nyatnyat atau nila goreng, segarkan tenggorokan dengan es loloh. “Saya sajikan loloh selain nila nyatnyat agar minuman khas desa Penglipuran Bangli ini, dikenal oleh masyarakat luar, “ katanya. Harga nila nyat-nyat Rp 25.000 dengan berat sekitar setengah kilo, sedangkan es loloh hanya Rp 3.000.

Apa yang diracik oleh Wayan Sukamara dengan mengeksplorasi potensi kuliner di sekitar danau, boleh jadi ”penemuan” spesial, yang akhirnya menjadi pelengkap agenda wisata di sekitar kawasan Batur dan Kintamani.
(Indah)