KabariNews – Pada tanggal 25 Oktober 2014, masyarakat Indonesia di Los Angeles (LA) bertatap muka untuk pertama kalinya dengan Konsul Jenderal RI yang baru, Umar Hadi. Dalam pidatonya yang pertama di hadapan warga Indonesia di LA, ia berkomitmen untuk bekerja keras, bekerja cermat, dan bekerja sama dengan semua pihak demi KJRI LA yang lebih baik fisik, jiwa, dan semangatnya. Ia juga berkomitmen untuk membangun sistem perlindungan dan pelayanan publik yang lebih baik sembari mempromosikan Indonesia yang baru di Amerika Serikat. Sebagai seorang diplomat karir di Kementerian Luar Negeri, diplomat kelahiran Bogor 47 tahun silam ini banyak ditugaskan di wilayah Eropa. Berikut adalah beberapa penugasannya di Kementerian Luar Negeri sebelum menjabat sebagai Konjen RI di LA:

• Direktur Eropa Barat, Kementerian Luar Negeri (2012-2014),
• Wakil Kepala Perwakilan (DCM) di KBRI Den Haag, Belanda (2009-2012),
• Direktur Diplomasi Publik (2005-2009),
• Kepala Bagian Informasi dan Media di Biro Administrasi Menteri (2001-2005),
• Sekretasris Ke-2 di PTRI Jenewa, Swiss (1996-2001).

Lulusan Fletcher School of Law and Diplomacy ini juga acap kali dipercaya untuk ambil bagian dalam delegasi Indonesia di berbagai forum negosiasi dan konferensi internasional. Sejak tahun 2008, sang Konjen juga duduk di Dewan Penasehat Institute for Peace and Democracy, badan pelaksana Bali Democracy Forum.

Di samping diplomasi, suami Siti Nila Purnama Hadi ini gemar membaca sejarah dunia dan juga aktif menulis. Beberapa tulisan dan editannya , antara lain: Islam in Indonesia: A to Z Basic Reference (2009), Indonesia and World Peace (2008), Indonesian Masterpieces at Home and Abroad (2008), dan The Linggarjati Conference: A History Book for Children (2007).

Di penghujung satu tahun kepemimpinannya mengepalai Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Los Angeles, sang Konsul Jenderal berkenan menerima Stanley Chandra dari Kabari News untuk berbagi kisah perjalanannya sebagai seorang diplomat karir hingga menjadi Konjen RI di Los Angeles.

Inspirasi sebagai seorang diplomat

Konjen Umar mengungkapkan bahwa kegemarannya membaca sejarah dunia secara tidak langsung menghantarkannya pada pilihan karir sebagai diplomat yang telah digelutinya selama 22 tahun. Fenomena peperangan yang banyak mewarnai buku-buku sejarah memunculkan sebuah pertanyaan baginya tentang bagaimana cara mencapai suatu perdamaian. Berangkat dari fenomena tersebut, ia tertarik untuk mempelajari penyelesaian konflik dan pemeliharaan perdamaian karena ia memahami bahwa konflik hanya membawa kesengsaraan dan perdamaianlah yang dapat membawa kemajuan. Alhasil, ia pun mengambil S-1 dengan mata kuliah Hubungan Internasional.

Diplomat teladan bagi seorang Umar Hadi

Sang diplomat mengaku ada banyak tokoh yang ia kagumi dan pelajari. Kegemarannya membaca biografi memperkenalkannya pada ketokohan dan kepemimpinan seorang Ratu Elizabeth, Abraham Lincoln, Thomas Jefferson, dan Gandhi. Ia juga mencontohkan beberapa tokoh nasional, seperti Soekarno, Mohammad Hatta, dan Sutan Sjahrir. Benang merah dari semua biografi tokoh yang ia dalami menunjukkan kemampuan para pemimpin dunia tersebut untuk memikirkan nasib orang banyak dan bermanfaat bagi masyarakat luas. Di samping mantan Menteri Luar Negeri Ali Alatas dan Hassan Wirajuda, ia menambahkan bahwa ia juga mengagumi banyak diplomat dari berbagai era dan negara,

Suka duka sebagai Konjen RI di Los Angeles

Menurutnya, tidak ada unsur duka selama memimpin KJRI Los Angeles. Lalu, ia pun berkilas balik ke masa-masa persiapannya sebelum tiba di Los Angeles di mana dokumen mengenai KJRI LA, staff, dan kondisi keuangannya ia dalami secara seksama. Sang Konjen juga menekankan kembali 3 prioritas kerjanya, yakni:
1. Menjadikan KJRI LA sebuah kebanggaan warga Indonesia,
2. Melindungi dan mengayomi warga Indonesia di bawah wilayah kerjanya,
3. Mempromosikan nama Indonesia dan tidak sekedar berdagang.

Ia juga menuturkan bahwa mimpinya untuk menjadikan gedung KJRI LA di bilangan Wilshire Boulevard yang bisa merepresentasikan Indonesia baru juga belum sepenuhnya terwujud. Menurutnya, ada 3 tertib yang diperlukan untuk mewujudkannya, yaitu tertib waktu, tertib fisik, dan tertib administrasi. Di samping itu, ada 5 unsur penting bangunan yang harus dipenuhi, antara lain safety, aman, fungsional, efisiensi, dan estetikanya. Ia pun mengakui bahwa hanya 2 unsur yang telah terpenuhi sejauh ini, yakni safety dan keamanan. Beberapa saat lalu, pihak KJRI tidak segan-segan mengundang pemadam kebakaran kota LA untuk mengaudit safety gedung KJRI LA dan melakukan simulasi kebakaran yang pertama kali.

Beberapa programnya yang telah membuahkan hasil, antara lain penataan kembali ruang pelayanan masyarakat yang rapi dan pelayanan masyarakat melalui system piket pegawai. Semua staf KJRI LA harus mengerti semua urusan lantaran setiap orang mendapat giliran piket, termasuk sang Konjen. Ia juga telah melakukan berbagai proses negosiasi untuk membantu pengusaha-pengusaha Indonesia dalam mengatasi deadlock di Pelabuhan Los Angeles.

Ke depan, ia berinisiatif untuk membenahi sistem server demi keamanan data yang ada. Ia juga memiliki ide untuk membuat server website sendiri sekaligus website KJRI LA yang mobile friendly. Ia mengaku juga sedang menjajaki kerjasama di bidang pendidikan keperawatan dengan University of Nevada, Las Vegas (UNLV) yang bertujuan agar perawat-perawat Indonesia bisa mendapatkan sertifikat yang memenuhi standar Amerika.

Pengalaman sebagai DCM Alm. Junus Effendi (Fanny) Habibie dan Retno Marsudi

Ia merasa sangat beruntung mendapatkan mentor-mentor yang hebat selama berkarir di dunia diplomasi. Ia sangat menghormati kedua tokoh. Menurutnya, gaya kepemimpinan keduanya sedikit berbeda di mana Alm. Fanny Habibie cenderung tegas dan Menlu Retno lebih kalem tetapi perhitungan. Namun, satu hal yang menonjol di antara keduanya adalah bahwa kerja itu tidak hanya dengan pikiran, tetapi juga harus dengan hati. Pendekatan yang tulus dan manusiawi itu sangat efektif dan berdampak luar biasa.

Pesan untuk masyarakat Indonesia di wilayah kerja KJRI LA

Tiga pesan yang hendak disampaikan sang Konjen dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Merawat dan memeilihara ke-Indonesiaan yang menjunjung nilai-nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika tanpa pandang bulu apa passport orang Indonesia tersebut. Ke-Indonesiaan berkenaan dengan konsep Indonesia sebagai imajinasi para pendiri bangsa. Dengan modal ke-Indonesiaan itulah, Konjen Umar mengharapkan insan Indonesia dapat berkontribusi pada lingkungan sekitar.
2. Mendepankan persatuan Indonesia sebagai sumber kekuatan dan menjadikan perbedaan atau keragaman yang ada sebagai pemersatu.
3. Memperlakukan pihak KJRI LA sebagai saudara melalui pendekatan pelayanan dan perlindungan masyarakat. Pihak KJRI bersedia untuk memfasilitasi promosi kebudayaan dan perdagangan di samping menjalankan fungsi-fungsi yang lain.

Di penghujung wawancara, sang Konjen juga mengajak seluruh warga untuk membangun hubungan persaudaraan dan tali silaturahmi yang sebaik dan seerat mungkin. (1014)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/80578

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Hosana

 

 

 

 

kabari store pic 1