Seminggu sebelum Peristiwa September 11, 2001, Pastor Seth
(34), bersama Stepanie, istrinya mulai memimpin Gereja Reformed di
Highland Park, New Jersey.

Pastor muda asal Vermont ini, pertama kali mengenal orang Indonesia
di gerejanya, ketika Harry Pangemanan(41), mau melibatkan putrinya di
satu acara gereja di tahun 2001. Semenjak itulah, Pastor Seth mulai
bergaul dengan lebih banyak lagi orang Indonesia. Apalagi, di setiap
minggu sore ada satu jemaat Indonesia yang memakai gedung gerejanya dan
ada enam lagi jemaat Indonesia di New Jersey tengah.

Tahun 2002, John Ashcroft, Jaksa Agung AS, mewajibkan semua imigran
yang berasal dari negara-negara muslim untuk mendaftarkan diri ke
Imigrasi (NSEERS). Tak terkecuali imigran
Nasrani asal Indonesia. “Kalau tidak melapor, mereka akan diburu
sebagai buronan teroris”, katanya mengenang.

Jemaat Indonesia di New Jersey panik dan meminta nasehat Pastor Seth
bagaimana merespons aturan tadi. Sejak itulah Pastor Seth mulai tahu
kebanyakan orang Indonesia ini punya masalah imigrasi.

“Saya segera meyakinkan mereka bahwa saya berada di pihak mereka dan agar jangan takut”, ujarnya.

Niat baik melapor diri ke pemerintah AS ini ternyata berbuntut pahit belakangan.

Senin dini hari 6 Maret 2006, pasukan buru sergap ICE
menghambur ke kompleks apartemen tiga gedung di Avenel, New Jersey.
Banyak warga Indonesia yang tinggal di pemukiman ini. Sebagian menjawab
gedoran pintu dan ditangkap. Sebagian selamat, mengunci diri ketakutan
di balik pintu apartemen.

ICE memberitakan, bahwa Senin itu mereka
menangkap 35 buronan imigrasi asal Indonesia. Satu setengah bulan
kemudian, mereka dideportasi ke Indonesia. Anak-anak orang Indonesia
yang kelahiran Amerika ini hidup tanpa ibu atau ayahnya.

Pastor Seth segera memprotes keras pemberitaan itu.

“Boleh saja mereka menjuluki 35 orang ini buronan imigrasi, tetapi
buat saya mereka adalah ayah-ayah yang bermain di kotak pasir sepulang
gereja malam sebelumnya,” kata ayah 3 anak ini tegas.

Serangan fajar di Avenel itu tak ayal lagi meneror komunitas
Indonesia di kawasan New Jersey. Dan, Pastor Seth mulai sangat terlibat
dengan urusan imigrasi warga Indonesia di sana. Dia membuka pintu
gerejanya sebagai tempat pengungsian warga Indonesia yang takut
ditangkap Imigrasi.

Di tahun 2009, Pastor Seth yang vokal ini berhasil menembus birokrasi Obama di Washington dan meyakinkan ICE lokal di New Jersey untuk memberlakukan program Order of Supervision selama 2 tahun, sebagai alternatif terhadap penahanan imigran Indonesia yang rekornya bersih.

Melalui kesepakatan khusus tadi, warga Indonesia wajib lapor ke ICE, tapi juga diberi izin kerja dan SIM sembari mencari untuk kasus imigrasinya.

Kesepakatan khusus tadi sudah berakhir, dan Pastor Seth dan para
pendukungnya tidak putus harapan. Menyelamatkan keluarga Indonesia di
Amerika, Rancangan Undang Undang 3590 di Kongress AS tidak lepas dari
campur tangannya. Inti RUU ini memberikan peluang agar WNI
yang lari dari penganiayaan agama di Indonesia antara 1997 dan 2002
mengajukan lagi klaim suakanya, yang semula ditolak gara-gara diajukan
lewat dari setahun setelah sampai di AS.

Lewat facebook, milis, rilis imigrasi, lobi, konperensi pers, khotbah
dan doa, Pastor Seth aktif membela keluarga Indonesia di Amerika yang
bermasalah dengan imigrasi. Dia jelas bukan Pengacara Imigrasi, tapi
dengan lantang menyuarakan jeritan imigran Indonesia di Amerika.

“Mengikuti langkah Kristus, saya yakin kita seharusnya tidak sekedar
menjadi penonton di pinggir saja, tapi langsung terlibat menghadapi
ketidakadilan, “ ungkap penerima Penghargaan Martin Luther King dari
Walikota Highland Park itu.(Peter Phwan)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37739

Untuk
melihat artikel Amerika / Profiles lainnya, Klik
disini

Mohon
beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported

by :