Perayaan Lebaran selalu penuh keriaan apalagi bisa berkumpul
dengan keluarga besar. Tapi bagaimana dengan mereka yang hidup jauh di
negara orang? Tentu rasanya berbeda tak bisa menikmati tradisi berpuasa
dan berlebaran seperti di Indonesia. Sama halnya bagi Hadijah Febriah
yang selama tiga tahun ini selalu merayakan hari kemenangan umat Muslim
itu di Amerika.

Hadijah mengaku, setiap memasuki bulan puasa selalu rindu dengan
suasana di Indonesia. Dengan acara kumpul bersama keluarga besarnya,
berbuka bersama, serta bertarawih bersama baik di rumah maupun di
masjid. Meski sekarang ini Hadijah menghabiskan bulan puasa dan
berlebaran bersama suami, adik ipar bahkan sesekali bersama teman-teman,
tapi suasana keriaan di Indonesia, tepatnya di Jakarta, selalu
dirindukannya. Namun, Hadijah bersyukur rumahnya di Indialantic,
Florida, tidak jauh dari masjid di Melbourne yang memiliki tradisi
kumpul bersama untuk berbuka puasa dan tarawih. “Masjid itu jaraknya
hanya lima menit dari rumah. Tapi terus-terang bayangan masjid yang ada
dikepalaku seratus persen berubah setelah bermukim di sini,” akunya.

Islamic Society of Brevard County (ISBC) terletak di 550 E Florida Ave , Melbourne, Florida ini tak hanya sekedar masjid, tapi juga community center lengkap dengan Islamic Sunday School. Di sini terbagi ruangan untuk wanita dan pria, khusus di bagian wanita, ruangan dibagi menjadi ruang sholat dan multifunction room serta memiliki tradisi kumpul bersama setiap hari di bulan Ramadan.

Kegiatannya adalah sholat maghrib berjamaah, disusul Iftar (berbuka
puasa), makan malam, kemudian dilanjutkan dengan tarawih. Di akhir
minggu, sebelum Iftar diisi dengan ceramah selama 30 menit, kemudian
diskusi singkat. Tarawih di sini 8 rakaat dan 3 rakaat witir ( Tambahan ) tapi setiap
hari membaca satu Juz ayat Al-Quran selama sebulan penuh dan di akhir
tarawih selalu membaca doa Qunut di akhir rakaat. “Jadi terasa panjang,”
kata Hadijah yang mengaku tahun pertama sempat kelelahan karena belum
terbiasa.

Diluar bulan Ramadan, masjid ini memiliki acara makan bersama setelah
sholat Jumat. Karena itulah Hadijah selalu ikut suami saat sholat
Jumat, kemudian berkumpul bersama teman-teman wanitanya sukarela memasak
untuk lunch box dengan harga $5 per box untuk para jamaah. Isinya, ayam, nasi, salad dan dessert.
Khusus minggu keempat setiap bulan sajiannya adalah makanan Indonesia
yaitu nasi putih atau kuning, ayam goreng, tumis sayur dan risoles atau
kue-kue kecil. Uang hasil penjualan 100% diberikan untuk masjid.

Lalu bagaimana dengan acara Iftar dan makan malam? Tiga minggu
sebelum Ramadan, pihak masjid membagikan daftar untuk diisi siapa saja
yang berniat menjadi sukarelawan sponsor dana untuk iftar dan makan
malam sekitar 200-an orang. Para sponsor memilih satu hari yang mereka
siap untuk menjadi sponsor. Setiap hari selalu berganti menu sesuai yang
disajikan para sponsor yang mengucurkan dana sekitar $900-an untuk
Iftar dan makan malam di hari itu. Hidangannya jadi meriah karena
mewakili berbagai negara seperti Pakistan, Jordan, Palestina, India,
Bangladesh, Kenya, Mesir, Syria, Trinidad, Indonesia, dan Amerika. Ada
tiga keluarga Indonesia termasuk Hadijah dan suami yang setiap tahun
selalu ikut ambil bagian menjadi sponsor.

Beberapa sponsor memasak sendiri tapi ada juga beberapa yang
menyerahkan pada salah satu dari lima pengusaha catering makanan Muslim
yang siap menerima pesanan dengan harga terjangkau. Tradisi ini sangat
membantu , sehingga tidak perlu susah payah memikirkan menu hari itu.
Dengan adanya krisis ekonomi, Presiden masjid mengumumkan agar jenis
makanan iftar sebaiknya tidak berlebihan seperti kurma, susu, soda, teh
dan kopi. Mengenai biaya yang ditanggung para sponsor untuk Iftar
berharga $50 sedangkan untuk makan malam tergantung menu yang
disediakan. Hadijah menghabiskan sekitar $900 untuk makan malam 200
orang yang menunya berisi daging kambing, ayam, nasi berbumbu, roti,
tumis sayuran, salad dan dessert.

Saat Lebaran tiba, tradisinya adalah potluck, untuk santap bersama seusai sholat Idul Fitri. “Dua tahun berturut-turut saya bawa bakwan dan sandwich,” aku Hadijah yang merencanakan tahun ini membawa menu yang berbeda. Selain itu juga ada bazar, menyediakan permainan untuk anak-anak sehingga terasa keriaan merayakan hari kemenangan. “Masjid jadi ajang pertemuan, beribadah dan mengikat tali silaturahmi antar Muslim berbagai negara, dan ini menjadi obat kangen buat saya yang selama di Indonesia selalu berkumpul bersama keluarga besar,” tutupnya.  (teks/ foto:riana k.liptak/hadijah febriah)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?35467

Untuk

melihat artikel Amerika / Exclusive lainnya, Klik

disini

Klik

disini
untuk Forum Tanya Jawa

Mohon beri
nilai dan komentar
di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported

by :