Dampak dari pemanasan global menjadi keprihatinan negara-negara
di dunia. Perubahan ekosistem dan turunnya produksi tanaman pangan dunia akibat
naiknya suhu di bumi, menjadi ancaman serius bagi ketentuan pangan dunia. Inilah
yang menjadi salah satu pemicu diadakannya perjanjian multilateral yang
membahas tentang genetik tanaman untuk pangan dan pertanian ( Internasional
Treaty on Plant Genetic Resource for Food and Agriculture
) yang juga sejalan
dengan fokus badan PBB saat ini ( Food and Agriculture Organization) yaitu
Biological Diversity.

Perjalanan ini meliputi banyak hal, terutama dalam pembagian
keuntungan yang bersifat non-moneter antar negara anggota. Dalam rangka
membahas hal tersebutlah mulai tanggal 9 – 11 Maret 2010, diadakan sebuah forum
konsultasi informasi tingkat internasional yang bertajuk “ The Internasional
Treaty : Benefit – Sharing in the Multirateral System”
di Bogor.

Internasional treaty on PGRFA digunakan untuk memfasilitasi
pertukaran sejumlah besar benih tanaman pangan utama dunia (gandum, beras,
kentang dan jagung ) setiap tahunnya. Pertukaran ini menjadi satu paket dengan
pembagian keuntungan non- moneter bagi para pesertanya yang berupa pertukaran
informasi, alih teknologi, pembangunan kapasitas, manajemen pertanian dan
konservasi serta pemanfaatan yang berkesinambungan dari sumber daya genetik
tanaman untuk pangan maupun pertanian.

Di Indonesia, workshop ini diprakarsai oleh pusat penelitian
dan pengembangan Departemen Pertanian
RI
dan Taman Wisata Mekarsari. Para peserta workshop ( perwakilan dari 15 negara)
melakukan kunjungan studi banding di Mekarsari. Studi banding di Mekarsari
dilakukan atas dasar pertimbangan Mekarsari sebagai pusat konservasi tanaman
buah tropis yang memiliki koleksi lebih dari 
78 family, 400 species, 1438 varietas dan memiliki lebih dari 100.000
bibit tanaman. Dengan kata lain, diketahui bahwa tanaman bahan baku obat-obatan dan kosmetika, bahkan
sebagai tanaman pagan pengganti (olahan) seperti buah nangka, sukun, umbi bunga
matahari dan sebagainya.

Dalam kunjungannya di Mekarsari, para peserta workshop yang
juga pakar dalam bidang biologi dan pertanian, terlebih dahalu dibekali dengan
sejumlah  informasi apa dan bagaimana
peran Mekarsari dalam bidang konservasi. Presentasi dibawakan sendiri oleh pakar
tanaman buah tropis Indonesia,
yang juga Direktur Proyek Khusus Mekarsari Dr. Ir. Moh Reza Tirtawinata.

Menurut Reza kunjungan studi banding agar bisa memberi
gambaran bagimana peran Mekarsari dalam konservasi tanaman buah tropis. Hal ini
mengingat banyak koleksi tanaman buah tropis yang asal usulnya asli dari Indonesia.

Setelah itu, diadakan juga kunjungan ke laboratorium
Biosari, yaitu tempat budidaya tamanan melalu cara kultur jaringan. Di area
yang sama , mereka juga dipertunjukan dengan aneka koleksi bunga bangkai yang
kebanyakan diperoleh dari sumbangan masyarakat atau bahkan hasil temuan yang
dicabut akibat pembukaan hutan di Sumatera. 
Selain itu juga dipamerkan koleksi tenaman buah nusantara seperti Buah
Merah, Mahkota Dewa. Pace/Noni, Sirsak, dan lain sebagianya. Tidak lupa para
peserta diberi kesempatan untuk langsung memanen hasil kebun Mekarsari seperti
Melon dan Belimbing.

“Kami ingin mengajak mereka melihat bahwa Indonesia
sangat berkepentingan dalam hal keanekaragaman hayati. Disini ( Mekarsari, red)
banyak contoh ribuan species buah-buahan dan keanekaragaman hayati yang
dikumpulkan dalam satu tempat. Saya kira mereka terkesan, dan tidak menyangka Indonesia
mempunyai koleksi selengkap ini” ungkap Dr Reza disela-sela memanen Belimbing
bersama peserta workshop.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?34616

Untuk melihat Berita Indonesia / Khusus lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :