Taman Surapati. Minggu pagi.
Beberapa orang tampak berlari kecil dengan handuk di leher. Tampak juga
beberapa orang lanjut usia berjalan kaki. Sementara anak kecil
berlarian kesana kemari. Ditengah hembusan hawa sejuk dan keramaian
taman, terdengar sayup-sayup alunan musik dari gesekan belasan biola.
Alunan musik itu begitu harmonis. Terkadang riang terkadang
mendayu-dayu. Seolah melengkapi suara kicau burung pagi itu. Ada yang
hirau ada yang tidak. Tapi para pemusik tak peduli. Mereka di sana
memang bukan untuk menarik perhatian, tetapi untuk berkesenian.
Demikian barangkali di benak mereka.

Agustinus yang akrab
dipanggil Ages, merupakan salah satu perintis kegiatan bermusik di
Taman Surapati ini. Semua diawali pada tahun 2006, saat ia menghadiri workshop
keroncong di Den Haag. Di sana ia melihat beberapa musisi memainkan
musik di taman kota dan tiba-tiba terbesit di pikirannya untuk
melakukan hal yang sama di Indonesia. Ide ini kemudian dikembangkan
oleh ketiga temannya sesama pemain alat musik gesek yang akhirnya
membentuk sebuah komunitas. Setiap Minggu mereka berkumpul dan bermain
musik di Taman Suropati, hingga akhirnya banyak orang yang menjadikan
taman ini tempat berlatih musik. Komunitas ini kemudian dinamai Taman
Suropati Chambers (TSC).

TSC pun semakin berkembang. Dari jumlah anggota yang secuil, kini telah membengkak hingga mencapai 140 orang, yang didominasi oleh pemain biola dan pemetik gitar. TSC biasa berlatih musik setiap hari Minggu pagi sampai sore. Namun terkadang mereka juga sampai malam.

Dengan latar belakang SPG (Sekolah
Pendidikan Guru), Ages memiliki pengalaman mengajar. Ages yang belajar
musik secara otodidak mencoba berbagi ilmu di sini. Dalam melatih, ia
tetap berpatokan pada genre musik klasik. Namun mereka juga diajarkan
lagu-lagu daerah dengan harapan agar mengetahui sekaligus mencintai
musik-musik daerah dan nasional. Total pengajar di TSC ada delapan orang yang beberapa diantaranya merupakan ‘mantan’ murid, tapi kemudian diminta mengajar di ‘almamater’nya.

Di
tengah udara terbuka, mereka berlatih musik dengan giatnya tanpa
mempedulikan orang di sekeliling mereka. Terlihat pula beberapa
orangtua menemani anaknya yang sedang berlatih. “Di sini orang tua ikut
melihat latihan. Bahkan kebanyakan peralatan yang ada merupakan
sumbangan dari orangtua anggota”, ungkap Ages. “TSC terbuka bagi mereka
yang ingin belajar musik, dengan background apapun. Mulai dari pedagang, pelajar, pegawai kantor, hingga pengusaha, semua terkumpul dalam TSC.
Bahkan pengamen juga ada di komunitas ini. Ia menabung untuk beli biola
agar bisa ikut bergabung dalam latihan”, tambahnya. Benar-benar niat!

Para
pengajar di sini terdorong oleh keinginan pribadi untuk berbagi ilmu
dan tidak mengedepankan materi. Ages sendiri secara sukarela mengajari
musik kepada anggota komunitas ini. Ages berpikir hal ini merupakan
sumbangan yang bisa diberikan untuk musik Indonesia.

Latihan
yang rutin tentu membutuhkan biaya. Awalnya berlatih di sini tidak
dikenakan biaya. Namun seiring anggota yang semakin bertambah dan
keperluan lainnya, maka tiap anggota dikenakan iuran sebesar 100 ribu
rupiah setiap bulan bagi mereka yang mampu sebagai ganti ongkos
fotokopi, transpor, dan hal-hal yang berhubungan dengan acara
komunitas.
Ini jauh lebih murah ketimbang les musik yang bisa
menghabiskan sekitar 200 ribu hingga 400 ribu rupiah dengan durasi
pertemuan sekitar 30 menit – 1 jam saja. Di sini, anggota bebas mau
berlatih berapa lama tanpa perlu khawatir waktunya dibatasi.

Ages juga memaparkan bahwa beberapa anggota TSC
terlihat sangat serius mendalami musik. Ages berharap mereka-mereka
yang mencintai musik dapat diberikan beasiswa untuk menggapai impian
mereka. “Kami ingin anak-anak yang memiliki bakat namun tidak mampu,
bisa diberikan beasiswa.”

Tak hanya berlatih di taman, TSC
pernah melakukan konser di Balai Sidang dan diundang untuk tampil di
Istana Negara dalam acara Parade Senja. Selain musik, di taman ini juga
ada seni melukis kaos, teater, bahkan baca puisi. (chika)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?32272

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket