Bicara tentang profil manajer sukses Indonesia, nama Tanri Abeng atau biasa dipanggil dengan singkatan TA saja, adalah nama yang tak bisa dilewatkan. Rekam jejak Bapak dua anak ini sungguh luar biasa. Nyaris tak ada kata gagal ketika dia memimpin sebuah perusahaan. Semua perusahaan yang diawakinya, mendulang sukses.

Pria kelahiran Selayar, Sulawesi Selatan, ini menerima Kabari di ruang kerjanya yang besar dan dipenuhi rak-rak buku di rumahnya. Buku-buku tentang kepemimpinan dan manajemen amat dominan, tapi ada juga buku-buku politik dan sosial budaya.

Dari buku-buku bacaannya, secara tak langsung bisa dilihat bagaimana  sesungguhnya sosok TA. Dia tampak begitu komplit, selain cerdas dan ahli di bidangnya, wawasannya juga bak samudra. Luas dan mencerahkan.

Pernah Jadi Guru Bahasa Inggris

TA memulai karir cemerlangnya dari nol. “Saya bukan dari keluarga berada, saat sekolah saya berjualan pisang, menggandakan diktat, mengajar les, semua itu demi menunjang biaya sekolah dan biaya hidup sehari-hari,” kata suami dari Farida Nasution ini kepada Kabari.

Kegigihan dan ketekunannya kemudian membawa berbagai keberhasilan baik dalam pendidikan maupun perjalanan karirnya. Saat kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Hasanudin, Makassar, dia juga bekerja paruh menjadi guru bahasa Inggris di sebuah SMA.

Karena ulet, belum juga lulus dari Universitas Hasanudin, TA sudah berhasil meraih beasiswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pascasarjana, Master of Business Administration (MBA) di State University, New York, Amerika Serikat. Alhasil, usai meraih gelar sarjana, TA langsung berangkat ke Amerika.

Satu tahun setengah kemudian, dengan gelar MBA di tangan dia diterima  bekerja di perusahaan multinasional Union Carbide. Karirnya dimulai dengan menjadi management trainee di Amerika Serikat. Tak perlu waktu lama, dalam usia yang relatif muda, 29 tahun, TA menduduki jabatan direktur keuangan di perusahaan itu. Tak berhenti sampai di situ, beberapa tahun kemudian dia dipindahkan ke cabang di Singapura dan memegang kendali pemasaran untuk Asia, Afrika, dan Eropa.

Karirnya terus melesat di Union Carbide, bahkan di sana posisi presiden direktur sudah ditawari kepadanya. Tapi bukan TA namanya kalau tidak ingin menerima tantangan baru. Puas membangun Union Carbide, TA bergabung dengan PT. Perusahaan Bir Indonesia (PT. PBI) tahun 1979. Dengan strategi bisnis yang jitu, di bawah pimpinan TA, PT. PBI terus berkembang dan menjadi PT. Multi Bintang Indonesia (MBI). Dia membawa produsen bir bermerek Bir Bintang itu menjadi pemain utama dalam pasar minuman bir di Indonesia.Perusahaan itu sendiri sebagian sahamnya dimiliki oleh produsen bir Belanda, Heineken.

Menjadi Menteri

Di MBI, TA telah menancapkan fundamental bisnis yang kuat, sehingga siapapun yang menggantikan dirinya kelak, bisa menjaga performa perusahaan, sepanjang tidak melenceng dari strategi bisnis yang dia buat. “Saya kemudian menerima tawaran Pak Aburizal Bakrie untuk memimpin Bakrie Brothers,” ujar TA. Aburizal Bakrie tentu melihat dengan seksama potensi pria berkumis klimis ini. Maka kepercayaan penuh pun diberikan kepada TA untuk menakhodai Bakrie.

Hanya dalam satu tahun, TA menciptakan peningkatan keuntungan hingga 30 persen kepada Bakrie. Prestasi ini tentu membuat namanya semakin terkenal sebagai manajer bertangan dingin. Sejak itulah dia mendapat sebutan “Manajer 1 Miliar”.

TA dan Pak Harto

Usahanya dalam merintis sukses terus gilang gemilang. Namanya begitu santer dan kerap muncul di berbagai media. Tak pelak, Presiden Soeharto pun memintanya menjadi menjadi Menteri Negara Pendayagunaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara), sebuah kementerian baru di Kabinet Pembangunan VII pada tahun 1998.

TA mengenang secara tersendiri ketika diangkat menjadi Menteri Pendayagunaan BUMN. Sebelum pelantikan TA dipanggil ke Istana menghadap Pak Harto. “Beliau bilang, membutuhkan bantuan saya mengurus BUMN dengan tugas menghasilkan profit buat bayar utang,” kata TA. Saat itu kondisi BUMN memang perlu pembenahan, jadi menurut Pak Harto diperlukan sebuah kementerian baru yang mengurus dan menata kembali BUMN, ujar TA menambahkan.

TA juga mengaku diberikan keleluasaan oleh Pak Harto untuk menunjuk pembantu-pembantunya, “Kata Pak Harto pokoknya kamu yang mengatur,” ujar TA menirukan ucapan Pak Harto. Satu hal yang tak mungkin dilupakan TA adalah ketika dia ingin merestrukturisasi Garuda, “Pak Harto berpesan, Garuda tak boleh bangkrut, ini adalah lambang penerbangan nasional,” ujar Pak Harto
ketika itu. Namun saat itu orang maklum bahwa banyak orang-orang lingkungan Istana yang menduduki pos-pos penting di BUMN,termasuk Garuda. Kabarnya petinggi Garuda saat itu juga masih terbilang ‘orang dalam’. “Menurut rencana strategis kami di Garuda, pimpinan Garuda mesti diganti, tapi kabarnya dia adalah ‘orangnya’ Pak Harto, jadi saya harus konsultasikan ini ke Pak Harto,” kata TA.

Sambil sedikit ketar-ketir, TA mengemukakan usulan pergantian pucuk pimpinan Garuda kepada Pak Harto. Tapi jawaban Pak Harto di luar dugaan, “Saya ingat waktu dia bilang sambil tersenyum, Tanri, kenapa cuma pimpinannya saja? semuanya kalau perlu diganti kalau itu demi perbaikan Garuda,” ujar TA menirukan ucapan Pak Harto.

Bagi TA, sosok Pak Harto adalah sosok yang kebapakan. Dia juga mengenang bahwa pernah merasa mendapat tekanan, dan ketika dia mengutarakannya kepada Pak Harto, Pak Harto bilang, “Tanri, ini politik. Lalu saya bilang, maaf Pak, saya hanya ingin mengurusi bisnis, politik biar urusan Bapak saja,” kata TA. “Bukannya marah, Pak Harto malah tertawa mendengar ucapan saya,” tambah TA.

Profitisasi BUMN

Tugas barunya sebagai menteri mendapat tantangan kerja yang tidak tanggung-tanggung, yakni mengelola 164 BUMN dengan sekitar 1.300 anak perusahaan, yang total asetnya mencapai Rp 500 triliun. TA menginginkan BUMN betul-betul dijadikan sebagai institusi bisnis berorientasi profit, dan tidak direcoki intervensi pemerintah. TA mengubah paradigma BUMN, dari Management by process menjadi management by result. Dari orientasi produk menjadi orientasi pelanggan. Manajemen yang dilakukan pun adalah  manajemen partisipatif, di mana semua unsur bukan cuma pimpinan, turut berpartisipasi atas maju tidaknya lembaga.

Ada tiga hal penting yang dilakukan TA dalam rencananya memberdayakan BUMN. Yakni restrukturisasi, profitisasi dan privatisasi. Dalam strateginya, TA membaginya menjadi dua periode. “Pertama saya namakan ‘reformasi gelombang pertama’, yakni menata BUMN dan mencetak profit, “ kata TA.

Penyehatan Garuda, merger 4 bank pemerintah menjadi Bank Mandiri, penyehatan PLN, dan penyehatan PT. Pelabuhan Indonesia (Pelindo), menjadi beberapa sasaran yang berhasil dicapai pada periode “Reformasi Gelombang Pertama”. TA menjelaskan bahwa kementeriannya bisa menyumbang Rp 9 triliun kepada negara hanya dalam tempo singkat.

TA lalu beralih ke “Reformasi Gelombang kedua” dengan tujuan melakukan holdingisasi BUMN yang berjenis usaha sama, membentuk BUMN menjadi korporasi kelas dunia dan menjadikan BUMN sumber pembayaran utang Indonesia.

Menurut TA, Holdingisasi ini penting, karena pengembangan BUMN akan lebih efektif. “Pemerintah cukup kuasai holdingnya, biarkan anak-anak perusahaan di bawahnya bermain mencetak profit,” kata TA sembari mengingatkan pentingnya membuat sistem yang transparan dan akuntabel untuk bisa melakukan itu semua.

TA mengatakan, dia sudah membuat Master Plan yang kalau dijalankan, diproyeksi tahun 2007, BUMN-BUMN Indonesia sudah menjadi korporasi tingkat dunia. Tapi tenaga TA tak lagi dipakai pada masa Presiden Abdurrahman Wahid.

Pemerintah Tinggal Ongkang-Ongkang Kaki

Dengan jumlah aset triliunan, seharusnya BUMN bisa menjadi nakhoda  perekonomian negara. TA mengemukakan bahwa harus ada kemauan kuat dari pemerintah untuk benar-benar menyehatkan BUMN sebagai lini bisnis yang sehat, transparan dan menguntungkan. “Jangan lagi ada kepentingan-kepentingan yang masuk, karena BUMN bisa jadi sumber uang, maka harus bersih dari segala kepentingan tertentu,” ujar TA.

Komitmen itu dilaksanakan TA pada Februari 1999 menjelang pemilu. Dia mengeluarkan surat edaran berisi pelarangan menggunakan aset atau fasilitas BUMN oleh para pejabat untuk kepentingan kampanye.

Poin penting lain, TA menganjurkan supaya pos menteri pendayagunaan BUMN diberikan akses langsung ke presiden seperti yang dialaminya ada masa Presiden Soeharto. Tujuannya agar menteri bisa bekerja lebih efektif. Apalagi mengingat menteri pendayagunaan BUMN membawahi ratusan BUMN, yang bisa saja akan menerima banyak tekanan politis, kata TA menguraikan.

Berkali-kali TA menyesalkan kenapa penanganan BUMN masih juga belum ditemukan ramuan yang tepat, padahal dirinya sudah membuat Master Plan yang sebetulnya tinggal tendang bola saja. “Kalau pengganti-pengganti saya menjalankan master plan yang saya buat di buku ‘Indonesia Inc’ ini, niscaya sukses, karena mereka itu sebetulnya tinggal tendang bola saja,” papar TA mengibaratkan.

Saat Soyfan Djalil diangkat menjadi Menteri Pendayagunaan BUMN pada kabinet Reformasi jilid I, TA datang menemui koleganya itu. Sofyan Djalil adalah murid TA. TA mengangkat Sofyan Djalil sebagai salah satu deputi saat dirinya menjadi Menteri. Dia minta Sofyan meneruskan master plan-nya, “Sofyan bilang iya, dia akan meneruskannya dan sedang menata kembali, tapi apa yang terjadi? Belum dua tahun menjabat, Sofyan dicopot, buyar lagi semuanya,” ujar TA.

“Pokoknya kalau BUMN ini benar-benar diurus, pemerintah tinggal ongkang-ongkang kaki terima duit,” ujar TA.

Sekarang di usianya yang menjelang senja, TA tengah berkonsentrasi membangun sebuah institusi pendidikan. Rencananya, pada September nanti dia akan membuka “Tanri Abeng Professional Management Institute” atau TAPMI. Intistusi ini bertujuan menciptakan sarjana-sarjana bisnis dan manajemen.

“Ini semacam candradimuka-nya para profesional, mereka akan digembleng secara komperehensif agar menjadi tenaga-tenaga handal dan Ready Career Professional,” kata TA.

Soal rencananya ini, TA mengemukakan filosofi hidupnya, “Selama ini saya sudah banyak menerima dari bangsa dan negara ini, dan sekarang saya ingin mengembalikannya kepada negara lewat bakti saya di bidang ilmu dan pendidikan,” ujar TA diplomatis.(yayat/ar)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?34467

Untuk melihat Berita Indonesia / Profil lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :