Dr. Taruna Ikrar
(University of California, School of Medicine, Irvine, CA, USA)

Penyakit Kejang Epilepsi

Telah lebih 100 tahun, penyakit kejang (epilepsy) menjadi
perhatian para ilmuwan, mereka berusaha keras untuk mencari tahu dan
sekaligus berupaya untuk mengobatinya. Pada umumnya pengobatan kejang epilepsy
didasarkan pada pengamatan klinis. Dengan diperkenalkannya pengobatan
antikejang yang efektif dalam abad ke 20, dan perspektif yang
dikembangkan dari analisa klinis dan epidemiologi kontemporer, sangat
jelas bahwa epilepsi tidak selalu progresif. Namun demikian, sebagian
besar pasien menunjukkan mengalami peningkatan frekuensi kejang yang
semakin progresif, dan bahkan lebih dari 50 persen pasien terus
mengalami kejang meskipun telah diberi obat secara optimal.

(Gambar 1: Gejala klinis yang terlihat sewaktu kejang)

Teknik pengobatan epilepsi selama dua dekade terakhir, mengalami
kemajuan yang luar biasa, demikian pula dalam pemahaman terhadap
fisiologi sistem sirkuit saraf dalam merespon aktivitas saraf yang
menjadi dasar munculnya kejang.

(Gambar 2: Gelombang Electro Encephalography pada orang normal dan penderita kejang epilepsi)

Kemajuan pengobatan epilepsy, sangat tergantung pada perkembangan
pengetahuan klinis dan epidemiologis. Kejang pada prisipnya merupakan
manisfestasi dari ketidak seimbangan aliran dan sirkuit listrik di otak.
Yang pada dasarnya ditentukan oleh ketidak seimbangan antara jenis
sel-sel saraf yang berfungsi sebagai inhibitory (sel-sel saraf
pengontrol) dan sel-sel saraf excitatory (sel-sel saraf yang menimbulkan
loncatan arus listrik atau rangsangan), jika sistem saraf excitatory
yang dominan dan tidak teratur, selanjutnya kondisi ini menyebabkan
loncatan arus listrik di otak yang tidak terkendali, dan pada akhirnya
bermanifestasi berupa kejang, mulai dari level ringan hingga level yang
sangat berbahaya.

(Gambar 3: Ilustrasi sel-sel saraf, jenis excitatory berwarna merah dan inhibitory berwarna hijau)

Berdasarkan mekanisme di atas, dewasa ini, para ahli mendapatkan
pemahaman baru dalam upaya memanipulasi atau mengobati kelainan kejang
tersebut. Yaitu dengan cara spesifik memanipulasi atau mengontrol
sinkronisasi fungsi kedua sistem saraf tersebut.


Perkembangan Pengobatan Kejang Epilepsi

Dengan kemajuan teknis penelitian neurosains dewasa ini, para ahli
memungkinkan mengontrol dan mengaturan aktivitas sirkuit saraf dengan
menggunakan teknologi yang mempunyai tingkat resolusi dan temporal yang
sangat canggih.

Melalui penggunaan teknik aktivasi genetik yang dapat mengaktivasi
molekul atau menurunkan kemampuan aktivitas sel-sel saraf yang menjadi
pencetus munculnya kejang. Di antara teknik tersebut, seperti diketahui
bahwa dengan menggunakan metode yang dapat memanipulasi reseptor allatostatin (AlstR)/sistem
ligan yang telah dikembangkan untuk menenangkan secara selektif dan
dapat bekerja secara cepat pada sistem saraf mamalia.

(Gambar 4: Efektivitas AlstR pada korteks otak, A1 dan A2
loncatan listrik menjadi normal, sedangkan A3, A4 menggambarkan kobaran
arus listrik yang sangat besar, sedangkan B1, B2 memperlihatkan
kwantivikasi besarnya respons obat; sumber Frontiers Journal).

Dengan menjadikan AlstR sebagai target untuk menurunkan aktivitas jenis saraf tertentu yaitu jenis saraf excitatory
yang menimbulkan loncatan listrik di dalam otak, yang selanjutnya
secara spesifik merangsang fungsi inhibitory neuron yang berfungsi
sebagai pengontrol kesimbangan cetusan arus listrik di dalam otak.

Metode ini menjadi harapan yang sangat besar dan diharapkan efektif
dalam metode pengobatan penyakit kejang epilepsy. Hasil penemuan
tersebut di publikasikan di Journal Kedokteran terkemuka (Ikrar dkk, Frontiers of Neural Circuit, 2012).

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa ekspresi Cre-AlstRs yang secara khusus menyandi sistem saraf jenis inhibitory
(saraf pengontrol) di korteks otak, yang menunjukkan dapat bekerja
secara spesifik untuk meng-inaktivasi saraf pada saat diberikan obat
allatostatin, yang berarti dapat secara spesifik dan berefek kuat baik
pada tingkat sel tunggal ataupun dalam tingkatan populasi sel-sel saraf.

Selain itu, pada jenis mammalia penerapan peptida allatostatin juga
memberikan efek yang sangat nyata dengan mengurangi aktivitas loncatan
listrik. Pada penelitian yang menggunakan AlstR dengan ekpresi sel saraf
dalam menanggapi suntikan saat intrasomatic dan Photostimulation,
namun secara kontras, sistem saraf yang menjadi kontrol tanpa ekspresi
AlstR tidak terpengaruh sama sekali. Hasil ini juga ditunjukkan dengan
hasil yang sama dengan menggunakan metode penelitian untuk mendeteksi
populasi sel-sel saraf.

Dengan kedua hasil penelitian diatas, menjadi suatu harapan metode
pengobatan yang sangat efektif bagi penderita penyakit kejang epilepsi
dalam berbagai tingkatan, khususnya penderita epilepsi, yang sudah
menahun dan sangat parah, yang sampai dewasa ini belum ada obatnya.

(Gambar 5: Proses perawatan pasien di Rumah Sakit).

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?37744

Untuk

melihat artikel Amerika / Kesehatan lainnya,
Klik

disini

Mohon
beri nilai dan komentar di
bawah artikel ini

____________________________________________________

Supported

by :