Berawal dari kegelisahan sepasang suami istri dua tahun yang lalu,  Aditya dan Sari Dwijayanti mencoba melestarikan minuman tradisional dawet asli Banjarnegara Jawa Tengah, dengan membuka outlet The_Dawet_an di ITC Mall Surabaya. Kegelisahan Aditya asal Purbalingga, Jawa Tengah dan istrinya yang asli orang Banjarnegara bukan tanpa alasan. Mereka miris dengan maraknya minuman kekinian dari luar negeri yang masuk ke Indonesia.

“Itu menjadi tantangan bagi kami. Kenapa minuman dari luar bisa begitu marak di Indonesia dan yang beli mau antri seperti itu. Kenapa minuman tradisional asli Indonesia tidak kita angkat untuk bersaing”, kata Aditya saat ditemui Kabari di Surabaya, Jumat, (21/02).

Untuk menjawab tantangan itu lanjut karyawan swasta ini, kami tidak hanya sekedar masuk ke mall. Namun juga, tetap memakai bahan-bahan alami yang kami datangkan langsung dari Banjarnegara. Begitu juga proses pembuatannya yang masih menggunakan cara tradisional dan kemasan yang disesuaikan kondisi saat ini.

Entah kapan dan siapa yang memulai membuat dawet asli Banjarnegara. tapi bagi orang yang tinggal di daerah Jawa Tengah, minuman dawet tidak asing lagi bagi mereka. Apalagi minuman itu disajikan dalam kondisi dingin atau dicampur dengan es. Gula kelapa yang dicairkan menambah manis dan gurih ketika es dawet diminum saat siang hari.

“Bahan-bahannya sengaja kami datangkan langsung dari Banjarnegara. Semuanya memakai bahan alami tanpa pengawet dan higienis. Cendolnya dibuat dari tepung khusus, namanya tepung gelang. Tepung dari tanaman aren”, tutur Aditya.

Proses membuatnya cukup sederhana dan hanya membutuhkan waktu sekitar satu jam. Tetapi harus dengan sentuhan hati. “Maksudnya, jika yang membuat dawet hatinya dalam suasana tidak senang atau dalam suasana gundah gulana, maka dawet yang dibuat rasanya akan beda. Hal itu, sudah dibuktikan oleh istri saya. Beberapa kali istri saya membuktikannya. Jadi dalam membuat dawet suasana hati istri saya harus gembira”, ungkap Aditya.

Sari Menambahkan, dirinya sudah berulang kali mengalami kegagalan dalam membuat dawet. Dari pengalaman itu, akhirnya Sari menemukan penyebabnya, yaitu suasana hati.

“Itu saya sadari setelah mencicipi dawet yang saya buat. Awalnya saya kira hanya karena campuran atau prosesnya kurang tepat, selain dari pelanggan yang mengkomplain dawet saya rasanya beda dengan sebelumnya”, kata Sari.

Padahal kata Wanita yang memiliki dua anak ini kembali, takaran bahan-bahannya dan prosesnya sudah tepat. Bahkan dirinya berkonsultasi kepada saudaranya yang berprofesi sebagai penjual dawet di Banjarnegara hingga akhirnya ia menemukan permasalahannya.

Dengan dibantu satu karyawannya, pasangan suami istri ini, kini telah memiliki satu gerai The_Dawet_an dan Rumah Produksi Dawet Ayu Banjarnegara dengan brand Pak Gundul Hp. 0856 4799 0786 atau 0813 2798 3181, yang memiliki varian rasa berbeda serta dengan tetap mempertahankan cita rasa dawet asli Banjarnegara yang dikemas kekinian membuat dawetnya bisa diterima oleh masyarakat kota Surabaya.

Tak khayal dari hasil kegigihan dan kreativitas mereka, omset dari jualan dawet di ITC Mall Surabaya bisa mencapai Rp. 15 juta hingga Rp. 20 juta per bulan dan mereka berdua berkeinginan untuk membuka gerai-gerai The_Dawet_an ditempat lain.

Selain membuka gerai The_Dawet_an, Sari dan suaminya melayani pembelian secara online dan melayani permintaan untuk even-even atau acara hajatan.

Kedepannya mereka berharap tidak hanya minuman tradisional dawet saja yang bisa bersaing dengan minuman kekinian. Tapi juga minuman tradisional Indonesia yang lainnya. Selain untuk terus bisa melestarikan minuman tradisional juga untuk memberikan kesempatan kerja bagi yang membutuhkan.