KabariNews – ‘Pahlawan Tak Dikenal’ mungkin itulah gelar yang pantas diberikan kepada ketiga Delegation Liaison (DL) yang telah dengan sukarela membantu Tim SOIna selama berkompetisi di World Games 2015. Mereka adalah Angelina Lo, Dara Kusumo, dan Kevin Pontonuwu.

Para sukarelawan ini tak lelah menyiapkan jadwal perlombaan untuk para atlet, membantu dalam terjemahan bahasa, bekerja menolong para atlet untuk bersiap dan memeriksa kelengkapan peralatan, mempersiapkan segala kebutuhan atlet termasuk obat-obatan jika diperlukan, dan masih banyak tanggung jawab lainnya. Tak jarang ketiganya bertugas di tempat yang berlainan antara kampus UCLA, USC, dan Los Angeles Convention Center.

Hal ini bergantung pada tim cabang olahraga yang mereka bantu pada hari itu. Seperti halnya para atlet dan pelatihnya, mereka juga harus berkejaran dengan waktu.

Berikut ringkasan wawancara Stanley Chandra dari KABARI dengan ketiga ‘Pahlawan Tak Dikenal’ ketika digelar World Games 2015 di Negeri Paman Sam:

Dara Kusumo

Dara Kusumo (ki) bersama Ketua Delegasi SOIna Mustara Musa (ka)

Dara Kusumo (ki) bersama Ketua Delegasi SOIna Mustara Musa (ka)

Mahasiswi keturunan Indonesia yang sedang menempuh studinya di University of Illionis Urbana-Champaign ini sehari-hari bertugas di kampus UCLA dan USC. Dari pengalamannya sebagai sukarelawan selama World Games 2015, Dara mendapatkan pesan moral, bahwa kita tidak selayaknya menghakimi orang lain. Mengapa?
“Awalnya saya berpikir datang untuk membantu para atlet, tetapi ia menyadari bahwa ia sebenarnya yang justru memetik banyak pembelajaran dari para atlet,” katanya.

Ia pun bercerita, salah satu momentum yang paling berkesan baginya adalah ketika melihat salah seorang atlet SOIna yang sesungguhnya tengah sakit saat bertanding, tetapi ia tetap tegar dan gigih untuk terus mengikuti kompetisi.

“Aku lanjutkan ikut bertanding, karena sebagai atlet, aku bertanding demi Indonesia,” tiru Dara, penuh haru.
Adapun saat terberat, menurutnya, ketika ia harus berpisah dari Tim SOIna yang dalam waktu singkat telah menjadi teman terdekat di hati, bahkan jadi keluarganya selama 2 minggu berada di LA.

Bagi Dara, yang terpenting bukanlah medali, karena seluruh atlet SOIna yang telah berkompetisi merupakan juara, baik yang mendapat medali atau tidak. Atlet SOIna semua adalah yang terbaik di antara yang terbaik di SOIna.
Dara berharap agar kita semua hendaknya mengingat esensi dari organisasi Special Olympics itu sendiri, yakni Reaching Up (menggapai) dan Uniting (menyatukan).

Kevin Pontonuwu

Kevin Pontonuwu (berbaju orange) bersama atlet cabang atletik SOIna

Kevin Pontonuwu (berbaju orange) bersama atlet cabang atletik SOIna

Sama halnya dengan Dara, siswa berdarah Indonesia asal Santa Clarita, California ini bertugas setiap hari di Kampus UCLA dan USC. Momen yang sangat berkesan baginya ialah saat tim sepakbola SOIna meraih medali emas di babak final. Kerja keras mereka akhirnya membuahkan hasil dan itu terlihat dari cucuran air mata kebahagiaan yang tampak di wajah mereka.

Selama menjadi sukarelawan di World Games, ia sempat merayakan ulang tahun bersama Tim SOIna. Bagi Kevin, Tim SOIna adalah kelompok yang sangat penuh kasih, pengabdian dan semangat. Masa-masa terberat selama bertugas adalah saat melihat Tim SOIna yang masih harus menunggu di bandara LAX selama 16 jam untuk transfer ke wisma atlet setelah menjalani penerbangan selama 20 jam lebih.

Bertolak dari pengalamannya sebagai DL, ia menyarankan agar setiap orang dapat turut serta dalam ajang yang sangat bergengsi ini di masa datang.

Angelina Lo

Setiap hari pemudi Indonesia yang berasal dari Vancouver, Kanada ini bertugas di Los Angeles Convention Center sebagai Delegation Liaison untuk Tim SOIna dari cabang olahraga bulu tangkis, bocce, dan pingpong.

Angelina Lo (ka) bersama atlet bocce SOINa Fazar Noor

Angelina Lo (ka) bersama atlet bocce SOINa Fazar Noor

Bagi Angelina, momen yang paling berkesan adalah ketika ada atlet difabel yang menghampirinya, karena ingin memeluk dan berfoto bersama. Ia merasa tersentuh dengan kepolosan sekaligus keramahtamahan para atlet tersebut.

Menurutnya, pesan moral dari ajang World Games 2015 ini ialah betapa keberagaman bisa menciptakan satu kesatuan yang kuat dan tentunya momen yang tidak terlupakan. Melalui ajang ini, tambahnya, para atlet difabel dapat bebas dan bangga mengekspresikan perasaan dan talentanya, tanpa dihakimi.

Besar harapannya agar pemerintah Indonesia bisa lebih memperhatikan nasib para atlet, terutama karena mereka telah membawa dan mengangkat nama baik Indonesia. Akan lebih baik lagi jika pemerintah dapat segera memulai meningkatkan kesejahteraan atlet di Tanah Air. Diharapkannya agar tidak ada lagi atlet Indonesia yang direkrut negara lain, hanya karena nasib dan kesejahteraannya terbengkalai di negeri sendiri.

Kisah dan pengalaman masing-masing DL memang unik. Akan tetapi, ketiganya menunjukkan prinsip-prinsip egaliter, kerja keras, kesetiakawanan dan semangat berkorban tanpa pamrih. Di samping pelatih yang handal dan tim medis yang tanggap, kerja keras ketiga DL ini tak dapat dipungkiri merupakan salah satu rahasia keberhasilan kontingen Merah Putih dalam memboyong 36 medali dan sejumlah prestasi lainnya di World Games 2015 kemarin.

Kiranya kisah dan pengalaman ketiga DL SOIna di World Games 2015 ini dapat menggugah lebih banyak insan-insan Indonesia dimanapun berada untuk berkontribusi lebih bagi bangsa dan negara tercinta, Indonesia. (1014)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/79716

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

intero

 

 

 

 

kabari store pic 1