Jika sedang bermain, Aryo
Pamungkas kecil lebih senang menjadi perempuan ketimbang lelaki.
Misalnya ketika bermain rumah-rumahan, ia lebih senang menjadi Ibu atau
anak perempuan. Menjelang remaja, sifat kewanitaan Aryo itu semakin
menonjol, ia pun kerap dipanggil banci oleh teman-teman sepermainan.
Namun begitu, teman-temannya tak pernah menyakiti Aryo. Jadi Aryo
tenang-tenang saja.

Aryo adalah bungsu dari empat
bersaudara. Ia lahir menjadi anak lelaki kedua setelah kakak sulungnya.
Dua kakaknya yang lain perempuan. Karena bungsu, Aryo mendapat kasih
sayang yang boleh dibilang teramat cukup, meski Ayahnya orang yang
keras dan tegas tapi Ibunya termasuk orang yang ngemong dan penyabar.

Saat duduk di bangku SMA,
Aryo pernah punya pacar. Ceritanya ia dan pacarnya itu sering berkirim
surat. Suatu kali, karena kurang hati-hati, sebuah surat cinta yang
belum sempat dikirim dibaca oleh keluarganya. Ibunya menanyakan maksud
surat tersebut, kenapa ia berpacaran dengan lelaki? Aryo menjawab
sebisa mungkin, bahwa ia lebih merasa nyaman jika berdekatan dengan
lelaki. Ibunya tentu saja kaget dan syok, tapi ia hanya bisa menangis
dan memeluk Aryo.

Lulus SMA Aryo
meneruskan kuliah di Institut Teknologi Nasional Malang mengambil
jurusan Teknik Sipil. “Ayahku yang menginginkan aku kuliah disitu,
sejujurnya aku lebih memilih jurusan desain, misalnya desain interior
atau fashion.” katanya membuka percakapan.

Sejak duduk di
bangku kuliah, hasrat Aryo menjadi wanita semakin besar. Tubuhnya
memang pria, tapi hati kecilnya menjerit bahwa ia adalah wanita. Dan
keadaan itu bukannya membuat ia tenang, terkadang ia merasa bersalah.
“Dulu, kalau ada obat ajaib yang bisa membuat saya menjadi pria tulen,
pasti saya beli. Kalau ditanya kenapa mau jadi begini, maka saya balik
menggugat, mana ada sih yang mau jadi waria!” katanya lagi. Ia juga
menjelaskan, kebanyakan para waria itu seperti mengalami yang namanya, woman in the wrong body.
“Tapi bukan maksud saya menggugat takdir Tuhan. Hanya saja dalam
perjalanan hidupnya, manusia juga tidak bisa terus membohongi diri
sendiri. Seperti saya, bahwa di dalam tubuh saya yang pria ini,
sesungguhnya saya adalah perempun.” ujarnya.

merlyn sopjan

merlyn sopjan

Selepas
kuliah Aryo memilih keluar dari rumah dan hidup mandiri. Ia nge-kost di
salah sudut kota Malang, Waktu itu sering mendapat panggilan show di
tempat-tempat hiburan. Suatu kali Ario pernah ditegur oleh Ibu kost
karena kerap berpakaian wanita, padahal dia tinggal di kost-kost’an
pria. Untungnya, si Ibu kost mau mengerti keadaan Aryo.
Tahun
1995, tiga tahun setelah ibunya wafat, Aryo mengikuti Festival Putri
Waria di Bandung dan berhasil meraih juara pertama. Tahun itu menjadi
titik persimpangan yang berat bagi Aryo. Apakah Ario memilih menjadi
wanita atau tetap menjadi pria.
Di saat-saat itulah Aryo teringat
almarhum Ibunya dan teringat akan kebesaran Tuhan. “Tuhan telah
memberikan saya seorang Ibu yang baik hati, Tuhan juga telah memberikan
kekuatan pada saya sehingga saya masih tegar sampai sekarang.” katanya.
Aryo kemudian berdoa dan berdoa. Akhirnya pada tahun 1995, Aryo
bertranformasi menjadi Merlyn Sopjan. “Sejak itulah saya menggunakan
pakaian wanita sebagai pakaian sehari-hari dan berdandan layaknya
wanita.” kata Aryo yang telah berganti nama menjadi Merlyn Sopjan.

Ayahnya yang menyadari keadaan Aryo sejak SMA,
hanya bisa mendukung keputusan Aryo. Ia lalu berpesan supaya Aryo
berprestasi agar tak diremehkan orang. Aryo alias Merlyn kemudian aktif
di berbagai LSM, dan mengadakan berbagai kegiatan-kegiatan produktif untuk para waria di kota Malang. Di IWAMA (Ikatan Waria Malang) Aryo alias Merlyn aktif mengkampanyekan bahaya AIDS.
Uniknya, program ini dilakukan oleh para konselor waria. “Biasanya kan,
program sejenis dilakukan oleh orang diluar waria atau orang
heteroseksual, tetapi kami melakukannya dari waria untuk waria.” ujar
Merlyn. Program ini kemudian banyak dicontoh LSM-LSM lain di seluruh Indonesia.

merlyn sopjan

merlyn sopjan

Tahun
2006 ketika Pemilihan Putri Waria se-Indonesia diadakan di Jakarta,
Merlyn menjadi salah satu peserta favorit. Karena selain cantik dan
pintar, Merlyn juga aktif dan berhasil menggalang solidaritas waria
se-kota Malang. Kontes yang mengutamakan 3 B (Beauty, Brain, Behavour)
itu akhirnya dimenangkan Merlyn. Mendadak sosoknya menjadi soroton
publik, apalagi setelah masyarakat tahu ia adalah seorang sarjana
teknik sipil, bekerja sebagai Manajer Konseling HIV AIDS
di rumah RS. Syaiful Anwar, Malang, Jawa Timur dan aktif menulis buku
ataua artikel . Usai penobatan Merlyn, orang mendadak jadi ingin tahu
kehidupan waria, menjadi lebih concern dan peduli terhadap kaum waria yang selama ini termajinalkan.
Keberhasilan
Merlyn menjadi juara kontes Putri Waria Nasional dan mewakili Indonesia
di kontes waria Internasioanal, Thailand, seolah memebuka mata
masyarakat tentang kaum waria. Berbagai tulisan dan artikel tentang
waria langsung menjadi santapan sehari-hari.
Tapi Merlyn merendah,
“Apa yang saya lakukan belumlah apa-apa disbanding teman-teman waria
lain yang mendedikasikan hidupnya untuk membantu sesame.” kata penulis
buku Jangan Lihat Kelaminku ini.

merlyn sopjan

Dalam obrolan singkat
ini (Merlyn sedang menderita bronchitis kronis), meski suaranya parau,
tutur katanya masih mengalir jelas dan runtut. Ini tanda bahwa Merlyn
memang cerdas dan intelek.
Merlyn kemudian berbicara soal kaum LGBT Indonesia yang masih terpecah-pecah. “Saya berharap agar kaum LGBT
atau kaum apa pun itu yang merasa tertindas, termajinalkan, agar
bersatu padu dan kompak. Karena mugkin hanya persatuan dan persatuanlah
modal kita yang paling berharga.” tuturnya lagi.
Merlyn prihatin
dengan keadaan para waria yang sampai sekarang masih sulit mendapat
pekerjaan yang bagus. Ia berharap agar para waria terus
mengaktualisasikan diri, meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
supaya tak dianggap sebelah mata oleh masyarakat.
Saat ini Merlyn sedang menyiapkan buku ketiga. Buku kedua Merlyn yang ditulis tahun 2006 berjudul Perempuan Tanpa V termasuk buku laris dan rencananya akan dibuat cetakan kedua.
Dalam hidup, Merlyn tak mau neko-neko,
ia hanya ingin hidupnya setiap hari berkualitas. Ia juga ingin bisa
berbuat sesuatu untuk sesama. Ketika ditanya apakah ia akan menjalani
operasi ganti kelamin, Merlyn menukas. “Saya tidak akan pernah mau
operasi ganti kelamin, kenapa? Karena saya ingin meninggal dalam
keadaan seperti dilahirkan. Jika saya meninggal nanti saya juga ingin
jasad saya dipakaikan pakaian wanita, tapi kelamin saya tetap kelamin
pria.” ujar Merlyn yang sehari-hari masih ber-KTP pria ini menutup
obrolan.(yayat)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31846

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :

MedicIns

Lebih dari 10 Program Asuransi Kesehatan

Klik www.TryApril.com           Email : Info@ThinkApril.com

Telp. 1-800 281 6175