KabariNews – Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya (Unika Atma Jaya) menghelat kuliah umum bersama dengan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia (Menristekdikti RI), Mohamad Nasir, yang bertemakan “Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang melek Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Iptek) untuk eksplorasi keanekaragaman hayati Indonesia hingga berdaya saing di era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)”.

Kuliah umum yang diselenggarakan pada Rabu (3/2) di kampus Unika Atma Jaya, Semanggi ini mengajak mahasiswa untuk melek terhadap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, dengan terus mengeksplorasi riset tentang keanekaragaman hayati di Indonesia. Sehingga, hasilnya berdaya guna untuk kepentingan masyarakat Indonesia. Sementara SDM-nya yaitu mahasiswa menjadi terampil dan siap untuk bersaing di MEA.

“MEA bukan lagi cita-cita apalagi mitos, melainkan realita. Sebagai perguruan tinggi, yang sudah semestinya menjadi institusi yang paling tanggap dengan perkembangan dan perubahan situasi, kami mengambil inisiatif untuk mengetengahkan tema yang menghubungkan tiga komponen, yaitu manusia melek Iptek, keanekaragaman hayati dan daya saing MEA,” ungkap A Prasetyantoko selaku rektor Unika Atma Jaya dalam pidato pembukaan.

Ia juga menambahkan salah satu isu terbesar memasuki MEA adalah kemampuan kita bersaing yang lemah. Dampak paling buruk adalah, kita hanya akan menjadi “pasar” dan bukan produsen dari mata rantai industri ASEAN. Padahal, di lain pihak, kita memiliki keanekaragaman hayati yang begitu besar dan itu mestinya menjadi bahan dasar untuk bersaing.

“Maka, melek terhadap Iptek menjadi salah satu kunci penting untuk bersaing. Persoalan besarnya, bagaimana mengubah lanskap ekonomi menjadi berorientasi produksi berbasis keanekaragaman hayati. Intinya, kita tidak mungkin bersaing di semua lini, namun perlu merumuskan kekuatan kita di mana bisa menjadi pintu masuk dalam mata rantai industri regional ASEAN tersebut. Pemanfaatan keanekaragaman hayati akan menjadi kunci penting untuk bersaing,” jelas A Prasetyantoko.

Sementara Mohamad Nasir selaku Menristekdikti menjelaskan tentang pentingnya keberanian insan muda untuk berinovasi agar siap bersaing di MEA. Kami menekankan pada inovasi di bidang riset dengan tujuh bidang fokus riset, yaitu ketahanan pangan, kesehatan dan obat, teknologi dan manajemen transportasi, teknologi informasi dan komunikasi, industri pertahanan dan keamanan, energi, dan material maju.

“Bahkan saya bisa menantang, jika ada dana sekian, bisa menghasilkan inovasi apa. Misalnya, membuat teknologi tepat guna untuk penghematan energi. Kami akan dukung sepenuhnya dengan dana riset. Maka, saya mengharapkan bagi perguruan tinggi untuk menggalakkan mahasiswa, dosen, dan peneliti untuk aktif memberikan ide bagi bidang riset di Indonesia,” seru Nasir.

Unika Atma Jaya, khususnya Fakultas Teknobiologi (FTb) punya komitmen kuat mengembangkan Iptek berbasis keanekaragaman hayati yang dimiliki Indonesia. Diana Ratuwangi selaku Dekan FTb mengungkapkan berbagai eksplorasi riset terus dilakukan oleh mahasiswa dan dosen, seperti riset tanaman obat dan hias Indonesia untuk perbanyakan melalui kultur jaringan, dan pengujian tanaman untuk pengobatan penyakit infeksi serta metabolik.

Ia menambahkan, pada bidang kemaritiman, FTb juga mengadakan riset untuk mengeksplorasi organisme laut serta bakteri yang berasosiasi dengan organisme tersebut, sehingga mendapatkan senyawa anti mikroba dan antioksidan. Pengembangan keanekaragaman hayati juga dinyatakan dalam ragam pilihan produk siap pakai. FTb Unika Atma Jaya secara produktif melakukan riset makanan fermentasi tradisional Indonesia. Melalui para dosen yang memiliki keahlian bidang teknologi pangan, FTb melakukan penelitian tentang peningkatan nilai gizi serta bakteri-bakteri yang berperan dalam proses pembuatan makanan tersebut. Terkait dengan pengembangan bahan baku bersumber pada keanekaragaman hayati, FTb juga melakukan riset bahan baku seperti eksplorasi organisme maupun mikro organisme dari lingkungan ekstrem untuk mendapatkan protein, enzim, senyawa lain yang potensial dalam industri.

“Semua hal tersebut adalah bentuk kontribusi nyata yang telah dilakukan oleh FTb Unika Atma Jaya dalam upaya menciptakan SDM yang melek bioteknokogi untuk meningkatkan nilai tambah keragaman hayati Indonesia,” ujar Diana. (1011)