Hari ini pemilihan presiden Indonesia
periode 2009-2014 resmi memasuki masa kampanye hingga 4 Juli, atau 3 hari
sebelum hari pemilihan yang jatuh pada 8 Juli 2009.

Semua pasangan capres/cawapres
telah menyiapkan strategi kampanye untuk menjaring dukungan. Termasuk strategi ‘memenangi’
debat capres/cawapres yang akan dilaksanakan KPU pada tanggal 12 Juni sampai 4
Juli 2009. Agenda debat itu sampai sekarang masih disiapkan oleh KPU.

Sementara sejumlah nama yang akan
menjadi moderator debat, juga masih digodok. Dari informasi yang beredar, nama pemimpin
RRI (Radio Republik Indonesia)
Parni Hadi, dan Rektor UIN Syarif Hidayatullah sekaligus cendekiawan muslim
Komaruddin Hidayat, masuk dalam daftar. Namun KPU bleum mengkonfirmasi
nama-nama tersebut.

KPU menegaskan syarat calon moderator
debat capres/cawapres adalah orang yang netral, tak punya keterkaitan dengan partai
atau pasangan calon, memiliki kemampuan di bidangnya, serta memiliki kemampuan
untuk memanajemen debat secara baik.

Debat Ala
Amerika

Debat antar pasangan capres/cawapres
2009 diperkirakan akan berlangsung menarik, karena kemungkinan besar mencontoh
seperti dalam debat pemilihan presiden Amerika antara Obama versus McCain.

Jauh sebelumnya, saat memasuki masa
kampanye pemilihan anggota legislatif  lalu,
Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat yang juga diusung menjadi capres, Susilo Bambang
Yudhoyono (SBY) menginginkan suasana debat capres akan seperti di Amerika.

Yakni tak perlu dihadiri ratusan suporter
yang kerap membuat gaduh.

SBY mengaku terkesan dengan debat
capres antara Obama-McCain beberapa waktu lalu. Kata SBY, meski terasa ‘sepi’
justru debat antar Capres AS itu berlangsung tertib. Baik Obama maupun
McCain dapat dengan leluasa menjabarkan pikiran-pikiran orisinal mereka tanpa
perlu diganggu suara gaduh dari tepuk tangan atau pekikan dari masing-masing
pendukung.

Meski begitu, SBY juga memaklumi bahwa setiap negara punya budaya
sendiri, “Setiap negara punya model sendiri dalam pilpres, termasuk kampanye
dan debat sesuai budaya dan tradisi politiknya,” katanya.

Sebetulnya debat atau pidato dengan
suasana ala pemilihan presiden Amerika sudah dilakukan oleh bebarapa kali. Partai
Demokrat ketika mendeklarasikan pasangan SBY-Boediono di Bandung, menampilkan pidato
atau sambutan SBY tanpa mengenakan mimbar atau podium. Ketika itu SBY diberi kebebasan
untuk bergerak ‘mondar-mandir’ di depan penonton sambil berpidato.

Demikian juga dengan beberapa
acara televisi yang menampilkan capres/cawapres. Mereka membuat panggung tanpa podium,
tujuannya agar capres/cawapres yang diberikan kesempatan berbicara, dapat bicara
bebas menuangkan ide-ide mereka yang tanpa teks, sambil sesekali menghampiri audiens.

Menurut salah satu produser televisi
yang enggan disebut namanya, model atau cara seperti itu  sangat ideal untuk mengenal profil
capres/cawapres secara lebih dekat. “Capres/cawapres dituntut mampu bicara
tanpa teks, menguasai ‘lapangan’(area pidato-red) dan  mereka juga tak bisa meremehkan pentingnya gerak
atau gestur tubuh saat berpidato, karena audiens melihat mereka  secara ‘keseluruhan’.” katanya.

Di Amerika,  cara seperti itu beberapa kali dilakukan oleh Presiden
Obama saat bertarung melawan  kandidat
dari Partai Republik, Senator John McCain. Dan tak dipungkiri, dengan gestur tubuh
yang pas, pengucapan kalimat yang bersih dan jelas, serta tatapan mata yang meyakinkan,
sedikit banyak membantu Obama meraup dukungan.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33175

Untuk melihat Berita Indonesia / Utama lainnya, Klik disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Photobucket