KabariNews – Sebagai bahan penguat cita rasa makanan, Monosodium glutamat (MSG) atau vetsin masih di perdebatkan penggunaannya hingga kini.

Monosodium Glutamat (MSG) pertama kali diteliti secara dalam tahun 1907 oleh peneliti Jepang, Prof. Kikunae Ikeda. Ikeda tertarik dan penasaran dengan satu rasa ‘unik’ yang terdapat di asparagus, keju, tomat dan daging. Rasa ‘unik’ tersebut berbeda dengan empat rasa yang sudah ada, manis, pahit, asin dan asam. Ikeda kemudian melakukan eksperimen dan berhasil menemukan senyawa baru hasil ekstraksi kristal asam glutamat dari kaldu kombu (semacam ganggang laut). Asam Glutamat sendiri adalah asam amino yang membangun gugus protein. Asam ini terdapat secara alami dalam makanan sehari-hari seperti daging, telur, susu dan berbagai macam sayuran.

Disimpulkan kemudian, senyawa baru hasil ekstraksi asam glutamat itu sesuai dengan ciri-ciri rasa ‘unik’ yang selama ini ia cari. Ternyata, rasa ‘unik’ itu berasal dari molekul glutamine, senyawa turunan glutamat (GLU) yang menjadi bahan dasar pembuatan MSG. Ikeda menamakan rasa unik dan baru tersebut sebagai fifth taste (rasa kelima). Hak paten hasil penelitian tersebut kemudian dibeli Ajinomoto, yang sekarang menjadi produsen MSG terbesar di dunia.

Hasil Penelitian

Seiring hebohnya penemuan Ikeda, berbagai penelitianpun dilakukan. Terutama setelah muncul kasus “Chinese Restaurant Syndrome” atau gejala restoran China. Kasus ini bermula dari penuturan Dr. Kwok yang mengalami mual-mual, sakit kepala, leher kaku setelah makan di restoran masakan China yang menggunakan banyak MSG. Tentu saja kasus tersebut menjadi perbincangan hangat. Namun, sampai sekarang tidak ada sumber pasti yang mengatakan kasus itu disebabkan oleh kandungan MSG dalam makanan di restoran China.

MSG menjadi populer pada tahu 70-an karena banyak digunakan oleh tentara Amerika di Vietnam. Pasukan Amerika mengeluh, karena makanan terasa hambar. Dibubuhinya MSG di ransum pasukan, selera makan tentara Amerika jadi bertambah.

Dalam konferensi Codex Alimentary Comission (CAC) Pada 1970, WHO menetapkan bahwa MSG termasuk bahan makanan sehar-hari yang dapat dikonsumsi dengan kadar tertentu. Ambangnya 6 mg dibagi kilogram berat badan orang dewasa.Berarti, orang yang berat badannya 50 kg tidak boleh lebih mengkonsumsi lebih dari 2 gram per hari.
Di Indonesia, MSG termasuk bahan makanan yang boleh dikonsumsi sebagaimana yang tercantum dalam SK Menteri Kesehatan RI No.235/MENKES/PER/VI/79. Sayang, dalam SK tersebut tidak diatur berapa ambang batas yang diperbolehkan.

Namun di sisi lain beberapa penelitian juga mendapatkan hasil mencengangkan,salah satunya oleh Baptist pada 1974. Ia melaporkan bahwa di Singapura MSG menyebabkan penyakit radang hati dan menurunnya kecerdasan (IQ) anak. Sementara pada 1995, FDA (Badan Pengawas Makanan AS) mengkategorikan MSG sebagai Generally Recognized As Safe (GRAS), sebagai bahan penambah makanan yang aman untuk pemakaian tak berlebih, seperti halnya garam atau soda.

MSG dalam Snack

BPOM (Badan pengawas Obat dan Makanan) Indonesia menetapkan MSG aman dikonsumsi secukupnya. Namun, sejurus dengan SK Menteri Kesehatan tahun 1979, BPOM juga tidak mengatur ambang batas penggunaannya. Hanya mengatur bahwa seluruh jenis makanan wajib mencatumkan kandungan MSG jika memang terdapat di dalamnya.

Di Indonesia, MSG terbuat dari tetes tebu (Mosales) yang merupakan hasil sampingan dari penggilingan gula. Dalam penggunaannya, MSG banyak ditemui dalam makanan, terutama snack (makanan ringan). Di label kemasan snack biasanya MSG di sebagai Mononatrium Glutamate, nama Natrium memang lebih umum dipakai di Indonesia ketimbang sodium.
Meski aman, MSG tetap harus diperhatikan penggunaannya. Memang sulit untuk menghindarinya, karena hampir segala jenis makanan yang kita beli baik di restoran maupun warung makanan hampir pasti menggunakan MSG.Tetapi setidaknya kita bisa lebih berhati-hati. Salah satu caranya,jangan terlalu banyak memberi vetsin pada masakan, karena hampir semua makanan yang kita konsumsi sudah mengandung asam glutamat alami.Hindari juga terlalu banyak mengkonsumsi snack, terutama yang rasanya gurih mendekati asin. Karena snack semacam itu hampir pasti mengandung MSG.Untuk menyikapinya, ada baiknya kita mendengar kata orang bijak, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik. Setuju kan ? (yayat)