KabariNews – Ada banyak prestasi putra-putri Indonesia yang membanggakan di Negeri Paman Sam, akan tetapi tak banyak yang mampu menandingi prestasi seorang Deden Putra. Dalam usianya yang relatif muda, Deden diberi kepercayaan untuk mengemban tugas sebagai Executive Pastry Chef Peninsula Hotel di New York. Sebelumnya, ia juga pernah menempati jabatan Executive Pastry Chef di Hotel Jumeirah Essex New York dan Hotel Beverly Wilshire di Los Angeles.

Sejak kecil, ia memiliki kebiasaan membantu ibunya memasak hidangan untuk keluarga. Namun, pria kelahiran Bandung ini mengaku mulai jatuh hati pada dunia pastry lebih tepatnya saat belajar membakar croissant di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung. Dalam dunia yang digelutinya, Chef Felix Scmid merupakan sosok idola dan panutan baginya. Koki asal Austria itu merupakan atasannya yang pertama saat dirinya bekerja di Shangri-La Hotel Jakarta setelah lulus dari STP Bandung. Menurutnya, Chef Felix merupakan seorang pekerja keras dan sangat berbakat.

Sebagai orang nomor satu di dapur pastry hotel bintang lima tersebut, Deden memulai aktifitasnya sehari-hari dengan membaca email. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan berkeliling outlet untuk memastikan semua operasi berjalan lancar. Deden menuturkan bahwa ia selalu mengadakan briefing bersama stafnya setiap pukul 9 pagi. Setelah itu, dia bisanya kembali ke dapur untuk mengerjakan pesanan tamu-tamu VIP. Sebagian besar waktu dihabiskan di dapur untuk membuat kreasi baru dan mempersiapkan menu yang akan datang.

Di kancah internasional, pria yang pernah menghiasi layar kaca melalui penampilannya di The Rachael Ray Show ini memang dikenal dengan ide-ide gilanya. Menurut pengakuannya, ia banyak mendapatkan inspirasi untuk berbagai karyanya dari lingkungan sekitarnya. “Bisa saya dapatkan dari internet, baca buku, majalah, di mana saja saya bisa lihat, biasanya ide itu datang,” ujarnya. Menurut anggota American Culinary Federation ini, unsur-unsur penting dessert kreasinya mencakup flavor (rasa), tekstur, dan teknik pembuatan dessert itu sendiri. Ia juga mementingkan adanya kombinasi antara bahan-bahan lokal dan teknik klasik yang dimodernisasikan dengan teknologi yang sekarang digunakan di dunia pastry.

Berhasil di negeri orang tentu bukanlah perkara mudah. Demikian pula halnya dengan perjalanan seorang Deden Putra. Menurutnya, untuk menjadi seorang imigran yang berhasil di Amerika Serikat, seseorang harus bekerja jauh lebih keras dari warga lokal.

Saat ditanya mengenai keinginannya untuk kembali dan berkarya di Tanah Air, Deden mengatakan bahwa rencana itu selalu ada. “Selama ini yang saya kerjakan di sini itu untuk membranding nama dulu. Setelah punya branding nama di sini, nanti rencananya akan saya salurkan di Indonesia,” ujarnya.

Berangkat dari perjalan karirnya yang cemerlang, Deden berpesan agar generasi muda Indonesia selalu bekerja keras, tidak pernah berhenti belajar, selalu optimis, berkelakuan baik, dan selalu fokus pada tujuan.

Macaron Menara Eiffel Ala Chef Deden Putra

Macaron Menara Eiffel Ala Chef DedenSalah satu ide gila Deden Putra yang telah mendunia dan sempat menghebohkan kota New York adalah miniatur Menara Eiffel yang terbuat dari macaron. Sebagai Executive Pastry Chef Hotel Peninsula di New York, ia menggagas projek tersebut dalam rangka merayakan pembukaan Hotel Peninsula di Paris. Menurut pria pemenang Chocolate de Vine Competition 2007 untuk kategori Most Decadent Dessert ini, pengerjaan karya berskala besar dimulai dengan sketsa dan pengukuran proporsi gedung. “Dari situ, kita kerja sama dengan Engineering Department (Departemen Teknik) karena mereka yang ahlinya membuat sketch (sketsa),” tambahnya. Selanjutnya, Deden dan timnya harus mengkalkulasi berapa coklat, gula, dan macarons yang akan mereka perlukan. Dengan dibantu 6 anggota timnya, proses pembuatan miniatur Menara Eiffel setinggi 1.8 meter dari 1.200 sampai 1.300 keping macaron tersebut rampung dalam waktu kurang lebih satu minggu. (1014)