Pada pertengahan Maret 2017, Presiden Joko Widodo melantik Drs. Umar Hadi, MA yang saat itu sedang mengemban tugas sebagai Konsul Jenderal Republik Indonesia (RI) di Los Angeles menjadi Duta Besar RI untuk Korea Selatan (Korsel).

Bersama 16 Dubes lain yang dilantik di Istana Negara, beliau mengemban 4 misi utama yang diamanatkan oleh Presiden Jokowi. Adapun keempat misi tersebut antara lain menjaga kedaulatan wilayah RI, perlindungan Warga Negara Indonesia di luar negeri, diplomasi ekonomi, dan memainkan peran Indonesia di kancah internasional. Empat bulan pasca pelantikannya, Dubes Umar Hadi menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in, di Cheong Wa Dae (ref. Rumah Biru, Istana Kepresidenan Korsel).

Saat ditanya mengenai transisinya dari seorang Konjen menjadi Dubes, diplomat kelahiran 11 Februari 1968 itu menuturkan bahwa sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara pokok pekerjaan keduanya. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa perbedaannya lebih kepada aspek keprotokolan.

“Dari sisi pencapaian misi, target-target, lalu apa yang ingin dicapai, dan bagaimana menggerakkan organisasi untuk mencapai target-target itu, saya kira sama,” jelasnya. Unsur lain yang membedakan adalah komposisi demografi diaspora Indonesia di Korsel dan LA. Di Korsel, sebagian besar dari 40.000 warga Indonesia yang ada merupakan tenaga kerja dalam usia produktif.

Sementara itu, 100.000 diaspora Indonesia yang berada di wilayah kerja Konsulat Jenderal RI di LA lebih beragam dari segi usia, latar belakang, agama, pekerjaan, dan lain sebagainya. “Sangat heterogen di California Selatan, sementara di Korea itu lebih homogen,” ungkapnya menyimpulkan perbedaan yang dimaksud.

Dalam Pusaran Nama Besar

Dalam perjalanan penugasannya, Dubes Umar Hadi tidak pernah jauh dari nama-nama besar di Indonesia. Semasa dinas di Belanda, misalnya, beliau sempat menjadi Wakil Duta Besar (Deputy Chief of Mission / DCM) dari Alm. Dubes Junus Effendi (Fanny) Habibie, yang notabene merupakan adik kandung dari Alm. Presiden B.J. Habibie.

Tak lama berselang, beliau menjadi DCM dari Dubes Retno L.P. Marsudi yang kini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di Kabinet Kerja. Pos Dubes RI di Korea Selatan pun pernah diisi oleh beberapa tokoh legenda, sebut saja Alm. Jenderal TNI (purn.) Benny Moerdani dan juga Letjen TNI (purn.) Sarwo Edhie Wibowo.

Saat ditemui KABARI di bilangan Jakarta Selatan, Dubes Umar mengaku sangat bersyukur telah diberi kepercayaan untuk menjadi Kepala Perwakilan RI di Korsel selama 4 tahun 4 bulan.

“Syukur Alhamdulillah semua bisa dilalui dengan selamat. Banyak misi yang kita capai bersama-sama. Sekali lagi bukan hanya karena Duta Besarnya, tapi ini suatu usaha bersama. Bukan hanya dari KBRI, tapi juga Indonesia Incorporated. Di sana ada BUMN seperti Bank BNI, Garuda, Indonesia Trade Promotion Center (ITPC), ada juga Investment Promotion Center,” ungkap sang diplomat karir kelahiran Bogor tersebut.

Menurutnya, keberhasilan misi tersebut juga tidak terlepas dari kontribusi, dukungan, dan partisipasi aktif dari sederet organisasi-organisasi kemasyarakatan Indonesia yang ada di Korea Selatan, seperti Pengurus Cabang Istimewa Nahdatul Ulama (PCI NU), PCI Muhammadiyah, Gereja Indonesia, dan juga komunitas kedaerahan yang ada di sana.

Belajar dari Penanganan Covid-19 di Negeri Ginseng

Sebagaimana seluruh negara di dunia, Korsel juga menghadapi pandemi Covid-19. Dubes Umar berbagi kisah tentang bagaimana tim KBRI Seoul yang dipimpinnya menghadapi tantangan di lapangan, mulai dari antisipasi kelangkaan masker sampai dengan mengirim tim untuk membantu warga saat ada ledakan Covid-19 di Daegu.

Suami dari Siti Nila Purnama Hadi itu juga bercerita tentang bagaimana sistem kerja pemerintah Korsel dalam menghadapi pandemi dan bagaimana mereka memanfaatkan infrastruktur hi-tech untuk keperluan contact tracing dan hidup berdampingan dengan Covid-19. Beliau juga mengemukakan setidaknya ada 3 hal yang menjadi kunci keberhasilan penanganan pandemi: kesiapsiagaan (preparedness), koherensi kebijakan (policy coherence), dan partisipasi publik (public participation).

Simak lebih lanjut penjelasan Dubes Umar Hadi mengenai penanganan Covid-19 di Negeri Ginseng!

Mission Accomplished di Korsel

Sepak terjang dan kontribusinya selama dinas di Korea Selatan mendapat perhatian dan pengakuan dari berbagai institusi, baik di dalam maupun luar negeri. Melewati tahun pertama masa penugasannya di Korsel, Dubes mendapat penghargaan 2018 Best Ambassador Award di Gedung Parlemen Korea Selatan.

Pada bulan Juni 2021, kinerja Kepala Perwakilan RI di Korsel ini kembali berbuah penghargaan. Kali ini, Dubes Umar dianugerahi gelar Warga Kehormatan Kota Seoul (Seoul Honorary Citizen). Upacara pengukuhan gelar tersebut dilaksanakan di Seoul City Hall dan dipimpin langsung oleh Walikota Oh Se-hoon. Alumni jurusan Hubungan Internasional, Universitas Padjadjaran ini merupakan Duta Besar RI pertama yang menerima gelar tersebut.

Dubes Umar dianugerahkan gelar tersebut karena dinilai telah berperan besar dalam meningkatkan kerja sama ekonomi Indo-Korsel, terutama investasi perusahaan-perusahaan raksasa Korsel ke Indonesia, memperdalam pertukaran budaya kedua negara, serta memperkuat hubungan antara masyarakat Indonesia dengan Korsel, terutama dengan penduduk Kota Seoul.

Dalam sejarahnya, gelar tersebut juga tidak disematkan pada sembarang orang. Beberapa tokoh dunia yang telah mendapatkan gelar kehormatan tersebut di antaranya adalah aktor RRT Jackie Chan (1999), Presiden RI Joko Widodo (2016), dan Raja Spanyol Felipe VI (2019).

Semasa menjadi Kepala Perwakilan RI di Korsel, banyak prestasi yang beliau torehkan. Beliau mengatakan bahwa prestasi yang kini membuatnya tersenyum bangga adalah tercapainya misi untuk tidak hanya sekedar melayani dan melindungi warga Indonesia di Korsel, tetapi juga memberdayakan (empowering) mereka.

“Kita bikinlah satu program namanya Kampung Korea (Kami Mantab Pulang Dari Korea)… Isinya adalah kita bikin kelompok-kelompok belajar yang inti pelajarannya adalah bagaimana memulai usaha dan bagaimana menjalankan usaha supaya berhasil,” jelasnya.

Dubes Umar lantas menambahkan bahwa program pemberdayaan TKI tersebut juga sempat menghadirkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno dan juga Chef William Wongso sebagai pembicara. Besar harapan beliau akan TKI di Korsel, agar mereka tidak sekedar mengumpulkan tabungan semasa bekerja di sana, akan tetapi kelak dapat membuka lapangan pekerjaan baru sekembalinya ke Tanah Air.

Khazanah Budaya Dalam Berdiplomasi

Di setiap pos penugasannya, Dubes Umar dikenal suka mengasah keterampilan dalam hal budaya. Sebagai contoh, sewaktu bertugas di Los Angeles, beliau sempat mendalami Tari Bali dengan berguru kepada Prof. I Nyoman Wenten. Saat disinggung mengenai hal ini, sosok yang pernah mengenyam pendidikan S2 Hubungan Internasional di Fletcher School of Law and Diplomacy itu mengatakan bahwa dirinya sempat mempelajari seruling tradisional Korea yang bernama danso (dibaca tanso).

Meski mirip dengan seruling Sunda yang juga terbuat dari bambu, beliau menilai keduanya berbeda dalam hal teknik penggunaan. “Kalau lagu-lagu Korea itu agak berbeda ya langgamnya, meskipun sama pentatonik. Saya akhirnya main lagu-lagu Sunda pakai suling Korea,” ujarnya berkelakar.

Di samping hobinya bermusik dan bersepeda, Dubes Umar juga dikenal gemar menuangkan buah pikirannya dalam karya tulis. Berikut beberapa judul buku yang pernah ditulis dan disuntingnya: The Linggajati Conference: A History Book for Children (2007), Indonesia and World Peace (2008), Indonesian Masterpieces at Home and Abroad (2009), dan Islam in Indonesia: A to Z Basic Reference (2009).

Pada tahun 2017, Dubes Umar juga sempat terjun ke dunia perfilman sebagai Eksekutif Produser dari film dokumenter yang berjudul Bali: Beats of Paradise. Sepulangnya dari Korsel, beliau kembali mempersiapkan sebuah buku yang sedikit banyak akan menyoroti tentang Korean pop culture atau yang lebih dikenal dengan K-pop. 

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :