Pada pertengahan bulan Juni, Menteri Koordinator Kemaritiman (Menko Maritim) Luhut Binsar Pandjaitan kembali berkunjung ke Amerika Serikat. Lawatannya kali ini merupakan kunjungan pribadi untuk menghadiri wisuda putranya, Mayor Inf. Paulus Pandjaitan, yang baru saja menyelesaikan pendidikan Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (Seskoad) di Fort Leavenworth, Kansas, AS. Sebelum kembali ke Tanah Air, Luhut singgah di Los Angeles. Meski kunjungannya terbilang singkat, ia bersedia meluangkan waktu untuk bertemu dengan tokoh-tokoh masyarakat dan mahasiswa Indonesia di Los Angeles. Pada acara tatap muka yang difasilitasi oleh Konsul Jenderal RI di LA, Saud P. Krisnawan ini, sang Menko Maritim hadir didampingi oleh sang istri, Devi Simatupang. Turut hadir dalam acara tersebut Duta Besar RI untuk AS Mahendra Siregar dan Duta Besar RI untuk Korea Selatan Umar Hadi.

Dalam pidatonya di hadapan Diaspora Indonesia, Luhut mengungkapkan bahwa demokrasi di Indonesia berkembang dengan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari kesuksesan Pemilu serentak 2019 dan partisipasi pemilih yang melebihi ekspektasi. Jenderal kelahiran Toba Samosir itu juga menambahkan bahwa tidak ada insiden yang berarti selama berlangsungnya pesta demokrasi tersebut. Lebih lanjut, ia menilai maraknya penyebaran hoaks di media sosial menjadi tantangan baru bagi pemerintah di era digital saat ini.

Pada kesempatan tersebut, Luhut juga berbagi sebuah kisah di balik layar antara dirinya dengan keluarga Presiden Joko Widodo dalam urusan bisnis. Ia mengaku pernah menawari putra sulung sang RI 1, Gibran Rakabuming, untuk mengikuti proses tender proyek catering dalam suatu proyek pemerintah. Tawaran tersebut langsung ditolak mentah-mentah oleh Gibran karena dirinya telah berkomitmen sejak awal untuk tidak berbisnis dalam bidang apapun dengan pemerintah. Melalui contoh ini, mantan petinggi Kopassus itu hendak menunjukkan keteladanan Jokowi dan keluarganya. Menurutnya, keteladanan inilah salah satu faktor yang membuat pembantu-pembantunya dalam pemerintahan selalu taat asas.

Pidato seorang menteri Kabinet Kerja tidaklah lengkap jika belum berbagi update mengenai pembangunan infrastruktur. Luhut memahami bahwa pembangunan infrastruktur dampaknya tidak bisa langsung dirasakan. Akan tetapi, lambat laun efek positifnya pasti ada. Ia lantas mencontohkan beberapa tolok ukur yang mengalami peningkatan sejak dimulainya kerja-kerja di bidang infrastruktur tersebut. Misalnya, index ease of doing business dan daya saing yang semakin meningkat diikuti oleh tingkat inflasi yang juga relatif rendah. Selain infrastruktur, pendiri Detasemen Khusus 81 Gultor itu juga mencontohkan keberhasilan pemerintah dalam upaya reformasi sistem dan birokrasi. Menurutnya, online single submission merupakan salah satu contoh nyata untuk mewujudkan upaya perbaikan sistem dan penyederhanaan birokrasi pemerintahan. Ia menambahkan perubahan tersebut juga membawa imbas positif, di antaranya pembayaran pajak yang semakin baik dan upaya penyuapan pun semakin sulit dilakukan.

Setelah infrastruktur, Luhut mengungkapkan bahwa fokus pemerintah 5 tahun ke depan akan beralih ke investasi human capital (SDM) melalui pendidikan vokasi di bidang teknologi pertanian dan kesehatan. Menurut data yang dimilikinya, pemerintah Indonesia kini sudah memiliki dana abadi untuk beasiswa LPDP sebanyak 43 triliun rupiah. Dalam program beasiswa tersebut, pemerintah yang akan mendesain sesuai dengan fokus disiplin ilmu yang diperlukan oleh negara saat itu.

Saat ditemui seusai acara, pensiunan TNI yang dikenal kedekatannya dengan mendiang Jenderal TNI (purn.) Benny Moerdani ini mengungkapkan bahwa Belt & Road Initiative gagasan Tiongkok tersebut akan dijalankan di Indonesia melalui mekanisme B2B (Business to Business) antara investor lokal dan investor Tiongkok dan diharapkan berjalan dengan baik. Selain itu, akan ada juga transfer teknologi dan ekspor dengan added value. Menurutnya, masyarakat Indonesia tidak perlu khawatir karena jumlah pekerja Tiongkok yang berada di Indonesia juga sangat terbatas, yakni di kisaran 18.000 orang.

Sepak Terjang di Panggung Perpolitikan Nasional

Memulai kiprahnya sebagai prajurit, Luhut lalu ditunjuk oleh Presiden Habibie sebagai Dubes untuk Singapura di tengah gejolak hubungan diplomatik Indonesia-Singapura. Sepulangnya ke Tanah Air, Presiden Abdurrahman Wahid mengajaknya untuk bergabung dalam Kabinet Persatuan Nasional sebagai Menteri Perindustrian dan Perdagangan.

Saat Presiden Jokowi terpilih dan membentuk Kabinet Kerja pada tahun 2014, Luhut ditunjuk sebagai Kepala Staf Kepresidenan. Dalam reshuffle Kabinet Kerja Jilid I, ia diminta untuk mengepalai Kementerian Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno. Dan, dalam reshuffle Kabinet Kerja Jilid II, ia diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman menggantikan Rizal Ramli.

Bibit Kaum Muda Intelek dan Berintegritas

Bermodal kesuksesannya dalam berbisnis, Luhut dan sang istri mendirikan Yayasan DEL pada awal tahun 2000an. Adapun tujuan dari institusi sosial tersebut adalah untuk mengoptimalkan sumber daya manusia Indonesia agar menjadi manusia yang berguna bagi bangsa dan negara. Yayasan tersebut bergerak di sektor pendidikan, teknologi kesehatan, kemanusiaan, dan membangun panti asuhan. Selain itu, DEL juga memberikan beasiswa tanpa membedakan status dan golongan. Pada kesempatan wawancara dengan Kabari kali ini, ia mengungkapkan bahwa penerima beasiswa DEL kini telah ada yang menjadi guru besar di Amsterdam University dan ada pula yang sedang menjalani program PhD di Inggris, Belanda, Australia, dan Jepang.