Berkat dukungan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) Republik Indonesia dan UCLA Center for Southeast Asian Studies (CSEAS), Dapoer Kita Productions kembali menghadirkan Los Angeles Indonesian Film Festival (LAIFF) tahun ini yang menampilkan film drama kolosal Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta. Selain pemutaran film, LAIFF 2018 juga menghadirkan forum diskusi dengan pembicara aktor Marthino Lio sebagai pemeran Sultan Agung Muda dan Lukman Sardi sebagai pemeran Tumenggung Notoprodjo dalam karya layar lebar tersebut.

Diskusi film Sultan Agung di LAIFF 2018 (dok. LAIFF)

BELAJAR DARI RADEN MAS RANGSANG

Mengawali karirnya sebagai model, nama seorang Marthino Lio mulai dikenal di seantero dunia hiburan Tanah Air sejak menjadi partner duet Melly Goeslaw dalam soundtrack film Ada Apa Dengan Cinta 2 (AADC 2) yang berjudul Ratusan Purnama. Dalam film terbarunya yang berjudul Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta, sutradara besar Hanung Bramantyo mendaulat aktor bernama lengkap Guiliano Marthino Lio ini untuk memainkan sosok Raden Mas Rangsang alias Sultan Agung muda.

Setelah berhasil melalui proses casting, Lio mengikuti arahan-arahan acting coach melalui serangkaian workshop untuk mempersiapkan karakternya sebagai seorang Raden Mas Rangsang. Saat mendalami karakternya, ia mengaku semakin kagum pada sosok yang diperankannya, terutama saat Sultan Agung dihadapkan pada benturan antara apa yang ditugaskan kepadanya (sebagai Raja) versus apa yang ia cita-citakan (sebagai Ulama).

Marthino Lio 8 (dok. Mooryati Soedibyo Cinema)

Ketika disinggung mengenai ritual, Lio mengaku tidak ada yang khusus selain mengunjungi Kompleks Pemakaman Raja-Raja Mataram di Imogiri untuk berziarah ke makam Sultan Agung Hanyokrokusumo sekaligus memohon restu sebelum syuting dimulai. Sebagai eksekutif produser sekaligus penulis skenario film Sultan Agung, BRA Mooryati Soedibyo sempat memberi wejangan kepada aktor kelahiran Surabaya itu agar dirinya selalu tampil tegap dan gagah selama memerankan Sang Raja Mataram. Sementara itu, Hanung Bramantyo sebagai sutradara hanya berpesan agar ia ikhlas dalam melakoni segala proses dalam aktingnya.

Dalam film drama kolosal ini, Lio memerankan karakter Sultan Agung muda hingga dimahkotai sebagai Raja Mataram. Selanjutnya, peran Sultan Agung dibawakan oleh aktor Ario Bayu sampai pada penghujung film tersebut. Menurut Lio, ia pada dasarnya memiliki banyak persamaan sifat dan perilaku dengan Bayu selain juga kemiripan wajah. Aktor berusia 29 tahun itu mengaku tidak ada yang ia persiapkan secara khusus dengan Bayu untuk menyelaraskan karakter Sultan Agung muda dan dewasa dalam film tersebut.

dok. Marthino Lio

Beranjak dari pengalamannya, ia menilai tantangan terbesar yang dihadapinya dalam projek ini adalah saat dirinya memutuskan untuk tidak mengkonsumsi daging selama proses syuting berlangsung demi menghilhami karakter yang diperankannya. “Raden Mas Rangsang itu ingin menjadi seorang Brahmana (alim ulama). Aku sempat baca seorang Brahmana itu tidak membunuh dan tidak makan daging. Hanya makan tumbuh-tumbuhan,” pungkasnya. Ia pun mengaku belajar banyak keterampilan baru dari proses pembuatan film tersebut, seperti halnya berkuda, memanah, menari, menyanyikan lagu Jawa (nembang).

dok. Mooryati Soedibyo Cinema


 MENGENANG DEDDY SUTOMO

Dalam film Sultan Agung: Tahta, Perjuangan, Cinta, Marthino Lio kerap berbagi layar dengan aktor Deddy Sutomo yang berperan sebagai guru Sultan Agung muda yang bernama Ki Jejer.

Deddy Sutomo (dok. Mooryati Soedibyo Cinema)

Sebagaimana diberitakan, Deddy meninggal dunia dalam usia 78 tahun sebelum film terakhir yang dibintanginya tersebut sempat tayang di bioskop. Kepada Kabari News, Lio mengaku memiliki pengalaman bekerja yang sangat berkesan dengan Deddy Sutomo. Ia pun bermaksud untuk meneladani jejak sang aktor kawakan yang tidak pernah mengeluh meskipun menghadapi tantangan yang tidak mudah sekalipun.