KabariNews – ‘Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara bukan hanya ajang pencarian bakat biasa. Duta-duta batik dilahirkan dari generasi muda untuk mempromosikan batik, mengedukasi masyarakat Indonesia dan dunia tentang nilai luhur batik sebagai warisan budaya yang sarat makna’.

Batik Indonesia telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia dengan penghargaan ‘Intangible Heritage of Humani’ sejak 2009. Momen tersebut menjadikan batik Indonesia semakin dikenal masyarakat luas, oleh karena itu melalui Keppres No 33 Tahun 2009 pemerintah secara resmi menetapkan tanggal 2 Oktober sebagai Hari Batik Nasional.

Putra Putri Batik NusantaraSejak ditetapkan sebagai warisan budaya dunia asal Indonesia, batik semakin gencar diperkenalkan khususnya kepada generasi muda, salah satunya dengan menggelar ajang pencarian bakat Putra Putri Batik Nusantara yang digagas Ikatan Pecinta Batik Nusantara dan didukung Badan Ekonomi Kreatif RI Kementerian Pariwisata.

Ajang berskala nasional ini menjadi acara tahunan yang telah sukses mencetak generasi-generasi muda baru. Selama enam tahun berjalan penyelenggaraan PPBN dinilai memberi efek positif dalam upaya menumbuhkan
rasa cinta terhadap batik nusantara dan upaya generasi muda finalis PPBN untuk mempromosikan batik secara nasional hingga internasional.

“PPBN bukan hanya sekedar ajang pemilihan, tapi sebagai ajang untuk mempersatukan generasi muda sebagaimana batik dikatakan sebagai pemersatu bangsa. Dengan demikian akan tercipta suatu wadah untuk memberikan tempat bagi generasi muda untuk saling berkontribusi bagi Indonesia” ungkap Pembina dan Penasehat PPBN, Ayu Diah Pasha pada Kabari.

Lebih lanjut, Ayu menjelaskan jebolan PPBN mencetak generasi muda yang tidak hanya mengenal batik hanya sebagai kain, tapi bagaimana kain diproses menjadi batik. “Batik sebagai heritage Indonesia yang wajib dikembangkan. Melalui Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara, kita ingin generasi muda tahu nilai budaya” kata Ayu.

DSC_1789Secara umum, Ayu berharap, baik pemenang maupun finalis PPBN tidak hanya berhenti sampai ajang ini selesai, tapi dapat meneruskan, mengembangkan, memperkenalkan batik ke khalayak luas. “Kita mau batik terus berkembang, artinya batik makin dikenal anak muda, di dalam maupun internasional” imbuhnya. Di tengah jerih payah membangun kepedulian dan kecintaan terhadap batik, Ayu mengakui ada banyak hal yang membuat dirinya bangga, salah satunya batik tidak lagi dianggap kuno oleh generasi muda. “Saat ini batik tidak canggung lagi dikenakan oleh anak-anak muda, dengan gaya kekinian mereka” paparnya. Selain itu, batik sudah banyak berkembang di berbagai penggunaan tidak hanya kain dan baju saja. Anak-anak muda juga sudah terjun langsung membuat, memproduksi hingga memasarkan batik, terbukti para finalis dan pemenang PBBN dari tahun pertama hingga saat ini konsisten dan sudah terjun langsung membuat, memproduksi, dan memasarkan batik. “Ini bisa dilihat dari kiprah para finalis dan pemenang PBBN hingga saat ini” tandasnya.

Luar biasanya lagi, sebagian besar finalis dan pemenang PPBN dari tahun-tahun sebelumnya dilibatkan dalam kepanitiaan acara pemilihan PPBN dan Gebyar Batik Muda Nusantara. Ayu memaparkan keterlibatan mereka dapat memberi pengalaman berorganisasi lebih besar lagi, juga untuk memupuk jiwa kepemimpinan, membangun tim kerja dan semangat usaha. “Semangat mereka perlu diacungi jempol” ucap Ayu memuji.

SELEKSI KETAT UNTUK GENERASI HEBAT

Juri PPBN 2016Pada penyelenggaraan keenam kali ini, PPBN terus berbenah diri agar tetap menjadi salah satu ajang pemilihan yang berkualitas di Indonesia. Hal ini terlihat dari upaya rebranding yang dilakukan disegala lini dan pencapaian penyelenggaraan acara. Ketua Panitia Bayu Adhitama menjelaskan, pemilihan tahun ini tercatat memiliki jumlah pemateri karantina terbanyak, panggung malam final terbesar, durasi karantina terpanjang, jumlah busana dan multimedia terbanyak dan untuk pertama kalinya Pemilihan Putra Putri Batik Nusantara 2016 menjadi satu rangkaian acara dengan Gebyar Batik Muda Nusantara 2016, sebuah festival Batik Muda karya generasi muda dan putra putri batik. “Bagi kami, PPBN lebih dari sekedar ajang pemilihan, melainkan sebuah wadah pengembangan potensi diri yang melatih kami untuk dapat terjun ke dunia profesional” ungkap Bayu yang pernah menyandang Putra Batik 2012.

Sebelumnya, lingkup kegiatan PPBN 2016 diawal dengan penjaringan dan seleksi peserta melalui audisi online yang berlangsung pada Juli – Agustus 2016. Proses audisi berlangsung ketat. Sebanyak 48 semifinalis dari seluruh Indonesia berhasil lolos yang kemudian diseleksi menjadi 14 pasang putra dan putri sebagai finalis untuk maju ke babak final. Ayu menjelaskan selain memenuhi syarat administratif dan kriteria fisik, para finalis PPBN diwajibkan untuk ikut seleksi, dimana penilaian dilakukan oleh tim juri dari psikolog, pakar pariwisata dan industri kreatif, pakar bahasa, pakar tata busana dan etiket, pakar komunikasi dan pakar budaya serta perancang busana dan batik. Penilaian berdasarkan beberapa kriteria, diantaranya pemahaman tentang sejarah batik, kemampuan dalam membatik hingga wawasan tentang batik juga kemampuan berkomunikasi. “Inilah cara kami, supaya para peserta mau menggali dan mencari informasi tentang batik sebelum mereka masuk ajang ini” kata Ayu. (1001)