KabariNews – Melancong ke Bekasi, rasanya kurang pas jika belum mencoba masakan khasnya. Kurang begitu terkenal memang, tapi bagi orang Betawi asli Bekasi menu tersebut merupakan favorit. Bahkan gabus pucung merupakan makanan wajib yang harus ada di setiap pesta atau perayaan, seperti penikahan, khitanan, dan acara selamatan lainnya.

Pucung gabus memang tidak setenar kerak telur, pecak lele khas Betawi dan soto Betawi. Tapi jangan anggap remeh khasiatnya. Meski terlihat hitam butek (kotor) rasanya tak kalah enak dengan masakan khas dari kota lain. Konon ceritanya, ikan gabus yang menjadi bahan utamanya bisa bermanfaat untuk mempercepat pasien sembuh sesudah operasi.

Keistimewaan pucung gabus ini tidak hanya dari rasanya saja yang khas, aroma sayur ini pun menggoda selera. Ikan gabus dimasak empuk, kuahnya apalagi, diramu dengan bumbu rempah komplit yang menguatkan rasa. Satu lagi yang unik dan khas, yaitu pucung (kluwok) merupakan salah satu bumbu masak yang sangat diperlukan, selain memberi warna pekat hitam, pucung pun digunakan untuk melengkapi sayur dari segi rasa dan aroma.

Banyak yang mengira sayur pucung gabus sama seperti rawon. Jelas beda. Warna mungkin sama, tapi rasanya boleh diadu. Salah satu pedagang sayur pucung gabus yang sampai saat ini masih bertahan dan menjaga tradisi Betawi adalah ‘Pondok Gabus Lukman’. Sudah lebih dari 60 tahun, rumah makan ini berada di Jl Sudirman Km 32, Bekasi Barat, Buaran. Tidak jauh dari pusat kantor Pemerintahan Kota Bekasi.

Usaha keluarga ini sudah tersohor di Bekasi sejak dulu, bukan hanya karena masakannya yang khas, tapi karena rasa masakannya yang enak. Meski kini sudah banyak perubahan, rumah makan yang dulu hanya kedai, kini dibuat lebih nyaman dilengkapi dengan air conditioner (AC) dan tempat makan yang bersih. Namun masalah harga tidak perlu khawatir, perubahan ini hanya semata-mata untuk memberi kenyaman pada pelanggan.

“Kalau ada lalat, kasihan pelanggan. Direnovasi seperti ini karena biar pelanggan nyaman. Kalau semua bersih pasti pelanggan suka dan balik lagi. Masalah harga tidak masalah, di sini dari mulai tukang becak sampai bos besar, tetap kami layani”, papar Suhermas pemilik pondok.

Menu pucung gabus memang tergolong mahal, sekitar Rp 30.000 – 70.000 per porsi. Tergantung besar kecilnya ikan, semakin besar ikan maka semakin mahal harganya. Kenapa mahal? Ikan gabus kini sudah mulai sulit diperoleh, pasalnya ikan air tawar ini hanya bisa hidup di rawa-rawa. Sampai saat ini belum ada yang mampu menternakkannya, karena ikan gabus hanya bisa berkembang secara liar.
“Mahal, karena sekarang sudah jarang. Satu ekor ikan gabus bisa dipotong jadi 7-8 potong, tergantung besar kecilnya ikan,” tukas wanita berkerudung itu.

Pondok ini buka sejak pukul 08.00- 16.00 WIB. Pada jam makan siang jangan heran jika parkiran dipenuhi mobil, bahkan tak jarang saat masuk jadi bingung mau duduk dimana karena banyaknya pelanggan yang antri makan. Tak hanya pucung gabus, di sini juga disediakan berbagai makanan khas Betawi, ada karedok, urap Betawi, asinan, pecak lele, soto sapi, sayur asem, sampai semur jengkol.

“Biasanya yang datang selalu pesan sayur pucung, tapi kalau yang ngga suka, bisa pilih macam sayur yang lain. Pokoknya disini lengkap dengan masakan khas Betawi” ujarnya.

Dalam sehari sayur pucung gabus selalu habis. Belum lagi melayani pelanggan via telepon dan mengantarkannya. Setiap harinya dibutuhkan 50 kg lebih ikan gabus untuk memenuhi permintaan pelanggan.

“Kalau dihitung per porsi ngga inget berapa porsi per harinya. Tapi Alhamdulillah setiap hari selalu habis,” imbuhnya.

Entah sampai kapan makanan khas Bekasi ini bisa bertahan, karena rawa-rawa di Bekasi semakin lama semakin berkurang berganti wajah dengan mal atau perumahan. Mumpung masih ada tempat mencicipi lezatnya makan dengan sayur gabus.(Pipit)