• Puteri Intelegensia 2011
Saat menginjak usia 20 tahun, ia pernah mencoba peruntungan di bidang modeling dan berhasil menjadi finalis Wajah Femina 2008. Dengan modal dorongan sang ibu dan motivasi untuk mendapatkan beasiswa program S2, ia pun mengajukan diri untuk berkompetisi di Puteri Indonesia 2011. Di ajang bergengsi tersebut, wanita kelahiran Jakarta tersebut berhasil masuk ke peringkat 10 besar dan terpilih menjadi Puteri Indonesia Intelegensia 2011.
• Pecinta Alam
Di samping jatuh hati pada dunia seni peran, ia juga seorang pecinta alam. Putri pernah bergabung dengan Kartini Petualang. Organisasi tersebut didirikan oleh sekelompok wanita petualang yang kerap membawa misi sosial dalam pendakian mereka, seperti kampanye untuk mensosialisasikan penyakit lupus dan kanker payudara. Bersama organisasi tersebut, ia mengikuti pendakian ke Pegunungan Himalaya. Dalam perjalanan yang memakan waktu sekitar 3 minggu itu, mereka berhasil mencapai 2 puncak, yakni Kala Patthar dan Imja Tse.
Putri juga pernah didapuk untuk menjadi presenter Jejak Petualang, Pengalaman kerjanya dalam program televisi ini membawanya berkeliling Nusantara. Dari sederet tempat-tempat wisata alam yang pernah dikunjunginya bersama Jejak Petualang, ia sempat mendaki puncak Gunung Rinjani. Alumnus Fakultas Psikologi Universitas Indonesia ini mengaku sangat terkesima dengan kecantikan panorama di Wae Rebo (NTT) dan Pulau Togean (Sulawesi Tengah).
• Kolaborasi Dengan Beberapa Sutradara Besar Tanah Air
Sejak masuk ke dunia perfilman Indonesia lima tahun silam, Putri Ayudya telah didapuk oleh beberapa sineas besar untuk membintangi film-film mereka. Sebut saja Garin Nugroho dan Joko Anwar.
Akting Putri di dunia perfilman Tanah Air dimulai saat ia didapuk oleh Garin Nugroho untuk berperan sebagai Soeharsikin dalam film Guru Bangsa: Tjokroaminoto yang disutradarai oleh Garin Nugroho. Dalam kesempatan wawancara dengan Kabari News, ia mengutarakan bahwa dirinya belajar banyak hal dari maestro kelahiran Jogjakarta tersebut, terutama beberapa trik akting. Ia mengaku hubungan dirinya dan Garin tetap baik meski hubungan kerja keduanya telah lama usai. “Mas Garin selalu ngasih semangat sama kita untuk terus menggali potensi terus menantang diri sendiri,”ungkapnya. Belum lama ini, Putri Ayudya juga berkolaborasi dengan Joko Anwar dalam film Gundala. Menurutnya, Joko juga merupakan seorang sineas yang menaruh kepercayaan penuh dan benar-benar peduli dengan aktor dan aktris yang pernah bekerja dengannya. “Seniman besar, orang-orang yang sincere dan betul-betul bergerak untuk karya dan percaya dengan orang-orang yang ada di dalam karyanya. Mereka cenderung terus mengawasi kita, untuk terus mengayomi kita,” ujarnya menjelaskan kemiripan kedua tokoh tersebut.
• Akting Dengan Skenario Berbahasa Mandarin
Pada tahun 2017, pemerintah Indonesia dan Tiongkok menjajaki kerja sama bilateral di bidang industri perfilman dan kreatif. Wujud dari kerja sama tersebut dituangkan dalam sebuah film yang berjudul Boundless Love. Proses syuting banyak dilakukan di Palembang dan sisanya di Tiongkok. Waktu syuting yang berdekatan dengan penyelenggaraan Asian Games 2018 (Jakarta – Palembang) sekaligus dimanfaatkan untuk ajang promosi dengan mengeksplor potensi wisata ibukota provinsi Sumatra Selatan tersebut.
Film yang diproduksi oleh Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf), Red and White China, dan PT. Kamala Media Cipta ini menunjuk sutradara asal Tiongkok bernama Wang Yiming untuk mengomandoi film tersebut. Sementara itu, Putri Ayudya ditunjuk untuk memerankan Nova dan aktor Tiongkok bernama She Hao didapuk sebagai lawan mainnya. Film yang diambil dari kisah nyata ini menceritakan perjalanan Nova sebagai seorang perawat yang menetap di Palembang dan jatuh hati pada seorang pria asal Tiongkok yang diperankan oleh aktor asal Negeri Tirai Bambu yang bernama Shen Hao. Saat membintangi film tersebut, Putri memutuskan untuk mempelajari Bahasa Mandarin demi kelancaran sewaktu syuting. Untuk mempersiapkan karakterisasi tokoh yang diperankannya, ia juga sempat bertemu dengan pasangan Indonesia – Tionghoa yang menginsiprasi lahirnya film tersebut. Tepat 2 hari menjelang syuting, ia baru mendapatkan naskah lengkap. Pada saat itu juga, ia menyadari bahwa 70% percakapan tokoh yang diperankannya tersebut menggunakan Bahasa Mandarin. “Saya didampingi Gabriel dari Semarang yang pernah sekolah di sana (Tiongkok). Dia mendampingiku untuk seluruh dialek dan bahasanya,” jelasnya. Untuk menyiasatinya, ia juga harus menghafal teks berbahasa Mandarin tersebut per adegan. (Foto Cover: dok. Arman Febriyan)