KabariNews – Rama Thaharani adalah seorang produser seni Indonesia yang sudah malang melintang di dunia seni pertunjukkan hingga ke mancanegara.

Wanita cantik berkaca mata ini mengawali karirnya sebagai pelaku seni melalui jalur musik klasik.  Berlatar belakang pendidikan dari jurusan Psikologi, Rama biasa ia disapa merambah ke seni pertunjukkan dengan diawali pekerjaannya sebagai operator objek temporare.

“Saya pertama kali masuk ke dunia kesenian itu di musik klasik, ketika megerjakan project operator kontemporer, saya memulai bersentuhan dengan dunia seni pertunjukkan kontemporer,” ujar Rama saat ditemi Kabari dalam acara Konferensi Western Arts Aliance (WAA) di Amerika Serikat.

Dari project tersebut dirinya kerap terlibat menjadi produksi seni pertunjukkan kontemporer secara freelance.

Lalu, ia berkisah, “setelah itu saya bergabung denagn teman-teman di komunitas hutan kayu, untuk beberapa project, termasuk  yang lumayan panjang itu set up di komunitas Salihara hanya beberapa tahun, lalu keluar dan sekarang menjadi produser independen,” cerita Rama.

Kehadirannya di Seatlle, Amerika, Rama diundang oleh pemerintah Amerika – National Endowment for the Arts dan Western Arts Alliance untuk menjadi bagian dari Peforming Arts yakni sebuah program yang dibuat oleh Western Arts Alliance untuk mempromosikan seni pertunjukkan Amerika ke dunia luar.

Untuk ketiga kalinya WAA digelar, acara ini mengundang 6 negara sebagai Peserta, di antaranya dari Indonesia, Australia, Hongkong , Mexico, Colombia, dan Canada.

Apa saja kesan-kesan dari berbagai pengalaman berkeliling sedunia? Mari kita simak berbagai detail wawancara dengan Mbak Rama, terutama tentang pendapatnya untuk potensi artistik Indonesia dalam kancah seni kurator, atau sebagai produser acara seni.  Mbak Rama menyarankan akan banyaknya pendidikan, bantuan finansial dan sarana, dan juga workshop / real-projects yang bisa dijalankan buat latihan anak-anak muda seni kurator di Indonesia. Silahkan disimak dari interview yang satu ini, ekslusif dengan KabariNews di Seattle, WA.( Aryo Wicaksono)