Perjalanan Veronica Tan sebagai Ketua Tim Penggerak Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Provinsi DKI Jakarta memberinya segudang pengalaman dan informasi tentang beragam problematika yang dihadapi oleh kaum marginal yang tinggal dan hidup di ibukota. Saat ditemui tim Kabari News di bilangan Menteng – Jakarta Pusat, ia mengungkapkan bahwa pengalamannya berinteraksi dengan anak-anak rusun semasa menjabat sebagai “First Lady” di DKI Jakarta memotivasi dirinya untuk menginisiasi program Operet Aku Anak Rusun. Tokoh yang akrab dengan disapa Bu Vero ini menyadari bahwa perkembangan karakter anak harus dibina sejak dini dengan teknik pembelajaran yang juga menyenangkan bagi sang anak. Ide tentang operet tersebut juga tercetus sebagai respon Veronica atas keprihatinan legenda musik Tanah Air, seperti Titiek Puspa, yang mengeluhkan fenomena punahnya lagu anak-anak di kalangan anak-anak. Secara khusus, melalui Operet Anak Rusun – Selendang Arimbi, pihaknya ingin menyampaikan pesan kebersamaan dan prinsip hidup dalam kerangka Bhinneka Tunggal Ika secara tersirat kepada anak-anak.

Semasa bertugas, Veronica banyak bersentuhan langsung dengan warga- yang saat itu baru dipindahkan dari kawasan bantaran sungai ke rusun-rusun. Setiap rusun yang dipersiapkan memiliki lantai dasar yang memang kosong sehingga dapat dipergunakan untuk kegiatan ibu-ibu dan anak-anak penghuni rusun. Tokoh kelahiran Medan, Sumatra Utara ini pun kerap mendorong lembaga-lembaga non-profit dan CSR (Corporate Social Responsibility) perusahaan untuk aktif mendukung kegiatan ibu dan anak di rusun-rusun. Seiring berjalannya waktu, ia mendapati kegiatan anak-anak rusun kebanyakan hanya bersifat akademik. Menanggapi fenomena tersebut, Veronica mengambil inisiatif dengan memanggil guru-guru Sekolah Musik Gloriamus untuk memberi pelatihan selama 3 sampai 4 bulan bagi anak-anak rusun yang bertalenta di bidang seni musik dan lolos audisi untuk berpartisipasi dalam Operet Aku Anak Rusun 2. “Dari tahun ini, musikal yang ke-2, kita berpikir maunya ada sustainable program buat mereka juga,” imbuhnya.

Operet serupa pertama kali diselenggarakan pada tahun 2017. Dengan mengangkat judul Ada Gulali Di Hatiku, operet kala itu melibatkan lebih kurang 5 rusun yang tersebar di DKI. Sementara itu, operet kali ini melibatkan sekitar 200 anak dari 3 rusun di Jakarta. Veronica menegaskan bahwa ia berkomitmen untuk menjalin komunikasi yang baik dengan orang tua, guru, dan juga pembina dari anak-anak rusun yang terlibat. Menurutnya, hal ini sangat penting untuk menghindari terjadinya miskomunikasi antar pihak, terutama saat jadwal latihan semakin padat menjelang pementasan. Untuk menjembatani proses komunikasi tersebut, pihaknya bekerjasama dengan Gerakan Kepedulian Indonesia. Selama beberapa tahun terakhir, yayasan sosial ini telah membina Rusun Pulo Gebang, Rawa Bebek, dan Daan Mogot dalam aspek ketersediaan air, kebersihan lingkungan, dan masih banyak lagi.

Pada pementasan kali ini, Veronica kembali tampil dengan selo andalannya. Di atas panggung, mantan Ketua Yayasan Kanker Indonesia (YKI) DKI Jakarta itu juga ditemani oleh 2 dari ketiga putra-putrinya, yakni Nathania dan Daud. Menurutnya, Nathania memang memiliki ketertarikan pada musik dan merupakan seorang pemain biola. “Yang kecil awalnya bilang aku banyak pr. Saya bilang ayolah ini kita sama-sama dengan anak-anak rusun,” ujarnya saat berkisah tentang bagaimana ia akhirnya berhasil membujuk putra bungsunya agar mau ikut terlibat. Meski tidak tertarik pada dunia musik, putra sulungnya Nicholas Sean tetap datang untuk menonton dan mendukung pagelaran tersebut.

Ke depan, Veronica berharap agar timnya dapat terus menggelar musikal serupa. “Kita terus-menerus bisa bikin satu cerita yang sederhana tapi kita mendidik. Kita terus bisa membuat musikal-musikal untuk anak-anak,” ujarnya. Ia pun tidak menutup kemungkinan akan membuka audisi berikutnya kepada publik.

Operet Aku Anak Rusun ~ Selendang Arimbi

Selendang Arimbi mengisahkan tentang seorang anak rusun bernama Arimbi, yang bercita-cita menjadi penari. Tantangan yang datang silih berganti tidak menggetarkan Arimbi untuk tetap meraih cita-citanya. Didukung oleh teman-teman rusunnya, Arimbi menghadapi segala tantangan dengan tegar. Tidak hanya belajar untuk fokus pada cita-cita, Arimbi juga belajar banyak hal mengenai solidaritas dan toleransi.