Yoshi Sudarso dan Ario Bayu (dok. IMDb)

    Film Buffalo Boys telah secara resmi ditunjuk sebagai perwakilan Singapura di ajang Piala Oscar 2019 dalam kategori Film Berbahasa Asing. Meskipun syutingnya bertempat di Indonesia dengan aktor dan aktris asal Indonesia, film tersebut merupakan hasil produksi beberapa studio asal Singapura. Belum lama ini, film tersebut juga turut meramaikan Asian World Film Festival di Los Angeles. Selama 4 tahun terakhir, festival film ini dikenal sebagai wadah berkumpulnya sekaligus kompetisi karya-karya layar lebar asal Asia. Film Buffalo Boys berhasil memboyong Snow Leopard Audience Award yang diterima oleh Yoshi sebagai perwakilan tim film yang disutradarai oleh Mike Wiluan tersebut.  

Buffalo Boys mengisahkan tentang dua orang anak Sultan Hamzah (diperankan oleh Mike Lucock), yakni Jamar (diperankan oleh Ario Bayu) dan Suwo (diperankan oleh Yoshi Sudarso), yang memiliki keinginan untuk membalas dendam atas pembunuhan ayah mereka setelah bertahun-tahun diasingkan ke Amerika Serikat. Sultan memberontak kepada Belanda yang proyek kolonialismenya menyengsarakan rakyat. Saat berupaya kabur dari kejaran Belanda bersama adik dan kedua putranya, Sultan Hamzah terbunuh. Jamar dan Suwo tumbuh menjadi lelaki yang tangguh, piawai bela diri dan bermain senjata api. Meski bukan penggembala sapi  sebagaimana makna cowboy itu sendiri, mereka mengenakan topi, pakaian, dan sepatu yang khas. Bersama paman mereka yang bernama Arana  (diperankan oleh Tio Pakusadewo),                                   

Jamar dan Suwo pun memutuskan untuk kembali ke kampung halaman demi menegakkan keadilan di Tanah Jawa. Mereka bermaksud untuk membalas dendam pada Kepala VOC yang bernama Van Trach (diperankan oleh Reinout Bussemaker) yang bertindak kejam dan semena-mena di daerah tersebut. Misi mereka sama dengan misi putri sang kepala desa, Kiona (diperankan oleh Pevita Pearce).  

KISAH YOSHI SUDARSO DAN BUFFALO BOYS 

Yoshi mengaku mendapat tawaran untuk berperan di film Bufallo Boys langsung dari sang sutradara, Mike Wiluan, yang menghubungi dirinya melalui agen perwakilannya di Hollywood. Setelah membaca naskah film yang dikirimkan, Yoshi mengambil tawaran tersebut secara instan karena terpikat oleh konsep cerita, penokohan dalam skenario, dan desain produksi film tersebut. Seperti penilaian banyak pihak, ia menilai film tersebut menawarkan konsep baru yang unik dengan menggabungkan sejarah kolonialisasi Asia dengan genre Barat klasik (Western). Di samping itu, ia tertantang oleh tawaran untuk membintangi film Buffalo Boys. Hal ini menjadi tonggak sejarah baru dalam perjalanan karir Yoshi lantaran ini merupakan pertama kalinya ia menjadi bintang utama sebuah film layar lebar. Kepada Kabari News, Yoshi mengaku karakter Suwo memiliki banyak kemiripan dengan dirinya sebagai seorang diaspora yang hijrah dan kemudian kembali untuk berjuang di tanah kelahirannya.                         

Buffalo Boys raih Audience Award di AWFF (dok. AWFF)
Buffalo Boys mendapat Audience
Award di AWFF (dok. AWFF)

Yoshi terima penghargaan Audience Award di AWFF (dok. AWFF)

Projek tersebut menandakan kerjasama Yoshi yang pertama kalinya dengan Mike Wiluan. Berdasarkan pengalamannya tersebut, ia menilai Mike merupakan seorang sutradara yang sangat akomodatif, terutama dalam faktor penyesuaian bahasa yang mejadi kendala utamanya. Sebelum syuting dimulai, Yoshi mengikuti pelatihan bahasa dan aksi koreografi selama sebulan di Jakarta. Ia juga harus belajar menunggang kuda dengan cepat dan bermain pistol di kedua tangan. Proses syuting film Buffalo Boys memakan waktu sekitar 2 bulan, yakni selama satu bulan di Jogjakarta dan satu bulan di Batam. Khusus di Batam, syuting dilaksanakan di studio milik Mike Wiluan yang memiliki beberapa struktur bangunan era kolonial. (Foto: dok. IMDb) 

Foto Cover: Yoshi Sudarso dan Pevita Pearce