Nama seorang Yoshi Sudarso mulai dikenal di seantero perfilman sejak ia mendapat kepercayaan untuk memerankan sosok Ranger Biru di serial televisi Power Rangers Dino Charge. Menurutnya, ia merupakan penggemar berat Power Ranger sejak kecil. Meski hijrah ke Amerika Serikat pada usia 9 tahun, ia terus mengikuti perkembangan serial TV yang diproduksi oleh Saban Entertainment tersebut bahkan sampai duduk di bangku SMA. Menurut Yoshi, peran perdananya di Hollywood tersebut diraihnya dengan susah payah dan penuh perjuangan. Ia pun harus mengikuti banyak sekali audisi dan serangkaian proses yang memakan waktu selama kira-kira 4 bulan sebelum akhirnya ditunjuk untuk berperan sebagai Ranger Biru. Selama proses syuting Power Rangers di Selandia Baru, Yoshi juga dituntut untuk tangkas dan cepat beradaptasi. Dalam wawancara bersama Kabari News di Los Angeles, aktor asal Indonesia itu mengutarakan bahwa dirinya pernah mengikuti audisi untuk serial TV Power Rangers Megaforce  dua tahun sebelumnya akan tetapi belum berhasil lolos seleksi.  

“Sebelum jadi Power Ranger, aku lebih banyak melakukan stunt (pemeran pengganti),” ujarnya ketika ditanya mengenai pengalamannya yang terdahulu di dunia seni peran. Yoshi pun sempat mengenyam pendidikan universitas di bidang Matematika karena tak pernah terbesit di pikirannya bahwa suatu hari ia bisa menjadi seorang aktor. Saat kuliah, ia kerap menjadi pemain ekstra (pemeran tambahan) di beberapa film produksi Hollywood. Terinspirasi dari serial Power Rangers dan film-film aksi Jackie Chan, Yoshi mengaku jatuh cinta pada dunia

Lee Management
Lee Management

stunt. Meski demikian, ia tidak pernah secara khusus mengikuti pelatihan bela diri. Dalam kiprahnya di dunia stunt, pria kelahiran Jakarta 29 tahun silam ini telah terlibat di banyak produksi besar Hollywood. Salah satunya, sebagai pemeran pengganti aktor Ki Hong Lee untuk beberapa adegan berbahaya di film The Maze Runner. Yoshi menilai  pengalamannya sebagai stuntman sangat berguna terutama saat dirinya menjadi aktor dalam film laga, terutama dari segi keamanan dan keterampilan koreografinya.

Yoshi memiliki banyak idola di dunia seni peran naik di Hollywood maupun di Indonesia. Kepada Kabari News, ia menuturkan bahwa ia melihat sosok Jackie Chan sebagai pribadi yang sangat lengkap karena kreativitas dan kepiawaiannya baik sebagai produser, sutradara, aktor, bahkan stuntman sekalipun. Di Hollywood, Yoshi juga mengagumi aktor Zachary Levi yang memiliki karisma dan kemampuan untuk menghadapi situasi tertentu. Sementara itu, di perfilman Tanah Air, ia mengaku kagum pada sosok Joe Taslim, Iko Uwais, dan Ario Bayu yang dianggapnya sebagai pembuka jalan bagi aktor-aktor Indonesia yang ingin berkarya di luar negeri.  

Yoshi beradu akting dengan Pevita Pearce di film Buffalo Boys (dok. IMDb)

Kesuksesan film Crazy Rich Asians dan Black Panther membuat posisi dan peran kaum minoritas kembali diperhitungkan di kancah  perfilman Hollywood. Menanggapi hal ini, Yoshi menilai perubahan tersebut positif dan ia berharap warga keturunan Asia di Hollywood mampu menggunakan momentum tersebut dengan sebaik-baiknya karena talenta warga keturunan Asia kini telah ada di berbagai lini, baik sebagai produser, sutradara, penulis naskah, maupun aktor.                   

MENGEMBANGKAN SAYAP KE PERFILMAN INDONESIA 

Pada pertengahan tahun lalu (2017), Yoshi dihubungi oleh salah seorang  sutradara Indonesia yang bernama Mike Wiluan. Dalam percakapan melalui jejaring Skype tersebut, Mike menawarkan sebuah peran dalam karya layar lebarnya yang berjudul Buffalo Boys. Yoshi awalnya sempat ragu karena terkendala pemakaian bahasa Indonesia yang sangat baku dalam skenario film tersebut sementara dirinya telah terbiasa berbahasa Inggris selama 2 dekade terakhir. Demi film tersebut, ia rela mengikuti pelatihan bahasa secara khusus selama satu bulan sebelum proses syuting berlangsung. Tak lama berselang, Yoshi kembali mendapat tawaran untuk berperan di sebuah film Indonesia yang berjudul Milly dan Mamet. Untuk mencapai hasil yang prima, ia kembali harus berlatih berbahasa Indonesia secara intensif selama 2 minggu sebelum syuting. 

Disinggung mengenai projeknya ke depan, Yoshi mengaku tengah  memproduksi beberapa film pendek di Amerika Serikat, antara lain sebuah karya singkat yang berhubungan dengan Avatar dan film pendek yang berjudul The Monkey Prince and The Flower Maiden. Sebelum kembali ke Los Angeles, Yoshi juga sempat syuting di Filipina untuk film yang berjudul Empty By Design yang kini tengah memasuki fase pasca-produksi. Ia juga kembali mendapatkan beberapa tawaran di Indonesia. Namun demikian, ia belum dapat mengungkapkannya ke publik.        

Perjalanan seorang Yoshi Sudarso sebagai aktor cukup panjang dan  tidaklah mudah. Disinggung mengenai respons kedua orangtuanya terhadap karirnya di dunia akting, Yoshi menjelaskan bahwa mereka tidak terlalu senang pada awalnya. Keduanya khawatir profesi tersebut tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari putranya. Namun, setelah mengetahui keberhasilan buah hatinya, keduanya kini mendukung penuh perjuangan Yoshi di dunia akting.