KabariNews – Seorang anak tiba-tiba tertidur dua hari lamanya setelah memakan brownies yang dibeli di sebuah mal. Orang tuanya panik, lalu melapor ke polisi, dan terkuaklah modus baru penjualan ganja dan narkoba dalam bentuk camilan!

Bisnis obat-obatan terlarang terus menerus mengulik modus untuk memuluskan langkah mereka. Sejatinya, tidak ada kejahatan yang sempurna. Buktinya, upaya mengelabui penjualan ganja dan narkoba dengan mencampurkan ganja pada adonan menjadi kue brownies terbongkar dengan jatuhnya korban seorang bocah SMP yang tidur dua hari lamanya akibat teler (mabuk—Red) setelah makan kue.

Dari pemeriksaan laboratorium, petugas menemukan zat THC yang merupakan kandungan inti dari ganja. Bukti semakin kuat dengan penemuan barang bukti, lalu Badan Narkotika Nasional (BNN) pun menangkap lima orang pelaku di kawasan Blok M Plaza (10/4).

Tak hanya itu, BNN juga berhasil membongkar pabrik pembuatannya di sebuah apartemen di kawasan Tangerang, Banten.

Berdasarkan pengakuan dalang komplotan yang berinisial IR itu, bisnis mereka itu sudah dijalaninya bersama 5 pekerjanya selama 6 bulan. Adapun trik mereka untuk tidak tercium oleh aparat, mereka kerap berpindah tempat.

Brownies Ganja Sudah Lama Beredar?

Ada pula pengakuan yang mengejutkan tentang peredaran narkoba yang dicampurkan ke dalam adonan brownies itu. Informasi diungkapkan oleh salah seorang mantan pengguna, yaitu An (20). Keterangan mengejutkan itu ditulis di koran nasional yang kemudian berhasil mengorek keterangan dari An, bahwa ternyata brownies ganja itu sudah lama dikonsumsinya, yakni sejak 2013 lalu.

“Kalau brownies ganja ini emang udah lama banget. Cuma engga tahu kalau baru terbuka sekarang,” kata An pada Kompas (16/4). Diakui An, ia mengenal brownies berbahan ganja itu dari temannya yang seorang juru masak. Bahkan ia mengaku langsung melihat pembuatannya. Dari temannya itulah An pertama kali mencoba dan ketagihan. Harganya cukup lumayan, untuk ukuran 20x10cm dibandrol Rp 100.000. Tak hanya brownies, berdasarkan pengakuan An, ganja juga bisa dibuat sebagai bahan makanan lainnya.

Dipasarkan Lewat Web

Sindikat Brownies GanjaDalam pemeriksaan intensif oleh penyidik, pelaku mengaku mencampurkan ganja dengan adonan kue sebelum kemudian memanggangnya dan menjadi kue brownies yang punya banyak penggemar. Sebuah modus baru yang keji.

Dalam penggerebekan, ditemukan 4 bungkus dan dua baskom ganja seberat 4 kilogram serta 2 loyang daun ganja yang siap diolah menjadi kue. Dijelaskan kepada petugas, proses pembuatan kue ini hampir sama seperti membuat brownies biasa. Ganja kering dihaluskan menjadi serbuk, lalu dicampur dengan tepung jadi, mentega dan bahan lainnya, kemudian dikocok dan dipanggang.

Dalam sehari mereka membuat 20 kotak kue sesuai pesanan dan dikirim ke alamat pemesan. Pengakuannya, kue itu dicampur ganja untuk meringankan deraan penyakit HIV dan Hepatitis C yang diidapnya. Setelah makan kue itu, ia merasa tubuhnya lebih fit.

Cara ini, lanjut tersangka IR, lebih aman ketimbang membakar ganja sebagai rokok. Kemungkinan tercium kejahatannya lebih besar. Dari situ, ia kemudian memasarkan camilan itu ke kalangan teman-teman yang mengidap penyakit sama.

“Karena senasib dan saya bisa merasakan manfaatnya, makanya saya jual kepada mereka,” kata IR saat diintrograsi.

Brownies, lalu membuat cokelat juga, dikemas dalam wadah menarik dan dijual Rp200 ribu per kotak. Satu kotak berisi 20 kue berbentuk bunga dan hati. Selama 6 bulan ini kue dipasarkan melalui website www.tokohemp.com dengan kata-kata yang memakai kode-kode tertentu yang umum di kalangan mereka. Kue dipesan melalui telepon dan BBM.

Melihat rupiah yang mengalir deras, mereka menyewa sebuah counter di bilangan Blok M Plaza. Tentu dengan cara-cara tersembunyi, kamuflase, agar tidak terendus oleh aparat. Mereka menyamar dengan berjualan celana dan sepatu, meski celah terkuaknya kejahatan sangat kasat mata. Di toko itu juga menjajakan produk yang identik dengan penggunaan narkoba, seperti alat hisap bong, kertas papir untuk melinting ganja dan berbagai aksesoris berlogo daun ganja.

Diduga, bisnis narkotika berkedok penjualan kue berisi ganja ini sengaja dikembangan oleh pengedar narkotika untuk mempermulus transaksi jual beli ganja dan memperluas target pasar di kalangan pelajar, mahasiswa dan para pecandu ganja di kota-kota besar di Indonesia.

Akibat perbuatan tersebut, kelima tersangka terancam dijerat Pasal 111 Ayat 2, Pasal 114 Ayat 2, Pasal 132, UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dengan ancaman hukuman mati.

Bahaya Brownies Ganja

Tindak kejahatan ini tergolong keji, karena menyasar masyarakat awam. Terlebih brownies yang terpapar narkoba baru bisa dideteksi melalui uji cek laboratorium. Dampaknya pada kesehatan luar biasa serius. Dr Tri Ari Wibowo dari laman _Meetdoctor_ mengatakan, narkoba dalam bentuk apa pun pasti merugikan kesehatan. Walau manis seperti brownies umumnya, namun efek ganja itu sama dengan risiko mengonsumsi narkoba secara langsung.

Orang bisa ketagihan hingga mengalami kelainan syaraf. Pasalnya, ganja dapat menstimulasi kerja otak, menyebabkan halusinasi, menghilangkan konsentrasi dan merusak sistem kekebalan tubuh.

Pada anak-anak, dampaknya lebih serius lagi, misalnya menyebabkan keracunan akut, overdosis, menurunkan fungsi otak dan menganggu tumbuh kembang anak. Tentu sangat berbahaya jika hal ini terjadi secara luas di generasi penerus kita.

Untuk itulah BNN mengimbau masyarakat untuk berhati-hati membeli makanan. Selalu mengecek apakah pada kemasan makanan yang dijual itu terdapat label sertifikasi BPOM sebagai pengawas obat dan makanan. Jika tidak ada, jangan beli dan bisa segera melaporkan kepada pihak berwajib.

Ahok Siap Sidak Pedagang

Penemuan modus baru peredaran narkoba ini tidak hanya mengejutkan masyarakat luas, melainkan juga orang nomor 1 di DKI Jakarta, yaitu Gubernur Basuki Tjahaja Purnama yang lebih akrab disapa Ahok. Ia mengaku merasa kecolongan. Mencegah hal serupa berulang, Ahok menggiatkan kerja sama dengan Badan Pengawasan Makanan dan Obat (BPOM). Pengawasan dan pemeriksaan terhadap tempat usaha makanan dan pedagang kaki lima terus digalakkan.

Ahok meyakini peredaran brownies ganja ini akibat kendur dan rendahnya pengawasan terhadap peredaran makanan di masyarakat selain pengeluaran surat izin usaha dan perdagangan (SIUP). Diungkapkan Ahok, jika SIUP tidak diawasi, kelak akan ada tindakan kriminal peredaran narkoba dengan modus baru lagi. “Makanya itu, kalau kami kasih SIUP tapi nggak diawasi, ya begitu,” paparnya.

Mantan Bupati Belitung itu pun berjanji akan memperketat peredaran narkoba melalui penyalahgunaan makanan dengan melakukan sidak ke tempat-tempat pembuatan makanan. “Kita akan kerjasama dengan BPOM untuk sama-sama memeriksa, sampai ke tingkat PKL (pedagang kaki lima),” papar Ahok. (1001 dan berbagai sumber)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/76965

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Asuransi Kesehatan

 

 

 

 

kabari store pic 1