Elvira, Elvin dan EstelitaKabariNews – 3E : Elvira, Elvin dan Estelita, tiga Puteri Indonesia 2014 yang telah mengukir sejarah dengan meraih tiga prestasi terbaik dalam kategori Best National Costume di ajang kecantikan dunia. KABARI mewawancarai ketiganya secara eksklusif untuk mengenal mereka lebih dekat.

Puteri Indonesia 2014 telah berhasil membuktikan dengan mengukir prestasi ajang kontes kecantikan dunia. Tidak hanya Elvira Devinamira yang berhasil meraih Best National Costume, melainkan juga kedua rekannya yang mendapat kemenangan serupa. Mereka adalah Elfin Pertiwi dan Estelita Liana.
Puteri pertama yang meraih prestasi gemilang adalah Elfin Pertiwi Rappa, Runner Up I Puteri Indonesia dan juga Puteri Indonesia Lingkungan 2014.

Mereka mewakili Indonesia pada ajang Miss International 2014. Elfin berhasil masuk sebagai Top 10 Miss International 2014 dan meraih Best National Costume di ajang Miss international yang digelar di Grand New Price Takanawa Hotel, Jepang pada November 2014 lalu.

Elfin tampil dalam kostum istimewa yang diberi tajuk Tale of Singer Crown, yang berhasil mengalahkan 73 kontestan lainnya. Kostum bernuansa emas itu terinspirasi dari wasra Lampung yang mampu memukau para juri dan mengharumkan nama Indonesia di ajang kecantikan Miss International nan prestisius itu.

Sementara itu Estelita Liana, yang akrab disapa Lily, berhasil membawa pulang piala Best National Costume di ajang Miss Supranational yang digelar di Warsawa, Polandia pada Desember 2014 lalu. Tidak kalah memukau, kostum yang dikenakannya bertema Warrior Princess of Borneo lengkap dengan 52 bulu khas Dayak membuat dara asal Yogyakarta itu unggul dari 70 konstestan lainnya.

Melengkapi kebanggan Indonesia dengan prestasi kedua Puteri Indonesia 2014 itu adalah tampilnya Elvira Devinamira yang tak kalah hebatnya. Ia mengenakan kostum spektakuler bertema Borobudur The Chronicle of Borobudur. Penampilannya begitu menawan langsung mencuri perhatian dunia. Ia memenangkan gelar Best National Costume di ajang Miss Universe 2015. Elvira pun tercatat sebagai orang pertama yang mengukir prestasi di Miss Universe setelah hampir 20 tahun Indonesia rutin mengambil bagian di ajang kecantikan dunia itu.

Kostum Elvira dibuat menyerupai candi yang dilengkapi dengan sayap dan corak bernuansa etnik berwarna emas. Tampil dengan elegan dan megah, tentunya perlu pengorbanan, karena siapa yang menyangka berat kostum mencapai 20 kg. Demi tampil maksimal, Elvira pun dituntut memiliki tenaga ekstra untuk mengenakannya.

“Terbayar lunas segala usaha dan pengorbananku. Ini untuk Indonesia dan aku merasa sangat bangga dan bersyukur. Lebih dari itu, kami satu angkatan memenangkan tiga Best National Costume. Semua dipukul rata oleh kami, ini buah dari usaha keras” ungkap Vira.

Metamorfosis Sang Puteri

Elvira, Elvin dan Estelita-1Cantik, cerdas, tinggi dan ramah itulah yang bisa digambarkan tentang Elvira. Dara cantik kelahiran Surabaya, 28 Juni 1993 ini masih tercatat sebagai mahasiswa Fakultas Hukum jurusan Hukum Internasional semester 7, Universitas Airlangga. Nilai akademisnya tercatat memuaskan. Vira bahkan mampu mempertahankan nilai akademis cum laude selama beberapa semester.

Sebelum mengikuti ajang Puteri Indonesia, kehidupan dan aktivitas sehari-hari puteri sulung pasangan Agus Wiyono dan Henida ini lebih banyak dihabiskan di rumah.

“Waktu luang saya banyak di rumah, mengerjakan tugas kuliah, belajar atau menonton film. Terus begitu, Sampai akhirnya mama memotivasi saya untuk melangkah. Beliau melihat ada potensi dalam diri saya. Hingga aku bisa seperti sekarang, peran Mama sangat besar,” tandasnya.

Hari-hari selanjutnya, Vira yang anak rumahan dan sangat akademis itu mulai mengubah diri. Hampir 2 tahun dia melakukan transformasi dan menggali potensi dirinya dengan mengikuti berbagai kegiatan yang memperkaya soft skill-nya. Misalnya, aktif berorganisasi, juga mengikuti kursus-kursus singkat, termasuk mengikuti simulasi sidang PBB di Harvard, AS.

Tidak hanya itu, dia juga menjajal dunia modeling untuk penguasaan panggung dan mengikuti berbagai kontes Jawa Timur. “Dari kontes Cak Ning, saya mencoba mencemplungkan diri sendiri ikut modeling, dari ngga dibayar sampai berpendapatan cukup menghasilkan selama 1,5 tahun. Tidak masuk agency ataupun modeling school, semua otodidak” paparnya.

Segala usaha yang Vira lakukan tentu bukanlah hal yang mudah. Ia berjuang banyak untuk menggapai impian-impiannya. “Tidak ada hasil yang mengkhianati usaha. Saya hidup dalam berjuang. Tidak ada yang saya dapatkan tanpa ikhtiar. Saya mulai dari bawah, dari benar-benar yang nggak tahu apa-apa, cewek yang tidak merasa bahwa diriku cantik. Dulu pipiku tembam, dan aku sama sekali cuek. Ansos (anti sosial—Red), aneh, kurang apa coba? Sekarang aku bisa jadi Puteri Indonesia 2014, sama sekali nggak menyangka. Itu adalah hasil dari perjuangan-perjuanganku selama ini. Tentunya doa dari orang tua, karena aku melakukan ini semua tulus untuk orang tua. Aku ingin membanggakan mereka,” papar gadis pehobi main piano itu.

Sukses membangun percaya diri dan memperkaya ilmu membuat pecinta masakan Indonesia ini yakin untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi. Selain ingin menjajal kemampuannya, Vira juga ingin memenuhi keinginan sang Mama untuk mengikuti kontes kecantikan Puteri Indonesia sebagai wakil dari Jawa Timur “Aku percaya ridho adalah ridho orang tua, jadi aku akan melakukan apa saja, asalkan membuat orang tua happy” tambah Vira.

Pengalaman hidup memang telah mengajarkan banyak hal bagi Vira. Perjuangan dan kerja keras orang tuanya untuk mencapai apa yang mereka miliki saat ini memotivasi Vira untuk berbuat hal yang sama dalam hidupnya. Salah satunya adalah rencana mengaplikasikan ilmu hukum internasional yang ia miliki dengan ke United Nations.

Selama mengikuti ajang Puteri Indonesia dan Miss Universe membuat Vira ingin mendedikasikan diri bagi seluruh perempuan di dunia. Ia ingin menyuarakan “Stop women physical abused” merata ke seluruh dunia. Karena itu ia ingin sekali bekerja di United Nations.

“Aku ingin mengiplementasikan ilmu yang kupelajari sama rata di seluruh dunia bahwa wanita tidak lagi tertindas. Jadi, harapan ku, terhentinya women physical abuse tidak hanya akan lebih menyejahterakan suatu negara, tetapi juga dunia. Itu keinginanku,” ungkapnya.

Si pemalu yang jago karate

Elvira, Elvin dan Estelita-2Memiliki tubuh yang lebih mungil dari kontestan lain tidak menyurutkan semangat Elfin Pratiwi Rappa atau Elfin untuk terus maju mengikuti kontes Puteri Indonesia. Dara yang supel dan murah senyum ini bahkan terus ingin berada di depan dan memotivasi semua wanita agar tidak menjadikan kekurangan sebagai kelemahan.

Hal ini diungkapkan Elfin di sesi sharing bersama para finalis Puteri Indonesia 2015. Elfin mengungkapkan dirinya pernah minder dengan tinggi badannya, namun dara bermata bulat itu tidak mau kekurangannya jadi menurunkan kepercayaan diri.

“Tak hanya fisik yang jadi penilaian. Ada banyak hal dari diri kita yang bisa ditonjolkan, baik itu wawasan, attitude, juga kecerdasan dalam menjawab pertanyaan dari para juri. Tidak tinggi? Tenang…, ada high heels yang bisa membantu kita jadi tinggi sempurna ha ha ha,” ujar Elfin berkelakar.

Keluesan Elfin berlenggak lenggok dan berpose sebenarnya sudah terlihat sejak ia masih balita.

“Mama cerita aku suka pose di depan kaca pakai handuk di kepala,” kenang gadis berumur 19 tahun itu. Sang Ibu memang menginginkan Elfin tumbuh jadi gadis yang feminin dan lebih mengutamakan perawatan. Tapi sayang, Elfin tumbuh jadi tomboy dan kerap kali membuat sang Ibu khawatir.

Ditambah dengan kegemaran Elfin berolahraga sehingga membuatnya sering terkena matahari dan debu.

“Aku tomboy dulu, waktu SMP dan SMA. Aku suka sekali olahraga. Untuk ekskul, aku ikut renang, basket, taekwondo dan karate. Jadi, suka panas-panasan sampai kulit terbakar. Pokoknya, jauh dari feminin,” ungkap Elfin.

Sang Ibu pun mengarahkan Elfin ke dunia modeling. Sejak itu gadis keturunan Portugis dan Palembang itu mulai menikmati dunia model dan menyabet banyak prestasi lomba remaja, di antaranya untuk sampul tabloid remaja Aneka Yess pada 2009, Semifinalis Gadis Sampul 2011, Top 3 Star Teen High End Magazine, Top 3 Model Indonesia, dan Gadis Palembang 2012.

Menjadi wakil dari Sumatera Selatan, Elfin berhasil meraih Runner Up I Puteri Indonesia dan gelar Puteri Indonesia Lingkungan 2014. Karena meraih Runner Up I Puteri Indonesia, maka ia berhak maju sebagai kontestan Miss Internasional 2014 di Jepang mewakili Indonesia. Di ajang itu ia sukses mencuri perhatian, khususnya para juri di ajang kontes kecantikan ke-4 dunia. Ia berhasil mengantarkan Indonesia ke prestasinya selama 1 dekade terakhir mengikuti ajang tersebut dengan meraih posisi Top 10 dan memenangkan penghargaan Best National Costume.

Prestasi tersebut tentu saja menggembirakan bagi Elfin, selain membanggakan Indonesia, ia juga bisa mewujudkan keinginan orang tua. Namun ada hal yang paling membuat sedih. Ketika dirinya berhasil, sang ayah tercinta Robert Leonard Rappa tiada.

“Sedih, karena papa tidak sempat melihat aku berhasil. Saat aku disebutkan masuk Top 10 di Miss Internasional, aku berusaha tegar dan melihat ke kamera. Membayangkan papa bisa menyaksikan aku. Papa pasti bangga banget” ungkap gadis yang bercita-cita menjadi pengusaha itu.

Setelah memberikan yang terbaik untuk Indonesia, dan tugasnya sebagai Puteri Indonesia Lingkungan 2014 sudah selesai, Elfin ingin kembali ke bangku kuliah yang selama beberapa bulan terakhir ditinggalkannya.

Untuk mempersiapkan Miss Internasional, elfin terpaksa cuti agar lebih fokus. Dan sekarang Elfin sudah kasih yang terbaik, ia ingin melanjutkan kegiatan akademis yang sempat tertunda sambil mengisinya dengan kegiatan entertainment. Yah yang tidak menyita banyak waktu, paling menerima tawaran jadi presenter atau film yang tidak striping supaya tidak mengganggu jadwal kuliah” ungkapnya.

Sebelum memutuskan untuk menetap di Jakarta, Elfin tercatat sebagai mahasiswi Universitas Sriwijaya, Fakultas Ekonomi semester 4 jurusan Managemen. Aktivitas Elfin yang banyak di Jakarta akhirnya membuatnya harus menetap di Ibu Kota.

“Sebenarnya keinginan tinggal di Jakarta sudah dari dulu dan sudah disiapkan papa. Tapi sepeninggal papa membuat Elfin cukup terpukul. Jadi, tidak siap meninggalkan Mama dan adik di Palembang. Tapi, karena sekarang banyak aktivitas di Jakarta, maka aku putuskan pindah ke Jakarta, yaitu untuk kuliah dan mendalami dunia _entertaiment_” kata Elfin yang mengaku mendapatkan beasiswa di salah satu perguruan tinggi terbaik di Jakarta.

Wujud Mimpi Estelita Liana

Putri dengan inisial E ke 3 adalah Estelita Liana atau yang akrab disapa Lily. Gadis asal Yogyakarta ini memang mencerminkan sebagai putri Jawa yang kemayu baik dari tutur katanya maupun hatinya yang mudah sekali tersentuh.

Mahasiswi Kedokteran Universitas Gajah Mada, Yogyakarta ini sejak kecil memang bercita-cita ingin menjadi seorang putri. “Sejak kecil Lily memang penuh mimpi. Cita-citaku dari kecil jadi putri, pakai baju bagus, pakai mahkota kaya di film-film, cantik dan anggun. Itu sudah terekam di benakku sedari kecil. Kalau ada kontes kecantikan di televisi aku pasti menonton, sambil berkhayal suatu saat bisa seperti itu” akunya bangga.

Keberadaan calon dokter yang cantik ini tidak lepas dari peranan orang tua. Impian Lily menjadi kontestan puteri Indonesia didukung sang Ibu. Sugesti positif terus-menerus dibisikkan ke telinga dan batin gadis berkulit sawo matang itu. Adapun profesi yang hendak digelutinya, yaitu menjadi dokter, tak lain karena saat kecil Lily sering sekali sakit.

“Waktu kecil aku sering banget sakit, karenanya Mama terus membisikkan hal-hal positif, seperti ‘Besok, kalau besar, kamu harus jadi dokter. Ini jadi pelecut semangat buatku. Nilai-nilai dari Mama terus tertanam sampai saat ini,” paparnya, yang ingin mewujudkan impian dari kecil untuk membanggakan orang-orang yang dicintainya, terutama mengangkat derajat orang tua dan diri sendiri.

“Mungkin Lily ngga bisa lahir dari anak raja atau ratu seperti dalam film-film, tapi Lily bisa jadi Puteri Indonesia untuk menjawab mimpi-mimpi Lily. Dari kecil, Lily suka beli suplemen peninggi badan, olahraga renang biar tinggi, terus belajar tari daerah, karena sebagai wanita Indonesia harus punya hobi sendiri,” ungkap Lily.

Tak hanya membekali diri dengan pelatihan fisik, Lily tekun belajar untuk melengkapi kriteria 3B ( brain, beauty, behaviour) sebagai syarat ajang kecantikan. “Tak hanya cantik yang dinilai, tapi harus membekali diri dengan pengetahuan dan keterampilan. Yang terakhir, berusaha menjadi orang yang disukai teman-teman agar mereka mendukung di ajang Puteri Indonesia,” lanjutnya lagi.

Segala usaha yang dilakukan Lily tidak sia-sia, segala pejuangannya berbuah gelar Runner Up II Puteri Indonesia 2014, sekaligus Puteri Indonesia Pariwisata 2014. “Lily berhasil menjawab mimpi masa kecilnya menjadi seorang puteri. Ke depan aku harus bisa mewujudkan mimpi-mimpiku yang lain, salah satunya mengharumkan nama Indonesia di Miss Supranational 2014,” imbuhnya.

Yang terpenting lagi, menjadi Puteri Indonesia membuatnya tumbuh jadi pribadi yang dewasa. “Jadi Puteri Indonesia saya merasa berada dalam satu lift yang membuatku tumbuh lebih cepat dan lebih matang dalam satu tahun, Sebagai dokter kelak, aku mau mengisi profesiku dengan nilai-nilai yang diraih dari pengalaman sebagai Puteri Indonesia,” tutup Lily.

Dynand Fariz
Desainer 3 Best National Costume Puteri Indonesia

Dynand FarizPencapaian spektakuler oleh 3 Puteri Indonesia di kontes kecantikan dunia sontak menggelitik rasa ingin tahu, siapakah desainer bertalenta itu?

Dynand Fariz, inilah sosok di balik sukses 3 Puteri Indonesia dalam meraih Best National Costume. Karya busana dari tangan pria nyentrik ini tidak diragukan lagi. Sebelumnya, ia telah memenangkan banyak penghargaan, seperti Pemenang Anugerah Seputar Indonesia 2012 untuk kategori Tokoh Industri Kreatif.

Ia juga cukup dikenal di ajang Beauty Pageants, tetapi untuk ajang Male Pageants banyak meraih berbagai penghargaan. Presiden Jember Fashion Carnaval (JFC) ini mengaku bekerja dengan hati dan fokus mengangkat budaya Indonesia.

”Aku mengerjakan semua kostum dengan hati. Yang aku rasakan, aku sedang mengerjakan sebuah misi atas nama bangsa dan negara. Mengerjakan yang terbaik bersama tim, dan hasilnya kuserahkan pada Tuhan YME,” kata Fariz.

Pengalaman membuat kostum untuk JFC yang saat ini sudah mendunia juga menjadi modal Fariz untuk membuat national costume yang dikompetisikan. Fariz mengambil tema dasar busana nasional Indonesia yang kemudian ‘diracik’ dengan inovasi berbeda.

Sejak awal Fariz yakin kostum nasional rancanganya akan menang, bukan karena rancangannya megah dan istimewa, tapi lebih karena dibawakan oleh Three E —Elvira, Elfin dan Eselita. Mereka mampu membawakan kostum nasional secara maksimal. “Kostum semegah apa pun tidak akan menang kalau tidak dibawakan secara maksimal. Mereka bertiga berhasil menyatu dengan rancangan saya, dan saya bangga bisa ambil bagian dalam penghargaan ini,” ungkap Fariz. (1001)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/75218

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln

 

 

 

 

kabari store pic 1