Banyaknya hiburan modern saat ini membuat keberadaan seni tradisi
semakin terpinggirkan. Ditambah lagi media informasi seperti saluran
televisi juga jarang mengangkat profil seni tradisi, maka tak heran
pertunjukan dan penggiat seni tradisi semakin lama semakin berkurang
jumlahnya. Seperti kelompok kesenian Wayang Orang (WO) Bharata ini. Di
Jakarta mungkin hanya kelompok wayang orang ini yang masih bertahan
hidup di tengah hingar bingarnya gaya hidup hedonis Jakarta.
WO Bharata dibentuk tahun 1972 dan telah banyak mengalami pasang surut dalam eksistensinya.
Mulai
dari tampilnya mereka di luar negeri seperti di Jerman(1985) Turki
(1992) dan Belanda (1999) hingga terpaksa tetap mentas meski hanya
ditonton tiga orang!

Kabari Seni"Wayang Orang Bharata"

Gedung WO Bharata terletak di Jalan Kalilio, Senen, Jakarta Pusat. Gedung WO Bharata berhimpitan dengan toko kelontong dan pedagang kaki lima di sekitar terminal Senen. Pada kurun 1963-1999 WO Bharata
sempat menggelar pertunjukan setiap malam, namun sejak gedung
pertunjukan direnovasi, pertunjukan hanya dilangsungkan setiap Sabtu
malam saja. Biasanya pertunjukan dimulai pukul 20.00 WIB dan ketika Kabari menyambangi, mereka memainkan lakon Kresno Duto.
Malam itu berkisar 70 orang saja dari kapasitas 208 kursi. Penontonnya
kebanyakan orang tua yang usianya sepuh. Para orang tua yang menonton
disini biasanya mencari obat rindu akan seni tradisi Jawa sekaligus
menjadi ajang reuni dan kumpul-kumpul.
Harga tiketnya terbilang
murah, yaitu sebesar Rp 20.000 untuk Kelas 1 dan Rp 25.000 untuk Kelas
Utama. Menariknya, banyak di antara penonton yang sengaja membawa
anak-anaknya dengan tujuan mengenalkan kesenian tradisi sejak usia
belia. Penonton yang hadir juga bukan hanya dari Jakarta tetapi juga
dari Bogor, Bekasi, dan Tangerang.

Kabari Seni"Wayang Orang Bharata"

Banyak pesan moral yang bisa diambil dari dalam cerita yang disajikan dalam pertunjukan WO Bharata. Salah satunya tentang kebenaran yang akan selalu menghancurkan kebatilan.
Bapak Marsam, pimpinan WO Bharata
menegaskan bahwa mereka selalu berpesan kepada anak-anak mereka, agar
jangan pernah sekali-kali melupakan dan meninggalkan WO Bharata karena orang tua mereka hidup dan besar dari berkesenian ini, ujarnya.
Harapan para anggota WO Bharata
ini adalah agar seni tradisi semacam ini mendapat perhatian cukup dari
pemerintah daerah dan pemerintah pusat, apalagi di tengah
gembar-gembornya Tahun Kunjungan Wisata Indonesia 2008 (arip)

Untuk Share Artikel ini, Silakan Klik www.KabariNews.com/?31460

Klik Disini untuk Baca Artikel ini di Majalah Kabari Juli 2008 ( E-Magazine )

Mohon Beri Nilai dan Komentar di bawah Artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Intero Real Estate

Lebih dari 1 juta rumah di Amerika

Klik www.InteroSF.com

Email : Info@InteroSF.com  atau  telpon  1-800 281 6175