Sejak dicanangkan sebagai salah satu warisan dunia bukan benda (Intangible Cultural Heritage) oleh UNESCO, pamor batik langsung melonjak. Untuk mengapresiasinya bahkan Presiden SBY meminta rakyat Indonesia pakai baju batik secara serempak pada 2 September lalu.

Ada dua versi arti batik dalam bahasa Jawa. Pertama “Ambatik” yamg
artinya tulisan atau melukis. Kedua, dari kata “Ngembatik” atau
“Ngembat titik” yang artinya membuat titik-titik atau pola. Dalam
perkembangannya, kegiatan itu kemudian menjadi sebuah ‘cara kerja’
berupa melukis di atas kain putih yang hasil akhirnya disebut batik.

Batik mudah didapat. Mulai dari pasar tradisional, butik sampai
mall. Harganya pun bervariasi. Mau yang murah ada, yang harganya
selangit juga ada, tergantung kualitas. Harga batik memang tergantung
bahan dan bagaimana cara membuatnya. Tapi biasanya batik tulis lebih
mahal daripada batik cetak. Sementara dari segi bahan, batik dari kain
sutra misalnya, tentu lebih mahal daripada kain biasa.

Harga boleh beda, tapi ada satu yang sama. Yakni proses pembuatannya
yang panjang! Betul, membuat batik tidak sesederhana yang dibayangkan.
Perlu proses yang panjang dan cukup berbelit.

Saat Kabari menyambangi sebuah kampung batik di Solo, akhir tahun
lalu, Kabari berkesempatan masuk ke dapur Danar Hadi, butik batik yang
terkenal di Indonesia.

Wajar Kalau Harganya Mahal

Sebuah batik sebelum benar-benar bisa dikenakan, ternyata harus melewati proses setidaknya sampai empat tahap dasar.

1. Pemilihan kain

Umumnya kain dasar batik adalah putih dan dipilih sesuai dengan
kualitas yang diinginkan. Jika ingin menghasilkan batik berkualitas,
bisa dipilih kain sutra.

2. Pencucian kain

Kain kemudian dicuci agar kotoran atau lem yang membuat kaku kain
(kanji) larut dalam air. Pencucian ini dilakukan berulang-ulang dengan
air bersih. Bahkan pada pencucian ketiga atau keempat, kain dicuci
dengan bahan pelarut yang mengandung zat asam. Dalam bahasa Jawa
pekerjaan ini disebut ngethél.

3. Membuat pola

Setelah kering, kain dibuatkan pola lukisan dengan pensil sesuai tema
yang diinginkan, misalnya motif kembang-kembang atau ukiran. Ada juga
istilahnya membuat isen-isen
, yakni pembuatan pola titik, garis, lingkaran-lingkaran kecil, atau
bentuk-bentuk lain. Tujuannya agar pola kelihatan lebih luwes dan tidak
berkesan kosong. Tahap ini disebut Nglowong

4. Pelilinan

Pekerjaan selanjutnya disebut ngengreng
atau pelilinan. Yakni proses melukis dengan canting. Canting merupakan
alat khusus yang digunakan untuk membatik, Bentuk canting terdiri dari
tiga bagian, pertama, gagang atau tangkai, yang digunakan untuk
memegang pada saat membatik, kedua, nyamplung, yaitu badan canting yang gunanya sebagai wadah malam (lilin khusus batik- red) ketika kita membatik. Ketiga adalah cucuk atau carat, yaitu ujung canting yang berlubang tempat mengalirnya cairan malam .

Dengan canting, cairan malam yang masih hangat itu kemudian
dituliskan mengikuti pola secara hati-hati dan detail. Ini dilakukan
pada masing-masing permukaan kain. Pada batik cetak, canting yang
digunakan adalah canting cetak yang sudah berbentuk pola tertentu.

5. Pewarnaan

Setelah kain dilukis dengan canting, maka dimulailah proses pewarnaan.
Kain dicelupkan ke air berbahan perwarna. Pewarnaan pertama biasanya
hanya untuk mewarnai kain saja. Misal, menjadikan warna kain hijau maka
seluruh permukaan yang tak terkena lukisan canting akan menjadi hijau.
Setelah kain dijemur dan kering serta berwarna hijau, kain kemudian
dicelupkan lagi dengan warna sesuai pola yang diinginkan. Proses ini
bisa dilakukan hingga tiga atau empat kali pewarnaan, pokoknya sampai
dicapai warna yang diinginkan. Jadi jangan heran jika Anda melihat
batik dengan tiga atau empat warna berbeda. Setelah dirasa sesuai, kain
kemudian dijemur lalu disetrika hingga licin sebelum dijual ke pasaran.

Prosesnya rumit dan panjang bukan? Kabari sendiri terkagum-kagum
dengan proses pembuatan batik yang dipertontonkan para pekerja di batik
Danar Hadi Solo. Danar Hadi sedikitnya memperkerjakan 50 ibu-ibu hanya
untuk proses pelilinan. Belum termasuk tenaga pencelup, pencuci,
pembuat pola dan sebagainya. “Kami punya setidaknya 200 tenaga pembuat
batik di sini,” kata Ibu Lilik Sri, manajer pemasaran Danar Hadi kepada
Kabari.

Beda batik cetak dan batik tulis

Berapa lama sih proses pembuatannya? Ibu Lilik Sri menjawab diplomatis,
“Jaman dulu karena semua proses dilakukan sendiri, membuat sebuah kain
batik membutuhkan waktu sebulan. Kalau di Danar Hadi, karena dikerjakan
secara massal, dalam satu bulan kami bisa memproduksi ratusan kain
batik,” ujarnya.

Usai meninjau dapur pembuatan batik, Kabari juga diajak melihat
ruang pamer Danar Hadi. Di ruang pamer ini terdapat ribuan potong kain
batik yang sudah menjadi berbagai macam komoditas, seperti kemeja,
celana, syal, tas, hingga topi.

Harganya bervariasi, ada kemeja batik seharga lima puluh ribu
rupiah. Tapi ada juga yang harganya empat juta rupiah, “Wow!”. Ibu
Lilik Sri mengungkapkan, batik tulis itu terbuat dari bahan sutra,
makanya harganya mahal.

Lalu bagaimana sih membedakan batik tulis dan batik cetak?
Ibu Lilik menjawab sembari meperlihatkan sebuah kemeja batik, “Secara
sepintas memang sulit, tapi kalau diperhatikan ada bedanya. Pada batik
tulis pasti ada satu atau dua pola yang berbeda antara satu bagian
dengan bagian lain. Misalnya jumlah isen-isen atau titik. Pada kerah
kemeja ini jumlah isen-isennya ada tujuh, sementara isen-isen pada
bagian lengan ada delapan,” papar Ibu Lilik Sri.

“Pada batik cetak, tidak ada seperti itu, semua motif isen-isennya
pasti sama. Kenapa bisa? karena batik cetak dibuat dengan cara dicetak
dengan canting cetakan, jadi motifnya pasti teratur, sama, dan seragam.
Tapi kalau batik tulis, dibuat dengan tangan, oleh manusia, sehingga
bisa saja mereka alpa,” tutur Ibu Lilik Sri.

Ooh jadi begitu ya, wah Kabari benar-benar baru tahu. Ternyata menelusuri segala hal tentang batik, begitu menarik. Maka tak salah kalau UNESCO mencanangkan batik sebagai World Intangible Cultural Heritage dari Indonesia.

Jadi, kalau memang cinta Indonesia, beli dan pakai batik dong. Setuju?

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?33998


Untuk melihat Berita Indonesia / Seni lainnya, Klik
disini

Klik disini untuk Forum Tanya Jawab

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :