KabariNews – Pada bulan September lalu, beberapa teman dari 9 negara di Asia Tenggara berkesempatan mengunjungi Amerika Serikat  (AS). Mereka mengikuti Young Southeast Asian Leadere Initiative (YSEALI) Academic Fellowship 2016 di Universitas Montana. Program kepemudaan ini dirintis oleh Presiden Barack Obama sejak tahun 2011.

“Ada tiga konsentrasi yang ditawarkan, isu lingkungan, sosial kemasyarakatan serta wirausaha sosial dan ekonomi pembangunan. Saya mendapat program lingkungan hidup yang membahas isu-isu lingkungan di AS dan Asia Tenggara,” ujar Syahwil Saputra, Mahasiswa Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Syah Kuala, Aceh yang Young Southeast Asian Leadere Initiative (YSEALI) Academic Fellowship 2016 di Universitas Montana.

Syahwil menuturkan, selama lima minggu di AS banyak yang dipelajari, terutama tentang bagaimana warga Amerika menjaga lingkungannya.  Adalah melarang keras warganya untuk membuang sampah sembarangan di tempat umum, kemudian menyediakan tempat sampah diberbagai tempat hingga tak ada alasan membuang sampah sembarangan. Dampaknya, lingkungan tempat tinggal maupun tempat umum selalu dalam keadaan bersih.

GNP 1(1)Tak hanya itu, di Missoula di kota Montana, mereka mendaur ulang air limbah pabrik sebelum dialirkan kembali ke sungai. Jadi limbah pabrik tidak langsung di buang ke sungai, namun harus diolah dan dibersihkan menggunakan mesin pendaur ulang. Setelah limbah pabrik diolah dan berubah menjadi air bersih, baru dibuang ke sungai agar tak meracuni ikan dan biota air lainnya.

“Selanjutnya kami berkunjung ke Glacier Nasional Park, taman nasional AS yang berbatasan dengan Kanada,” kata Syahwil.

Ada hal menarik di taman yang berada di ketinggian 10.000 diatas permukaan laut ini mempunyai air terjun yang terdapat disisi kiri di sepanjang jalur menuju titik poin pendakian. Jalur pendakian yang dilalui tidak begitu sulit, karena jalurnya bagus, walau jarak pendakian begitu jauh. “Semangat kami tak pupus untuk terus mendaki. Selain terbius oleh keindahan alamnya, alasan lain adalah banyaknya pendaki yang dijumpai dangan ramah,” tukasnya.

“Saya bertemu Mike pendaki asal Missoula yang membawa istrinya, Sarah dan kedua anaknya, Kevin dan Katie. Bagi Mike, menghabiskan waktu bersama keluarga tidaklah harus mahal. Mendaki menjadi pilihan mereka,” ungkap Syahwil.

Syahwil menjelaskan alasan Mike, selain menyehatkan tubuh, anak-anak bisa belajar mengenal lingkungan dengan langsung berguru pada alam.

Tak hanya Mike, Syahwil dan rombongan bertemu dengan pendaki lainnya yang juga membawa anak-anak mereka. Kata Syahwil, mereka mengatakan, sangat penting membawa anak-anak ke taman nasional karena setiap anak harus dikenalkan pada lingkungan agar mereka lebih mencintai alam. Mengenalkan anak-anak pada lingkungan sejak dini akan membuat mereka belajar cara hidup sehat. Tak mengherankan jika para pengunjung di taman nasional Glacier adalah para keluarga. (Yanuar/foto dreamplango)