Terasa, ada yang salah dengan bahasa Inggris di Indonesia, terutama pengajaran di sekolah-sekolah. Sebutan sekolah bertaraf internasional (RSBI) atau bilingual akhirnya menjadi sebutan tanpa makna. Karena, tak juga menghasilkan murid dengan kemampuan akademik dan bahasa Inggris yang bisa diterapkan di lingkungan kerja dan pergaulan internasional.
Sampai sekarang, perbincangan tentang RSBI di sekolah-sekolah Indonesia menuai kritikan dari masyarakat. Sementara itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menanggapi kritikan ini dengan mengadakan penilaian program RSBI.

Label internasional

Penggunaan kata “bertaraf internasional” juga masih sering diperdebatkan. Siapa yang berhak memberikan label ‘internasional”? Apa standar yang digunakan untuk berhak menyandang label internasional? Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tentu punya standar sendiri untuk sebutan internasional tersebut.

Sebenarnya standar internasional itu sama dengan adanya pengakuan dari negara lain. Pengakuan itu diberikan dalam berbagai bentuk, antara lain adanya orang asing yang datang belajar ke sekolah tersebut, atau lulusan sekolah itu diterima masuk ke perguruan tinggi di negara lain. Terkait pengakuan yang kedua ini, sepertinya sudah banyak lulusan dari sekolah di Indonesia masuk ke perguruan tinggi di beberapa negara maju. Bukankah ini merupakan suatu pengakuan terhadap keberadaan sekolah asal mereka?

Namun, untuk bentuk pengakuan yang pertama ini yang masih sangat kurang. Mengapa orang asing sangat sedikit (bila ada) yang belajar di sekolah Indonesia? Salah satu penyebabnya mungkin bahasa pengantar, karena bahasa yang digunakan adalah bahasa Indonesia, yang kemungkinan daya tariknya sangat kecil dibanding dengan bahasa Inggris.

Penggunaan bahasa Inggris dengan berbagai kritikannya

Upaya penggunaan bahasa Inggris di sekolah, pemerintah menetapkan penggunaan bahasa Inggris hanyalah untuk mata pelajaran tertentu saja, seperti Matematika dan IPA, dan beberapa mata pelajaran kejuruan untuk SMK. Jadi, tidak berlaku untuk semua pelajaran. Peraturan ini juga hanya diberlakukan kepada sekolah RSBI, tidak untuk semua sekolah.

Hal ini jelas dinyatakan dalam pedoman penjaminan mutu sekolah /madrasah bertaraf internasional pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Disebutkan, bahwa “pembelajaran mata pelajaran kelompok sains, matematika, dan inti kejuruan menggunakan bahasa Inggris, sementara pembelajaran mata pelajaran lainnya, kecuali bahasa asing, harus menggunakan bahasa Indonesia”.

Kritikan lain yang sering terdengar adalah dengan membandingkan Indonesia dengan Jepang. Betul, bahwa Jepang menggunakan bahasanya sendiri di dalam kelas, tetapi bisa maju. Namun, apakah Indonesia sudah layak untuk dibandingkan dengan Jepang? Kondisi ekonomi, rasio jumlah penduduk dan lapangan pekerjaan, dan banyak hal lainnya antara Jepang dan Indonesia sangat berbeda. Masyarakat Jepang tidak berlomba-lomba pergi ke negara lain untuk mencari pekerjaan. Orang Jepang yang bekerja di luar negeri adalah para profesional yang dapat berkomunikasi dalam bahasa Inggris.

Ini berbeda dengan kondisi di Indonesia. Jika para tenaga kerja Indonesia tidak bekerja di luar negeri, berapa banyak angka pengangguran di negeri ini? Kebutuhan keterampilan berbahasa Inggris tentunya sangat dirasakan oleh para tenaga kerja Indonesia yang ada di luar negeri, dan bahkan yang ada di Indonesia, agar dapat bersaing dengan tenaga kerja dari negara lain, seperti Philipina dan India. Mau tidak mau, kebutuhan untuk menggunakan bahasa Inggris akan terus meningkat.

Lingkungan berbahasa Inggris

Sebenarnya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar di sekolah adalah hal yang cukup baik. Alasannya adalah untuk membiasakan siswa masuk dalam lingkungan percakapan bahasa Inggris. Kemampuan menggunakan bahasa asing itu bisa diperoleh dari learning (proses belajar) dan acquisition (perolehan). Yang kedua ini bisa didapat dari lingkungan sekitar, dengan terlibat langsung dalam komunitas yang menggunakan bahasa tersebut. Lingkungan ini yang perlu diciptakan, dan salah satunya adalah dengan membuat kebijakan penggunaan bahasa Inggris untuk beberapa mata pelajaran.

Dalam kondisi sekarang, kesempatan secara terbuka oleh siswa dalam percakapan bahasa Inggris sangat sedikit, hanya dalam kelas bahasa Inggris. Ini salah satu faktor penyebab mengapa setelah lulus sekolah, banyak siswa yang masih belum bisa menggunakan bahasa Inggris untuk komunikasi.

Beberapa sekolah dasar swasta menerapkan duallingua (dua bahasa) dalam pembelajarannya. Bahasa Inggris dan bahasa Indonesia secara bergantian, seperti sekolah High Scope. Padahal beberapa sekolah swasta yang memakai bahasa Inggris juga menerapkan metode bilingual, dimana siswa terus menerus harus berbicara dan mendengar pelajaran dalam bahasa Inggris.

Akibatnya panjang. Dalam dua tahun, seorang siswa bisa tidak bisa lagi berbicara dalam bahasa ibunya dengan lancar (bahasa ibu itu bisa berupa bahasa daerah maupun bahasa Indonesia) Akibat kedua adalah, jika siswa dipaksa untuk terus menerus berbahasa Inggris dalam 6 jam pertemuan di kelas, siswa akan mengalami kemunduran akademik dalam dua tahun terakhir. “ Iya itu benar, “kata Yanti, seorang ibu yang menyekolahkan anaknya di sekolah bilingual di kawasan Cilandak , Jakarta Selatan. “Dua tahun pertama , anak saya memang hebat dalam segi bahasa maupun akademik, namun lama kelamaan prestasi akademiknya merosot tajam,” kata Yanti. Anaknya adalah Sarah kelas 6 di sebuah SD Bilingual.

Harapan untuk tercapainya kondisi yang pas untuk kemampuan siswa ini memang perlu proses yang panjang, bukan proses yang cepat. Kendalanya adalah ketidaksiapan guru. Guru di Indonesia tidak memiliki pengalaman belajar dalam bahasa Inggris semasa sekolah atau kuliah, kecuali saat belajar bahasa Inggris. Kemampuan bahasa Inggris guru saat ini masih jauh dari yang diharapkan, dan tidak bisa dipaksakan dalam waktu singkat, untuk bisa menggunakannya di dalam kelas.

Pelatihan bahasa Inggris yang difasilitasi oleh pemerintah juga sangat singkat. Pelatihan singkat ini tentu tidak cukup untuk memadai kebutuhan yang ada. Jadi memang pekerjaan rumah yang berat sekali untuk pemerintah Indonesia. (1002)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?47882

Untuk melihat artikel Utama lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_______________________________________________________________

Supported by :