KabariNews – Indonesia turut berpartisipasi dalam aksi global serentak Rise For Climate yang ditandai dengan kolaborasi 76 organisasi di 19 kota menyelenggarakan 28 aksi mendorong kepemimpinan dan komitmen pemerintah nasional dan di tingkat lokal dalam mengembangkan energi bersih. 

Aksi-aksi Indonesia menjadi bagian lebih dari 850 aksi yang dilakukan 464 organisasi di 95 negara. Aksi serentak ini dipicu dari keinginan membangun dukungan publik secara masif terhadap pengembangan energi bersih dengan mengangkat inisiatif energi bersih yang dapat menjadi contoh baik dan mengundang inisiatif lain yang belum terangkat di tingkat individu, komunitas, organisasi masyarakat sipil, hingga sektor swasta.

“Kami hendak memperlihatkan bahwa publik Indonesia bersemangat dan punya kekuatan mendukung pengembangan energi bersih. Harapannya, semangat ini menginspirasi kekuatan yang lebih besar lagi, yaitu pemerintah, agar berkomitmen melakukan percepatan dalam pemanfaatan energi bersih, dari urban hingga pedesaan, karena sumber energi bersih akan meningkatkan ekonomi masyarakat dan berkontribusi pada upaya penanggulangan perubahan iklim,” jelas Devin Maeztri, Koordinator Rise For Climate

“Komitmen pemerintah ini ditunjukkan dalam bentuk regulasi, teknologi, pendanaan, hingga peningkatan kapasitas masyarakatnya,” tambah Devin lagi.

Dr Fachruddin M Mangunjaya, M.Si, Chairman of Center for Islamic Studies, Universitas Nasional, Jakarta, sebagai salah satu kolaborator Rise For Climate Indonesia menyatakan, “Hari ini, kami ingin memberi contoh bahwa komunitas kami juga sudah berkomitmen menginisiasi pemanfaatan energi bersih. Kuliah umum ini adalah bagian dari rangkaian penyadartahuan isu perubahan iklim dan energi bersih bersama dengan tokoh masyarakat, remaja masjid, pesantren, dan mahasiswa, yang didukung oleh platform Eco-Masjid dari Majelis Ulama Indonesia (MUI). Target kami adalah orang muda karena mereka adalah aset masa depan.” Terang Dr. Fachrudin.

Berbeda lagi pesan yang diangkat di Bengkulu. Suarli Sarim dari Kanopi Bengkulu yang merupakan koordinator aksi Rise For Climate Bengkulu mengangkat kaitan energi bersih dengan dampak buruk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara bagi kesehatan dan penanggulangan perubahan iklim.

“Kami mengajak 7 komunitas dan 6 BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa) kampus untuk nonton bareng dan diskusi sebagai penyadartahuan pentingnya energi bersih. Saat ini, PLTU batubara masif didirikan di Indonesia, khususnya di Sumatera, dalam rangka pencapaian program pemerintah 35 ribu MW. Salah satunya adalah yang akan didirikan di Bengkulu berkapasitas 2 x 100 MW di Teluk Sepang. Dampak polutan PLTU mengakibatkan kematian dini, stroke, penyakit jantung, kanker paru-paru, serta penyakit pernafasan. Jadi pesan kampanye kami adalah meminta para pemimpin memulai transisi menuju energi bersih yang adil dan mendesak Gubernur Bengkulu untuk menghentikan proyek PLTU batu bara di Teluk Sepang.” ungkap Suarli.