Agung Firdaus, seorang pengusaha agrobisnis, memulai perjalanan berkebun melon dengan terinspirasi dari temannya yang telah sukses mengelola kebun melon di sekitar Jakarta dan Jonggol.
“Saya melihat potensinya cukup bagus dan ikut pelatihan perkebunan melon hidroponik, termasuk cara meracik nutrisi menggunakan pupuk kimia,” ujar Agung.
Awalnya, Agung mencoba menanam melon di atap rumahnya, dan hasilnya menarik perhatian tetangga serta pejabat setempat. Kesuksesan kecil ini memberikan keyakinan bagi Agung untuk mengembangkan bisnis kebun melon.
Sebelum memutuskan untuk fokus pada melon, Agung melakukan riset terhadap berbagai tanaman dan potensi ekonominya.
“Dari riset yang saya lakukan, melon adalah tanaman yang paling produktif untuk dataran rendah dan harganya stabil, terutama untuk melon hidroponik premium,” kata Agung.
Dalam satu greenhouse (GH) seluas 300 meter persegi, idealnya bisa ditanam hingga 900 batang melon, namun saat musim hujan jumlahnya berkurang setengahnya. Agung menargetkan produksi melon mencapai 1 hingga 1,5 ton, meski saat ini hasilnya masih di bawah target karena beberapa kendala teknis.
Agung mengakui bahwa memulai usaha kebun melon penuh dengan tantangan. “Tantangan pertama adalah membangun greenhouse yang memerlukan modal besar, meski saat ini kita baru menggunakan bahan bambu,” jelas Agung.
Tantangan berikutnya adalah mendapatkan bibit berkualitas dengan harga terjangkau. Bibit melon premium bisa mencapai 2 hingga 3 juta rupiah per 1000 pack. Selain itu, perawatan melon membutuhkan sumber daya manusia yang terlatih dan intensif.
Saat ini, Agung memiliki dua greenhouse dan panen setiap 1,5 bulan sekali. Namun, permintaan dari distributor buah yang membutuhkan suplai mingguan mendorong Agung untuk memperluas usahanya.
“Idealnya, kita harus punya lebih dari 5 greenhouse dan satu tempat nurseri untuk penyemaian agar lebih efisien,” kata Agung. Untuk memenuhi permintaan, Agung berencana menjalin kemitraan dengan petani lain, serta membuka wisata petik melon.
“Dengan wisata petik melon, kita bisa meningkatkan nilai produksi dan menjual langsung ke konsumen dengan harga lebih baik,” tambahnya.
Artikel ini juga dapat dibaca di Majalah Digital Kabari Edisi 202
Simak wawancara Kabari bersama Agung Firdaus dibawah ini