Dr. (HC) Slamet Wuryadi, Ketua Asosiasi Puyuh Indonesia sekaligus Direktur Utama PT. Sukaharja Quail Indonesia, mengungkapkan strategi bisnis yang sukses dalam industri agribisnis puyuh.

Dalam Workshop Beternak Puyuh: Peluang dan Tantangannya yang digelar di Sekolah Tinggi Pariwisata Bogor pada Sabtu, 14 September 2024, Slamet menjelaskan bagaimana peluang bisnis beternak puyuh tidak hanya menguntungkan tetapi juga sangat relevan bagi generasi milenial.

Menurut Slamet, salah satu kunci sukses agribisnis adalah dengan memulai dari pasar.

“Komunitas kami berjumlah 1.600 orang dari jutaan pelaku agribisnis di Indonesia. Dari komunitas tersebut, kami mampu memproduksi hingga 14 juta butir telur per hari, dengan nilai transaksi harian yang tidak kurang dari Rp6 miliar,” jelasnya.

Ia juga menyoroti bahwa produk olahan puyuh seperti telur menjadi komoditas utama di berbagai bisnis kuliner.

Lebih jauh, Slamet menjelaskan betapa besarnya pasar yang tersedia untuk telur puyuh di Indonesia.

Mulai dari kuliner angkringan yang tersebar di 514 kabupaten, hingga berbagai hidangan khas seperti bubur ayam dan kuliner Cirebon, menunjukkan betapa kuatnya permintaan pasar lokal.

Dari segi keuntungan, Slamet memaparkan bahwa memelihara 1.000 ekor puyuh dapat menghasilkan pendapatan hingga Rp1,8 juta per hari dengan waktu pengelolaan yang sangat singkat.

“Pekerjaan ini sederhana, namun memberikan hasil yang signifikan. Selain itu, nilai gizi dari telur puyuh sangat lengkap, sehingga diminati oleh konsumen dari berbagai kalangan,” imbuhnya.

Namun, Slamet juga mengakui bahwa ada tantangan dalam beternak puyuh, terutama terkait isu stres pada burung puyuh yang dapat memengaruhi produksi telur.

Menurutnya, isu tersebut sering kali dijadikan sebagai kampanye hitam oleh pihak-pihak tertentu.

“Salah satu tantangan yang sering kami hadapi adalah anggapan bahwa burung puyuh mudah stres dan berhenti bertelur. Ini sering kali menjadi isu yang beredar setelah terjadi masalah di peternakan ayam,” jelas Slamet.

Untuk mengatasi masalah stres pada puyuh, PT. Sukaharja Quail Indonesia menerapkan pendekatan unik dengan memainkan musik Sunda dan murotal Al-Qur’an di peternakan mereka.

“Kami menemukan bahwa burung puyuh menjadi lebih tenang dan tetap produktif ketika mendengar musik Sunda atau murotal. Hal ini menunjukkan bahwa burung puyuh sebenarnya sangat adaptif dan tidak mudah stres,” kata Slamet.

Dengan strategi inovatif dan pendekatan yang adaptif, Slamet yakin bahwa beternak puyuh adalah salah satu peluang usaha yang memiliki prospek cerah, terutama bagi generasi milenial.

Sumber Foto: Istimewa 

Baca Juga: