Di era digital seperti sekarang persaingan bisnis semakin ketat, orang semakin terpacu dan berlomba-lomba menciptakan kreatifitas produk kerajinan tangan agar bisa menembus pasar global. Kesempatan ini pun menjadi peluang emas bagi para pengusaha kerajinan.

Sofia Rahayu, wanita mungil yang akrab disapa Sofie memiliki usaha kerajinan tangan. Berkat keuletan dan kreasi-nya menciptakan produk unik, banyak pesanan datang dari luar negeri, bahkan produk Sofie pun sudah sampai ke negeri Paman Sam.

Kebisaan-nya menciptakan produk kerajinan ia dapatkan secara otodidak. Sebelumnya, pada tahun 1989, Sofie ia pernah bekerja dengan orang Korea yang memiliki usaha pabrik boneka. Inilah langkah awal Sofie mulai belajar membuat boneka. Seiring berjalannya waktu, wanita yang dulu pernah bekerja di sebuah media khusus perempuan ini mulai memberanikan diri untuk mendirikan usaha sebagai produsen kerajinan tangan atau biasa disebut Usaha Kecil Menengah (UKM) pada tahun 1991.

“Awalnya saya membuat boneka lalu berkembang membuat produk kerajinan tangan souvenir yang sesuai pesanan. Awal-awalnya untuk pesenan ulang tahun, jadi dia (pemesan) maunya tema ini, jadi kita bikinin tema-tema yang dia inginkan, lama-lama berkembang,“ cerita Sofie saat ditemui Kabari di rumahnya di kawasan Jakarta Selatan.

Selain itu, wanita yang memiliki hobi mendesain ini juga selalu memiliki keinginan untuk membuat sesuatu yang beda. Inilah yang produknya diminati karena tidak pasaran. Menurutnya, Indonesia sangat kaya dan beragam akan seni dan budaya, dengan begitu Sofie memanfaatkan keragaman yang dimiliki Indonesia untuk kreasinya yang dibalut pada produk miliknya.

Seperti, motif kain Batik, Songket bahkan Tenun yang ada di setiap daerah di nusantara dimanfaatkan untuk menambah kreasi pada produk buatannya. Salah satu Produk yang sudah dihasilkan adalah tas, yang kini sudah menembus pasar Amerika Serikat.

“Ada temen saya namanya Vonny, dia tinggal di Amerika, dia bawa produk saya untuk Indonesia Fashion Week di Los Angeles dan ternyata mendapat respon positif, dan banyak diminati masyarakat di Amerika, “ ujar Sofie yang kini memiliki perusahaan pribadi berlabel PT. Arasmi ini.

Produk miliknya bisa berada di Amerika karena melalui pesanan dari temannya yang tinggal di sana, bukan dengan jalur ekspor, namun Sofie yakin suatu saat usahanya akan bisa maju. Sementara untuk pasar lokal ia memiliki beberapa distributor. “Saya ada distributor juga, dimana mereka selalu memesan barang-barang saya untuk dipasarkan di seluruh Indonesia, saya hanya konsentrasi mendesain dan memproduksi,“ terang Sofie.

Banyaknya pesanan untuk beragam acara membuat Sofie semakin termotivasi untuk menciptakan desain dan produk baru. “Harus menciptakan sesuatu yang beda agar konsumen suka dengan produk kita dengan di modifikasi sesuai permintaan yang diinginkan,“ paparnya.

Untuk pemasaran Sofie mengaku tidak lagi ngoyo untuk promosi, karena saat ini pelanggan sudah datang sendiri. “Pangsa pasar kami kebanyakan custome untuk acara nikah, ulang tahun, orang meninggal sampai acara-acara tradisional lainnya. Pesanan lokal biasanya cenderung dengan tradisi, seperti khitanan, mereka harus memberikan sesuatu untuk ucapan terima kasih kepada para tamu, dengan begitu mereka pesan souvenir ke kami,” ujar istri Hendro Suratman ini.

Beberapa produk yang diproduksi antara lain tas, boneka, bad cover dan beberapa produk lainnya yang bersangkutan dengan mesin jahit. “Hampir semua bentuk kerajinan tangan yang bisa diciptakan kami punya” kata Sofie.

Menyasar Pangsa Pasar Amerika

Banyak sahabat Sofie yang tinggal di negeri Paman Sam mendukung usahanya dan terus. Bahkan tak sedikit dari mereka membantu penjualan dan mendapatkan pelanggan baru.

Di Amerika, kata Sofie banyak sekali yang menyukai kain-kain nusantara yang dikombinasikan dalam tas. Inilah tantangan Sofie untuk menciptakan produk dengan kualitas unggul dan unik, salah satunya memanfaatkan kekayaan Indonesia dalam setiap produknya.

“Saya harus membuat sesuatu yang memang di sana (Amerika) ngga ada. Karena sasaran utama produk ini adalah orang bule, mengapa? Karena orang bule sangat menyukai batik Indonesia, dengan songket dan tenunnya, produk Indonesia mereka sangat suka,“ ujar Sofie.

Dari sekian banyak produk yang sudah dihasilkan, ternyata motif batik wayang banyak dimintai oleh orang Amerika. “Kalau bule lebih suka dengan produk hand made yang unik, seperti motif wayang yang terpasang dalam produk Tas.

Selain Amerika, Sofie juga melirik pangsa Eropa dan Asia. Dan rencananya ia ingin mengembangkan UKM-nya agar bisa mendunia. Untuk terobosan pertama Sofie mencoba Korea.

Ada pun tantangan yang dihadapi Sofie tidak sedikit, namun ia tidak pernah menyerah. Meski harus tertatih-tatih dalam bertahan agar bisa mencukupi kebutuhan ekonomi para pegawainya, Sofie mengaku selalu mendapat jalan untuk melewatinya.

“Kita harus faith terus, karena kita punya anak buah yang jumlahnya cukup banyak, sekitaran 80 hingga 100 orang, mereka perlu bekerja dengan saya, saya harus menciptakan sesuatu yang baru, yang mana untuk mereka (pelanggan) miliki lagi. Jadi intinya tidak hanya satu titik, agar para karyawan juga bisa terus menjalankan perekonomiannya,“ terang Sofie.

Persaingan dalam suatu usaha itu hal biasa, namun Sofie meyakini jika dirinya terus berkarya untuk menyejahterakan orang banyak kemungkinan usaha akan terus berjalan lancar. “Persaingan itu banyak sekali, rejeki itu selalu ada, untuk sekarang ini saya merasa cukup dengan omset saya, dengan target saya masih bisa masuk dalam hitungan satu bulan,“ ungkapnya.

UKM di Tanah Air cukup beragam, jumlahnya pelaku UKM pun mengalami pertumbuhan yang cukup pesat.  Sebagai pelaku UKM, Sofie berharap, UKM Tanah Air bisa menembus pasar global. Dari kekayaan yang dimiliki Indonesia, para pelaku UKM bisa memanfaatkannya untuk kreasi unik yang tidak kalah dari negara lainnya. “Makanya kita harus membuat kreasi yang beda dari yang lain. Kita kan punya wayang, punya batik, punya tenun, kaya sekali produk lokal Indonesia, tidak hanya satu dua tiga namun jutaan sebetulnya untuk bisa diciptakan, makanya kita harus berpacu mendesain sesuatu yang beda,“ tutup Sofie.