Siapa yang tak mengenal sambal. Atau bahkan tidak pernah mencicipinya? Sepertinya semua orang tahu apa itu sambal. Sambal dikenal karena rasanya, pedas! Dan Indonesia dikenal sebagai negara yang memiliki beragam jenis sambal. Hebatnya lagi sambal Indonesia tidak hanya juara di negeri sendiri. Melainkan jalan-jalan ke luar negeri, membakar lidah siapapun yang memakannya.

Nah, Sambal Dede Satoe (DD1) adalah salah satu contohnya. Sambal yang diproduksi di Surabaya ini telah dieksport ke Amerika Serikat. Banyak diaspora Indonesia ketagihan dengan rasa sambal DD1. Tak hanya diaspora saja, warga negeri Paman Sam pun ikut-ikutan suka dan memesan sambal ini.

Shifa, anak pemilik sambal DD1 ini, mengatakan pandemi membuat anak-anak muda di AS doyan makan sambal. Bisa dikatakan pandemi memberikan berkahnya tersendiri terlepas dari duka yang dialami unit UMKM kuliner ini. Dimana pandemi membuat usahanya turun-naik omzetnya. “Angka pembelian turun, produksi pun tidak bisa setiap hari. Kasihan para pelaku usaha cabai atau petani cabainya.”

Sedih melihatnya, kata Shifa. Namun DD1 tetap optimis dan positif thinking, toh sambalnya telah banyak dikenal. Tetap jalani apa yang ada. Turun naik dalam usaha itu sudah biasa tinggal bagaimana kita menyikapinya. Intinya, tetap bersyukur!

Usaha dari Modal 50 Ribu!

Usaha Dede Satoe dirintis oleh sang bunda, Susilaningsih. Dan nama Dede satu diambil dari nama alamat. Alasannya agar namanya menjadi pembeda dari nama-nama merek sambal lainnya. “Kalau alamat tidak mungkin ada yang sama karena yang tinggal hanya kita saja,” kata Shifa kepada KABARI.

Modal awal kata Shifa hanya Rp.50.000 saja di tahun 2011 lalu. Dari dana segitu, diperoleh beberapa kilo cabai, lantas diulek sendiri, dan akhirnya menjadi sambal yang dibungkus dalam beberapa botol. Bundanya Shifa memiliki passion suka memasak. Dan Sambal DD1 adalah hasil hobinya memasak.

Dari hasil produksi yang masih sedikit itu, DD1 mulai memasarkan produknya ke toko-toko. Sayangnya, saat memasarkan produk itu sempat mendapatkan penolakan karena sambal belum memiliki izin edar.

Karena penolakan tersebut, bundanya Shifa berusaha mengurus segala sesuatu perizinan agar produknya dapat dipasarkan ke toko-toko. Pada 2012, DD1 dapat perizinan dan sudah lengkap dari izin edar, merek, hingga stempel Halal. Hingga pada 2013 DD1 mulai dikenal mendapatkan penghargaan sebagai industri kecil terbaik oleh Pemkot Surabaya.

Sekarang DD1 mulai merambah generasi milenial melalui tangan Shifa. Sambal yang kesannya tradisional menjadi lebih modern. Sambal DD1 pun mengembangkan sambal sachet, tidak lagi dikemas dalam botol.

Sejauh ini terdapat 16 varian sambal, mulai dari sambal roa, sambal bawang, sambal cakalang, sambal ikan teri, ikan klotok, ikan peda, ikan jambal roti, sambel sereh, sambal rujak manis dan masih banyak lainnya. Tak hanya sambal, DD1 juga memproduksi beragam bumbu yang kini mencapai 5 varian bumbu serta aneka camilan.

Harga yang dibandrol antara Rp. 25.000-35.000 ribu untuk sambal dan bumbunya. Sementara itu untuk kapasitas produksinya yang dihasilkan berjumlah 700 botol sehari.

Oh iya, Sambal DD1 ini rajin memperoleh penghargaan. DD1 pernah mendapatkan penghargaan ISO tahun 2016 dan HACCP di tahun berikutnya 2017. 7 tahun kemudian tak terhitung lagi penghargaan yang didapatkan oleh Sambal DD1. Pada 2018 lalu mengoleksi SMESCO Award kategori Export Oriented dan Siddhakarya peringkat pertama tingkat Jawa Timur.

Nah, harapan kedepannya DD1 dapat lebih berkembang dan memberikan dampaknya untuk lingkungan sekitar karena respons masyarakat terhadap sambal DD1 sudah cukup baik. Terlebih DD1 yang tidak menggunakan MSG atau pewarna makanan ini sudah dieksport ke luar negeri.

Selengkapnya Klik Video Berikut Ini :