Harapan, cinta dan kebenaran, tiga kata yang digemakan oleh Anthesianz baik melalui karya musik, kecintaannya terhadap kain tradisional Indonesia, dan buku. Ketiga unsur ini menjadi kesatuan yang terkorelasi bersama dan tak dapat dipisahkan. Seperti sebuah panggilan untuk menyuarakan tiga elemen yang dibutuhkan sebagai manusia yang bisa dirasakan, dilihat dan didengar. Anthesianz merasa untuk menyuarakannya melalui bakat anugerah dari Tuhan berupa kemampuan vokal, menulis dan membuat musik.

Album #1 Hope

Album #1 Hope merupakan album perdana Anthesianz yang berisikan 8 single. Bulan Maret lalu Anthesianz merilis “Make It Better”, single yang ada di album #1 Hope. Anthes mengatakan proses pembuatan album ini cukup singkat.

“Awal September 2021 Anthesianz dan tim manajemen mulai mendesain konsep dari album ini. Prinsip dari projectnya adalah low cost high impact, yang artinya sebisa mungkin dapat dilakukan tanpa harus pusing memikirkan modal namun hasil karyanya memiliki dampak yang besar,” katanya kepada KABARI.

Selanjutnya, pertengahan September sampai dengan akhir oktober tahun 2021 Anthesianz mulai membuat komposisi musik, lagu dan liriknya. Dilanjutkan dengan proses rekaman vokal, yang semuanya saya lakukan sendiri dimulai dari backing vocal hingga vocal utamanya. Proses mastering dilakukan di awal Januari 2022.

Tak lama berselang album #1 Hope ini dirilis ke publik melalui platform music digital berkolaborasi dengan label Internasioanl ArtstageGlobal dan Distrokid New York U.S. Ada satu lagu yang berkolaborasi dengan pemusik luar negeri Quim Alborch Lopez dengan lagu berjudul “Raining Outside”. Selebihnya Anthesianz sebagai penulis lirik dan juga aransemen musiknya.

Anthes berharap melalui album ini semakin banyak pendengar musik memahami jati diri sebagai manusia yang selalu memiliki pandangan yang positif, pembawa damai dan mencari solusi.

Peduli Wastra Nusantara

Selain sebagai Anthesianz memposisikan dirinya sebagai seorang yang peduli dengan kearifan lokal nusantara termasuk wastra atau kain tradisional Indonesia.

Anthesianz melihat adanya korelasi antara harapan, cinta dan kebenaran di balik makna dari kain tenun tradisional dan pemain tradisional. Dirinya tergerak untuk mendukung Gerakan Pelestarian Kain Tenun tradisional dan para seniman pengrajinnya yang jumlahnya mulai menipis.

Anthesianz memaparkan tujuan awal adanya kain-kain tenun nusantara adalah untuk memenuhi tradisi upacara adat istiadat, maka dari itu kita dapat melihat aneka warna dan simbol-simbol kehidupan di dalamnya. Dengan berkembangnya zaman yang memudarkan kepercayaan tradisi, maka secara beriringan produksi kain tenun yang diperuntukan bagi upacara tradisi pun berkurang.

“Yang kita lihat sekarang adalah kain-kain nusantara yang ditujukan untuk kepentingan bisnis, dan itu memiliki makna yang berbeda dengan sebelumnya. Oleh karenanya, penting bagi saya, untuk turut menarik perhatian saya terhadap Gerakan Pelestarian Wastra Nusantara,” terang pria bernama asli Dr (Cand) Andi Sulistiadi MM, Med ini.

Upacara ritual yang tergeser oleh karena banyak aspek, sebetulnya bisa ditanggulangi dengan memberikan peluang para seniman penenun untuk berkarya sesuai dengan kebiasaan mereka dan ditujukan bagi kepentingan dunia. Kabar gembiranya, pakar wastra nusantara Indonesia, Samuel Wattimena sangat mendukung Gerakan ini.

Buku dan segudang rencana

Selain sebagai musisi dan peneliti, Anthesianz juga piawai merangkai kata dalam sebuah buku. Buku terbarunya berjudul “The Wonderful Colors of Paradise in Education” merupakan naskah besar dari album perdananya. Bisa dikatakan bahwa Album #1 Hope ini, merupakan song theme atau tema lagu untuk buku tersebut.

“Buku ini merupakan memoir dari seorang kepala sekolah yang melakukan perjalanan dan pertemuan dengan beberapa kepala sekolah di Indonesia, pengalamannya tersebut tertuang dalam sebuah catatan-catatan kecil dan penelitian ilmiah yang melihat dan mengeksplorasi pandangan fenomena dunia Pendidikan saat ini dari sudut pandang para kepala sekolah yang luar biasa,” tuturnya.

Buku ini memuat elemen harapan, cinta dan kebenaran sehingga apa yang dibaca merupakan sebuah fakta yang nyata di dunia Pendidikan saat ini. Di dalamnya memuat penemuan tentang metode pembelajaran yang efektif baik itu untuk pembelajaran daring maupun luring lalu, di salah satu bab, terdapat pendalam ketika melakukan eksplorasi sistem pendidikan tradisional di suku Baduy Dalam.

Untuk buku sebelumnya, berjudul “Remains Here To Stay”, buku ini sebetulnya fun facts tentang hasil penelitiannya saat berada di Baduy Dalam. Dan salah satu lagu tema-nya juga termuat di album perdananya.

Buku dan album berikutnya akan dirilis “The leading Ladies at the school” dengan lagu temanya “Purple Love” didedikasikan untuk para kepala sekolah perempuan di Indonesia, lagu ini akan ada di album “Xmas Al About” yang akan rilis di Oktober 2022 yang akan datang.

Desember nanti, akan dirilis buku “Xmas All About”, buku ini tentang kebenaran makna dari perayaan natal. Lalu rencana berikutnya, akan dirilis buku “Little Dolanan” dengan Album yang judulnya sama, kemungkinannya di Februari 2023. Buku dan album ini akan dituturkan dalam bahasa inggris dan Bahasa Indonesia, sebetulnya saat ini sudah di fase finalisasi.

Rencana lainnya, di akhir 2023 akan dirilis sebuah buku dan albumnya berjudul “Kanekes Rhytm of Boldness”, dimana ini adalah terinspirasi dari hasil karya disertasinya di akhir tahun ini.

Buku lainnya dalam Bahasa Indonesia yakni “Terkena Asmara di Jakarta” buku ini bercerita tentang perjalanan pemuda desa untuk meraih impiannya di kota Jakarta. Lagu-lagu yang akan jadi temanya diantaranya “Welcome To Jakarta” dan “Telah Hadir.”

Buku dan album selanjutnya kemungkinannya di 2024-2025 yakni berjudul “Hey Mr. Principal”, buku dan album ini berisi tentang pengalaman seorang kepala sekolah yang memiliki jiwa seni besar yang memimpin sekolahnya dengan kreativitas berkeseniannya yang hebat.