KabariNews –  Pasar keuangan global dalam keadaan kacau, hal ini ditandai dengan kondisi perekonomian di negara China dan Amerika Serikat yang sedang goyah. Dengan kondisi seperti itu, makanya tak heran saat ini banyak pemegang saham blue-chip (saham unggulan) menderita kerugian skala besar sehingga investasi yang aman pun menjadi sulit untuk ditemukan. Lantas apakah investasi real estate di negera berkembang saat ini bisa dijadikan solusinya?

Berdasarkan data statistik dari Global Property Guide, tentang kenaikan harga rumah di negara Asia, Amerika latin dan Timur Tengah, menunjukkan bahwa Qatar berada di peringkat pertama negara dengan kenaikan harga rumah tertinggi, tercatat kenaikan sebesar 16 persen selama masa Q3 2015. Dan disusul oleh Meksiko dengan 5,25 persen dan Filipina 5,41 persen.

Kian Moini, Co-Founder portal properti global Lamudi mengatakan, pergerakan investor ke pasar negara berkembang adalah respons alami terhadap krisis ekonomi global. “Sekarang, banyak investor melihat peluang baru dengan melihat lokasi yang lebih baik,” katanya. “Dengan begitu dengan banyaknya ketidakpastian dari pasar saham, mereka akan berali ke real estate sebagai alternatif. Aset real estate jauh lebih stabil dan dapat menahan efek negatif dari krisis ekonomi global. “

Di pasar negara berkembang seperti Bangladesh, berdasarkan data Lamudi Anda bisa membeli hunian dengan dua kamar tidur dengan harga sekitar  US $ 52.192. Bandingkan dengan harga unit yang sama di pusat kota London yang mencapai $ 1.799.605. Di Filipina, negara yang menampilkan pertumbuhan di segala aspek, termasuk real estate, untuk harga dua kamar tidur dijual mulai dari $ 100.837. Namun apakah hal tersebut memiliki resiko?

Bisa dibilang permasalahan terbesar untuk investasi di pasar negara berkembang adalah ketidakpastian kondisi politik. Namun, banyak diantara negara tersebut segera memperbaikinya. Contohnya seperti Myanmar yang tahun lalu mengadakan pemilu multipartai, hal ini adalah yang pertama kali diadakan negara itu. Saat ini harga untuk dua kamar tidur dapat dibeli dengan harga $ 134.966.

Presiden Joko Widodo di Indonesia telah membuat dampak yang signifikan sejak berkuasa. Perubahan undang-undang kepemilikan asing di negeri ini, mendorong munculnya demand yang besar dari pasar. Harga rata-rata hunian dengan dua tempat tidur di sana berkisar $ 62.864. Di banyak negara berkembang, pemerintah menstabilkan dan membuka diri terhadap investasi asing.

Menurut laporan Bloomberg Business, tahun 2015 merupakan tahun dimana pasar saham global terdevaluasi. Mulai dari AS gamemakers hingga ke pembuat alat listrik Cina turun rata-rata 11 persen pada 2016.  Masalahnya adalah bahwa ketika investor menjadi risk averse (menolak resiko) disaat yang sama, akan berpengaruh kepada performa saham.

Dengan kerugian besar tersebut, akhirnya saat ini membuat konsumen mulai beralih ke real estate. Negara seperti Sri Lanka dimana hunian dengan dua tempat tidur dapat dibeli rata-rata seharga $ 160.981 dapat dianggap alternatif untuk para investor untuk mencari keuntungan.

Investasi di pasar negara berkembang adalah alternatif yang terbaik bagi mereka yang biasa bermain di pasar saham, tetapi tentunya dengan penelitian dan bantuan dari real estat yang profesional, properti bisa menjadi kunci untuk menyeimbangkan portofolio Anda. (1009)