KabariNews –  Asia Tenggara dikenal sebagai kawasan yang paling rentan terhadap bencana, seperti gempa bumi, banjir, angin topan dan kebakaran. Sangat memiriskan, di wilayah rawan itu terdapat lebih dari 100 juta anak tinggal dan bersekolah. Tercatat, dalam lima tahun terakhir terdapat 14,500 sekolah di kawasan ASEAN yang mengalami kerusakan, dari rusak ringan hingga parah akibat bencana alam.

Melihat kondisi ini, negara-negara anggota ASEAN, NGO Internasional dan Sekretariat ASEAN meluncurkan Inisiatif Sekolah Aman ASEAN (ASSI) Fase II. Programnya adalah mempromosikan kemitraan strategis untuk memperkuat kerja sama di antara negara-negara ASEAN untuk meningkatkan sekolah yang aman bagi anak-anak di kawasan ASEAN.

Col (RTD) Pengiran Dato Paduka Haji Rosli Bin Pengiran Haji Chuchu, Direktur Pusat Penanganan Bencana Nasional (NDMC) Brunei Darussalam mengatakan, partisipasi negara-negara ASEAN pada ASSI Fase II makin mengukuhkan tekad untuk terus membangun sekolah yang lebih aman. Di sinilah anak-anak dibentuk menjadi pribadi yang tangguh dalam menghadapi bencana.

“Mengingat bencana angin topan, gempa bumi, dan banjir yang acap menerpa kawasan kita, maka kerja sama regional dalam membangun sekolah aman menjadi keharusan. Perlu upaya bersama di tingkat regional untuk menjamin pendidikan yang aman bagi jutaan anak di Asia Tenggara. Mereka hidup dan belajar di daerah-daerah yang rawan bencana,” ungkap Col (RTD) seperti dikutip dari siaran pers yang diterima kabarinews dari Plan International, Senin, (24/11).

Sementara itu Olle Castell, Regional Disaster Risk Manager Plan International mengatakan, perlu upaya ekstra untuk memperkuat pelayanan pendidikan yang lebih siap dan tahan terhadap risiko bencana. Workshop ASSI ini menjadi ajang pembelajaran dan berbagi pengalaman antara para pelaku utama pengurangan risiko bencana (PRB) dan pendidikan. Tujuannya, untuk menginformasikan pengembangkan Kerangka Kerja Sekolah Aman ASEAN.

Adapun implementasi dari  Inisiatif Sekolah Aman ASEAN ini akan melibatkan Kementerian Pendidikan, serta Badan Penanggulangan Bencana di setiap negara ASEAN di tingkat pemerintah. Implementasi ASSI akan didukung sejumlah organisasi kemanusiaan seperti Mercy Malaysia, Plan International, Save the Children, World Vision dan Mercy, yang memiliki pengalaman dalam upaya pengurangan risiko bencana, baik di level nasional maupun lokal. Implementasi ASSI ini juga diharapkan dapat melibatkan para pemangku kepetingan lainnya di masing-masing negara anggota, termasuk kelompok masyarakat sipil dan media.  Inisiatif ASSI ini didanai oleh Komisi Eropa (ECHO) dan Australian Aid, dan berlangsung dari 2014 hingga 2016.

“ECHO mendukung PRB sebagai bagian integral aksi kemanusiaan yang bertujuan memelihara kehidupan, meringankan penderitaan dan memperkuat daya tangguh masyarakat yang terdampak bencana. Untuk menjawab berbagai bencana yang muncul dan berbagai peristiwa ekstrim yang berdampak di Asia Tenggara, dan meningkatnya kerentanan anak-anak yang bersekolah di kawasan ini, ECHO memberikan kontribusi bagi inisiatif regional ASEAN ini. Strategi ini akan mendorong pemberdayaan masing-masing negara ASEAN, pembelajaran bersama dan peningkatan kontribusi bagi agenda ASEAN dan prioritas-prioritas PRB,” kata Edward Turvill, Koordinator Pengurangan Risiko Bencana Regional (ECHO Asia/Pasifik).

Momentum peluncuran Inisiatif Sekolah Aman ASEAN ini berdekatan dengan peringatan satu tahun Topan Haiyan dan 10 tahun Tsunami Samudera Hindia yang menimbulkan kerusakan luar biasa di Asia Tenggara. Saat ini negara-negara anggota ASEAN berkomitmen kuat menghadirkan sekolah yang lebih aman bagi siswa dan staf pengajar, beroleh pelatihan dan keterampilan dalam pengurangan risiko bencana. (1009)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?73040

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini
______________________________________________________

Supported by :