Kini di Indonesia, anak-anak kecil dilatih untuk berjualan di sekolah. Anak-anak yang duduk di bangku SD dan bahkan TK pun sudah mulai diperkenalkan kepada kegiatan ini. Mereka belajar untuk menjual makanan sehat sesuai dengan tema yang ditentukan sekolah. Tema yang ada misalnya: jajanan pasar, makanan favorit, susu dan minuman sehat, bekal sekolah, kue tradisional dan lain-lain.

Untuk anak TK, makanan dibuatkan oleh orang tuanya. Bagi anak yang lebih besar, makanan sehat bisa dibuat sendiri. Namun, ada juga siswa yang menjual makanan yang dibeli di toko, pasar atau kemasan pabrik. Syaratnya, makanan yang dijual harus makanan sehat.

Ada sekolah yang tetap melakukannya beberapa bulan sekali, ada juga sekolah yang hanya mengagendakan pada perayaan tertentu. Waktu berjualan biasanya pada saat jam istirahat, untuk memberikan kesempatan teman-teman kelas lain turut membeli.

Beberapa sekolah bahkan sudah memulai kegiatan ini sejak beberapa tahun yang lalu. Sebut saja sebuah sekolah di bilangan Setiabudi, Jakarta, TK Ar Rahman yang dimiliki oleh seorang pengusaha wanita terkenal, Dewi Motik. Sudah sejak lama kegiatan ini dimasukkan ke dalam kurikulumnya. Anak-anak TK diwajibkan membawa makanan hasil buatan orang tuanya untuk dijual di sekolah. Belajar berjualan bagi anak pun diikuti oleh beberapa sekolah yang lain dan menyebar di berbagai daerah.

Sebuah sekolah di daerah Bekasi yaitu TK Insan Madani juga sudah menerapkan hal serupa. Kegiatan ini disebut dengan Market Day. TK yang dimiliki oleh seorang pengusaha ini pun rupanya ingin menularkan semangat yang sama. Namun, tidak demikian halnya dengan beberapa gelintir orang tua murid yang tidak memahami maksud kegiatan ini. Ada orang tua yang memprotes kepada guru perihal kewajiban anak berjualan saat sekolah. Sang orang tua merasa tidak perlu dan bahkan keberatan. Ia menolak anaknya untuk berjualan, karena ia menyekolahkan anaknya bukan untuk menjadi pedagang. Rupanya si orang tua tersebut berasal dari keluarga yang hidup bergelimang harta dan merasa malu kalau si anak harus berjualan. Mereka sudah cukup kaya dan kehidupan si anak sudah terjamin sehingga tak perlu berjualan.

Protes orang tua tersebut ditanggapi pihak sekolah dengan senyum. Miss Ade selaku guru menjelaskan dengan sabar, “Melalui kegiatan market day, pihak sekolah tidak bermaksud menjadikan anak-anak untuk menjadi seorang pedagang. Market day mengajari anak-anak untuk mengenal pecahan uang, juga proses membeli dan memberikan uang kembalian. Ini berkaitan dengan pelajaran mengenai uang di kelas. Selain itu, anak-anak diajari untuk mandiri, belajar percaya diri, menawarkan produk kepada orang lain dan bersosialisasi.” Akhirnya, orang tua tersebut mengerti dan mendukung kegiatan tersebut.

Selain itu masih ada manfaat dari market day ini. Anak-anak belajar membuat sebuah proyek untuk berjualan. Mereka juga membuat rencana bisnis sederhana. Lantas mereka terlibat untuk persiapan pembelian bahan-bahan, membuat dan menghias kue. Ide-ide mereka untuk kue yang dijual pun terkadang ‘ajaib’ dan aneh. Pada hari H, anak-anak harus menawarkan kue buatannya kepada teman-temannya. Namun, yang tak kalah penting dari kegiatan ini adalah, mereka sangat gembira dan tidak merasa sedang belajar.

Kegiatan yang menumbuhkan kemandirian dan kepercayaan diri anak ini sayangnya belum dilaksanakan oleh semua sekolah. Hanya beberapa sekolah swasta yang memasukkan kegiatan ini ke dalam agenda sekolah. Bagi orang tua yang sekolah anaknya tidak memiliki agenda seperti ini tak perlu berkecil hati. Sebagai orang tua, bisa melatih anaknya untuk berjualan di rumah. Buatkan kue-kue kecil dan minta si anak untuk menawarkan kepada teman-temannya. Sepanjang si kecil tidak merasa terpaksa dan tertekan, dia akan belajar salah satu hal penting dalam hidupnya. Selamat berjualan. (1008)

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/?53539

Untuk melihat artikel parenting lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :