Barongsai merupakan seni tradisional China dengan menggunakan sarung yang menyerupai singa, Barongsai memiliki sejarah ribuan tahun. Catatan pertama tentang tarian ini bisa ditelusuri pada masa dinasti China sekitar abad ke tiga masehi.

Saat terik matahari memanasi bumi di kawasan Jakarta utara, Kabari mendapat kesempatan untuk bertemu dengan salah satu warga keturunan Tionghoa yang sangat kental memimpin yayasan Barongsai Kong Ha Hong.

Ia adalah Ronald Sjarif, warga keturunan Tionghoa yang memiliki keturunan berdasar marga Konghu ini berkisah tentang ketertarikannya dengan ikon tarian tradisional China yang kini menjadi legendaris bagi warga keturunan Tionghoa.

Daerah Fang Fei Hung merupakan daerah legendaris Barongsai di Tiongkok, dan Sang Ayah adalah pemain Barongsai, sejak usia 10

Ronald Sjarif pendiri yayasan Barongsai Kong Ha Hong

tahun, Ronald kerap mengikuti latihan dengan sang ayah bersama komunitasnya yang didirikan di Indonesia.

“Waktu kami masih kecil sekitar usia 10 tahunan, kami sudah ikut perkumpulan Barongsai namanya perkumpulan Barongsai orang KongHu di Indonesia, dan waktu itu kami ikut main dan latihan, akhirnya pada peristiwa 1965, yang dikenal peristiwa G30S PKI, seluruh perkumpulan Barongsai di Indonesia ditutup. Jadi kami tidak main lagi sama sekali,” kenang Ronald kepada Kabari.

Namun, pada tahun 1999, tepatnya pada tanggal 17 Agustus, Perkumpulan Barongsai tersebut di bangkitkan kembali dengan nama Kong Ha Hong yang merupakan yayasan marga Hong yang kini sudah berjalan hingga 19 tahun.

Menurutnya, belajar Barongsai adalah bakat dan hobi, “Yang paling penting adalah hobi, dan dilatih langsung bisa, dari kecil saya sudah main Barongsai,” katanya.
Lebih lanjut, ia berkata, “Untuk belajar Barongsai butuh waktu yang lumayan cepat tergantung bakat, dan itu lebih cepat, kalau ga bakat ya agak susah,” imbuh Ronald.

Dalam tarian Barongsai, pemain dibagi menjadi 2, pertama adalah memainkan sebagai Singa dan yang kedua adalah bermain musiknya untuk mengiringi saat Barongsai meliukkan tarian akrobatnya.

“Bermain Barongsai tidak hanya menjadi singa yang menari sebagai simbol Barongsai, namun ada pemain lainnya seperti memainkan musiknya, gembrengnya terdiri dari 4 orang, tambunnya, kemongannya, dan baru Barongsai, Barongsai itu ada dua, yaitu depan dan belakang yaitu kepala dan buntut,” jelas Ronald.

Selian itu, untuk jenis Barongsai pada umumnya ada dua, ada Barongsai Selatan dan Barongsai Utara. Masing-masing Barongsai memiliki karakter dan cara bermain yang berbeda, untuk Barongsai Kong Ha Hong adalah memainkan jenis Barongsai selatan.

Bagi Ronald, alasan memainkan Barongsai Selatan karena dinilai memiliki anatomi yang indah dengan menyerupai Singa, lain dengan Barongsai packaging yang merupakan jenis Barongsai utara, menurutnya, Barongsai tersebut kurang diminati di Indonesia karena kurang memiliki anatomi yang indah.

Meraih juara 2 untuk kategori traditional dan kategori tonggak di Yangzhou, Tiongkok.

“Maka orang lebih suka menyaksikan Barongsai yang seperti singa, karena dimainkannya oleh Fang Fe Hung, legenda Barongsai selatan,” katanya.

Ronald menjelaskan mengenai pembuatan Barongsai yang sangat terkenal di Negeri Tirai Bambu itu yang selalu menjadi ikon acara kebesaran bagi warga Tionghoa, seperti pada perayaan tahun baru China.

“Barongsai terbuat dari rotan, karena rotan itu lentur dan tidak bahaya, berbeda jika terbuat dari bambu, karena bambu itu tajam dan jika patah akan membahayakan bagi pemainnya,” terangnya.

Rotan dibuat sebagai kerangkanya, selain itu, kertas juga digunakan sebagai pelengkap untuk lebih sempurna menyerupai singa, serta bulu hewan juga digunakan untuk membuat Barongsai.

Dalam bermain Barongsai, diperlukan tahap pelatihan terlebih dahulu, baik secara teori dan fisiknya bagaimana cara bermain Barongsai.

Lainnya dari Ronald, ia berkisah, ketika yayasannya mendapat undangan untuk memainkan Barongsai di Pantai Indah Kapuk (PIK) saat setelah peristiwa kerusuhan Mei 98 yang silam, agar situasi bisa normal kembali, dengan demikian Barongsai juga memiliki makna yang sakral di dalam tariannya, tidak hanya dimainkan ketika perayaan hari besar saja.

“Waktu itu kami diundang oleh PIK untuk main di sana, karena pada waktu peristiwa Mei, PIK adalah salah satu yang parah dijarah, karena itu, dia mengundang Barongsai kami, setelah aman, yang tujuannya menolak bala, mengusir roh jahat dan mendatangkan rezeki. Itulah maksud tujuannya mengundang Barongsai kami,” kenang Ronald.

Pada saat itu, kata Ronald, “Pemain-pemain kami usianya sudah di atas 60 tahun, yang bibit baru belum ada sama sekali, karena pada waktu itu belum boleh main Barongsai, jadi yang kami mainkan orang-orang yang sudah tua yang waktu mudanya sudah bermain Barongsai,” katanya.

Dua tahun kemudian, yayasan Kong Ha Hong mulai merintis kembali dan menerima murid baru urntuk dilatih bermain Barongsai, dengan kriteria usia yang ditentukan yaitu mulai usia 8 hingga 18 tahun, dan bagi pemain yang usainya sudah mencapai 60 tahun di pensiunkan.

Dalam kejuaraan dunia, penampilan Barongsai dilibatkan pemain berjumlah 8 orang, yang terdiri dari pemain musik 6 orang (memainkan alat musik simba 4 orang, kemongan 1 orang, serta pemukul tambun 1 orang). Untuk pemain Barongsai terdiri dari kepala dan buntut dibutuhkan 2 orang. Jadi total 8 orang, pemain musik dan Barongsai.

Namun, kata Ronal, “Kalau untuk kejuaraan dunia pada umumnya yang ditampilkan adalah 10 orang, selain pemain Barongsai 8 orang, ditambahkan lagi 2 orang adalah ketua dan pelatih,” katanya.

Dengan demikian, idealnya pemain Barongsai yang harus dipersiapkan penampilannya adalah 10 orang.

Seiring perkembangan zaman, Barongsai memiliki kemajuan di setiap penampilannya, pada saat yayasan ini mulai berlatih Barongsai, dia memainkan teknik hanya di lantai saja, namun sekarang sudah memiliki penampilan yang menarik yaitu melompat di atas tonggak besi, seperti yang sudah Kong Ha Hong tampilkan, bahkan pernah menjuarai kejuaraan Barongsai di tingkat dunia.

Dikatakan Ronald, “Waktu dulu kami masih kecil, pernah berlatih dengan pelatih Barongsai asal Malaysia dengan permainan awalnya di lantai.”

Lanjut dia, “Ia pernah kami undang untuk melatih Barongsai di yayasan kami, seiring perkembangan zaman, Barongsai kini bermain di atas tonggak besi,” tambah Ronal.

“Dengan kemajuan yang pesat sekali banyak revolusi mengenai Barongsai, jadi yang dulunya Barongsai bermain kepala dan buntut yang jaraknya cukup panjang bisa 3 sampai 4 empat meter,” jelasnya.
Namun, ia menambahkan, “akhirnya dirubah anatominya persis seperti singa yang dimainkan oleh dua orang, depan dan belakang yaitu kepala dan buntut yang selisihnya cuma 1 meteran. Jadi di panampilannya persisi mirip singa,” terang Ronal. Sejak adanya revolusi Barongsai, penampilan Barongsai di atas tonggak besi kini semakin populer.

Makna Barongsai diperayaan tahun baru China atau yang lebih dikenal dengan Imlek, Ronald bercerita mengapa Barongsai dihadirkan saat perayaan hari besar tersebut.

Pada zaman dahulu, konon katanya ada makhluk yang sangat besar yang biasa disebut Nien dan ia kerjaanya selalu mencari mangsa, dan setelah mendapatkan mangsa, makhluk tersebut kembali ke hutan, hal tersebut ia lakukan setiap satu tahun sekali. Nah, pada saat itu, kata Ronal, “Seluruh warga di Tiongkok membunyikan tabuhan-tabuhan yang bising dan menyalakan api, akhirnya makhluk tersebut tidak datang lagi,” ujar Ronal mengkisahkan kenapa Barongsai ditampilkan saat perayaan Imlek.

Sejak itulah, Barongsai diciptakan yang anatominya mirip singa serta selalu diiringi musik. Dan ditampilkan setiap perayaan Imlek atau perayaan lainnya.

Di China, Imlek dirayakan setiap musim semi, pasalnya pada musim itu adalah musim semi yang paling indah, menurut warga keturunan Tionghoa, Barongsai harus ditampilkan sebagai ikon perayaan Imlek, dengan ritual yang bertujuan menolak bala, mengusir roh jahat serta mendatangkan rezeki.
Selain perayaan hari besar China, Barongsai juga dapat ditampilkan di perumahan biasa untuk ritual sebagai penolak bala, mengusir roh jahat dan mendatangkan rezeki.

Imlek itu dirayakan biasanya musim semi, kalau di negara 4 musim, musim semi lah yang paling indah sekali disitulah mereka memainkan Barongsai, maksud tujuannya adalah menolak bala, megusir roh-roh jahat dan mendatangkan rezeki, karena dulunya makhluk yang datang selalu memangsa apa yang ada, makanya diciptakan Barongsai. Uniknya lagi, kenapa selalu identik dengan warna merah, karena warna merah adalah warna keberuntungan.

Di tahun Anjing Tanah ini Ronal berharap, Indonesia aman, tentram serta seluruh masyarakat Indonesia bahagia dan makmur.

“Tidak ada lagi gempa bumi, tidak ada aral melintang, jadi masyarakat Indonesia aman dan tentram. Hidup kita maju dan itu harapan kami,” pungkasnya.