Tari Made merupakan salah satu desainer Indonesia yang concern terhadap batik. Pemilik Sakamade Boutique ini telah melanglang buana mengikuti berbagai event fashion show di dalam dan luar negeri. 

Terakhir pada Februari tahun ini, Tari bersama desainer Indonesia lainnya, seperti Septi Dwi Okana (Seinaa Hijab), Dian Narulita Hapsari (Kameela Hijabku), Dinda Damayanti (Azfoel by Dinda), Anita Gathmir (Puta Dino Kayangan), Kolaborasi ibu dan anak, Popong Sopia (Epoy Production by Nazla Aisy Uhlaq) , Meri Salmeri (Mary Indo), Dr Rosaline Rumaseuw (Dr R R Brand), dan karya Vanny Tousignant tampil di event New York Indonesia Fashion Week yang dihelat di New York, AS.

Di tahun sebelumnya, Tari Made juga sempat tampil NYIFW 2021, yang digelar Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) New York. Dengan mengusung 10 outfit bertema The Soul of Batik, Tari menampilkan koleksi busana Indonesia khususnya Propinsi Bali. Dimana batik tulis kontemporer menginspirasi keindahan pulau Bali dengan keanekaragaman alam baik flora dan fauna. Sekaligus kembali mensyukuri karunia keanugrahan dari Sang Pencipta atas segala karunia ilmu pengetahuan yang terus menerus.

Selain itu masih di tahun yang sama, koleksi busana Tari Made juga dipertunjukkan di Jogja Fashion Week (JFW 2021). Dalam JFW 2021, Sakamade Boutique menghadirkan rancangan bertajuk “Bli Bagus” yang lebih istimewa untuk dikenakan bagi kalangan tertentu yakni dengan Songket Bali yang dilengkapi sesaput kain Prada, kemudian untuk kemejanya juga tampil spesial dengan Batik.

Tari mengatakan Sakamade Boutique hadir karena hobi dan keisengan dirinya menggores perjalanan panjang mengikuti trend fashion dari masa ke masa. Tari mencoba merealisasikan keinginan dari sket-sket yang tertumpuk dan lingkungan lama yang diselaraskan dengan jiwa seni yang turun temurun dari keluarga.

“Sering di masa lalu ibu mendesain baju untuk kami. Karena ekonomi yang sederhana, jadi ibu itu buat bagaimana sebuah baju yang sudah jadi untuk didesain kembali buat tahun berikutnya menjadi baju baru. Saya kagum akan ide-ide brilian Ibu sehingga berangan angan kelak saya harus seperti dirinya,” tuturnya.

Produksi Sakamade Boutique saat ini lebih ke busana ready to wear meski untuk pelayanan dan merealisasikan desain untuk acara spesial juga bisa dikerjakan karena material Batik handmade bisa dirancang diawal untuk menentukan penempatan motif untuk sebuah rancangan.

Perencanaan sebuah desain diawali dengan mendesain gambar motif diselembar kain putih berlanjut diproses pembatikan dengan step by step. Dan untuk range harga disesuaikan dengan material (kain katun atau kain sutra). Sakamade Boutique menyasar pasar kalangan menengah ke atas selain juga bisa untuk permintaan massal, seperti uniform corporate atau baju kantor.

Tari berujar keunggulan Sakamade Boutique adalah spesialisasi motif sehingga jika ada kalangan konsumen yang tahu akan design itu biasanya akan menyebut produk kami. “Konsumen melihat pasar yang ada, kami tetap bisa melayani dengan mengkolaborasi material dan itu bisa terindentifikasi ke produk kami.”

Sakamade Boutique memperkenalkan produk busananya dengan sering mengikuti event fashion show dan eksibisi. Dengan mengikuti kegiatan ini memberi nilai tambah bagi Sakamade karena kedepannnya selalu ada pendampingan untuk dipertemukan dengan buyer.

Sejurus dengan itu, berkat adanya pendampingan dari institusi, Sakamade Boutique sebelum pandemi pernah terpilih mengikuti event tingkat Internasional dan ada beberapa buyer dari beberapa negara baru. Meski pandemi, Sakamade Boutique  juga memberanikan diri memenuhi undangan New York Indonesia Fashion Week sebanyak dua kali.  

“Saya selalu ingin menjalankan profesi ini sampai kapanpun karena semua ini dilandaskan rasa syukur yang tak pernah berhenti dan saya menjalankannya dengan rasa penuh bahagia dan ikhlas meski sandungan pasti ada tetapi menjadi cambuk untuk terus berkarya,” pungkasnya.