Kabarinews – Naiknya belanja modal pemerintah hampir 50 persen tahun-ke-tahun (year on year) telah mendukung pertumbuhan ekonomi pada kuartal ketiga dan dapat semakin mempercepat pertumbuhan pada tahun 2016 apabila perbaikan belanja ini terus berlanjut, menurut laporan terbaru Bank Dunia.

Reformasi lain seperti tujuh paket kebijakan ekonomi juga dapat memperbaiki sentimen investor, meskipun konsumsi rumah tangga domestik – pendorong paling utama pertumbuhan Indonesia – tumbuh lebih lambat dibanding tahun-tahun sebelumnya dan nilai perdagangan tetap lemah, menurut Laporan Indonesia Economic Quarterly (IEQ), edisi Desember 2015.

Kebakaran hutan tahun ini juga menghambat pertumbuhan PDB, dan membawa kerugian bagi Indonesia senilai USD 16,1 milyar, setara dengan 1,9 persen PDB atau lebih dari dua kali biaya rekonstruksi Aceh setelah tsunami 2004. PDB Kalimantan, daerah dengan dampak paling parah, turun 1,2 persen kuartal-ke-kuartal pada kuartal ketiga, sebagian akibat kebakaran dan asap.  PDB Kalimantan Timur turun 3.5 persen tahun-ke-tahun, dan di Papua turun 0.6 persen tahun-ke-tahun.

“Seiring dengan berkurangnya permintaan dari Tiongkok dan antisipasi pasar akan kemungkinan naiknya tingkat suku bunga Amerika, tahun depan penuh tantangan. Mungkin akan terjadi gejolak pasar. Karena itu, sangat dihargai komitmen anggaran akan investasi publik yang lebih banyak untuk infrastruktur, layanan kesehatan, dan program bantuan sosial. Hal tersebut dapat memperkuat proyeksi pertumbuhan dan membantu masyarakat miskin dan rentan,” kata Rodrigo Chaves, Kepala Perwakilan Bank Dunia di Indonesia dalam siaran persnya, Selasa, (15/12).

“Apabila reformasi dilanjutkan dan implementasinya efektif, Indonesia dapat menjaga diri  dari potensi volatilitas dan menikmati pertumbuhah lebih tinggi pada tahun 2016,” tambah Chaves.

Proyeksi Bank Dunia untuk tahun depan tidak berubah dari proyeksi IEQ Oktober 2015; proyeksi untuk tahun 2016 pertumbuhan tetap 5,3 persen. Pertumbuhan PDB pada kuartal ketiga sebesar 4,7 persen tahun-ke-tahun, sama seperti pada kuartal pertama dan kedua tahun 2015.

Meskipun belanja sektor publik telah membaik dengan anggaran lebih tinggi bagi prioritas pembangunan dan implementasi yang lebih cepat, penerimaan negara masih di bawah harapan. Hal ini bisa menjadi kendala bagi implementasi rencana belanja negara untuk tahun depan dan dapat membatasi prospek pertumbuhan.

Perkembangan sektor-sektor ekonomi lain kurang cemerlang. Investasi sektor swasta tetap lemah untuk tahun 2015, dan ekspor dan impor juga melemah, mencapai titik terendah sejak tahun 2010.

“Momentum reformasi telah memicu tujuh paket kebijakan ekonomi.  Bila diimplementasikan secara efektif, paket kebijakan dapat membantu pengurangan kendala bagi dunia usaha dan mendorong investasi swasta. Dalam jangka panjang, naiknya investasi tetap sangat penting guna kembalinya pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan perbaikan lapangan kerja,” kata Ndiame Diop, Ekonom Utama Bank Dunia di Indonesia.

Angka pengangguran naik dari 5,9 persen pada tahun 2014 menjadi 6,2 persen pada 2015. Sektor-sektor penyedia lapangan kerja adalah industri produktivitas dengan mobilitas terbatas, seperti konstruksi dan perdagangan.

Laporan IEQ edisi Desember 2015 juga memaparkan analisa mengenai kebakaran hutan dan pilihan kebijakan guna mengurangi kebakaran di masa depan.  Edisi terbaru ini juga mengkaji prospek Dana Desa, dimana transfer kepada pemerintah daerah akan bertambah secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Laporan terbaru ini juga memuat kajian awal mengenai potensi dampak persetujuan Trans-Pacific Partnership. (1009)