Manusia telah memakai pakaian untuk waktu yang sangat lama. Selama berabad-abad pakaian telah melayani tujuan yang berbeda. Seiring kemajuan, begitu pula pakaian dan cara pembuatannya. Akhirnya pakaian mulai digunakan sebagai bentuk ekspresi. Representasi dari apa yang membuat Anda unik.

Namun perkembangan zaman dengan teknologinya memiliki sisi gelap. Untuk pakaian, sisi gelapnya itu adalah fast fashion. Industri fesyen merupakan salah satu penyumbang sampah terbesar di dunia. Fast fashion dirancang untuk dibuat dengan murah, diproduksi secara massal, dan berkontribusi lebih banyak pada limbah.

Kita memiliki kemampuan untuk tidak hanya mengurangi limbah Anda sendiri dan mendukung brand fashion berkelanjutan yang berupaya menghadirkan mode zero waste fashion. Nah, salah satu brand lokal yang menjunjung tinggi zero waste fashion di Indonesia adalah Adrie Basuki. Adrie Basuki selalu mengangkat Kain Indonesia terutama Tenun Baduy, Tenun Lurik dan Batik) yang digabungkan dengan kerajinan tangan para pengrajin lokal untuk menghasilkan karya yang dapat membantu keberlangsungan dan ramah lingkungan.

Bekerjasama dengan komunitas merupakan caranya menjaga ekosistem ekonomi yang bermanfaat bagi banyak pihak, salah satunya menjadi salah satu inisiator untuk komunitas Ibu/Perempuan dikampung perca kota Bogor. KABARI pun dalam suatu kesempatan berbincang sedikit dengan Adrie Basuki perihal zero waste fashion dan bisnis fashionnya. Berikut kutipannya.

Apakah awalnya Adrie Basuki memang fokus pada zero waste?

Awalnya kami fokus pada penggunaan kain tradisional terutama kain tenun Badui dan mulai mengamati bahwa banyak kain yang terbuang dalam prosesnya, kemudian mulailah kami mengolah kain sisa tenun Badui untuk bisa dijadikan kain baru dan berkembang ke berbagai jenis kain, dimulai dari tahun 2018 dan berlanjut sampai dengan sekarang.

Bagaimana awal ketertarikan dengan zero waste fashion?

Awalnya dari keresahan bahwa banyak kain tenun badui yang terbuang dalam sebuah pembuatan pakaian, padahal waktu yang dibutuhkan untuk membuat satu lembar kain bisa 2 minggu sampai dengan 1 bulan. Inilah awalnya kami mulai mengolah kain sisa menjadi kain penuh rasa.

Soal Zero Waste Fashion, bagaimana Anda menjelaskan?

Zero waste fashion adalah sebuah konsep dimana kita meminimalisir jumlah limbah atau kemampuan kita mengolah limbah sehingga bisa berdaya guna dan dapat digunakan kembali.

Bagaimana penerapannya?

Di pendekatan zero waste Adrie Basuki adalah memastikan bahwa pakaian yang diproduksi, sisa dari produksi bisa diolah menjadi bentuk kain yang lain. Dan kain perca marmer Adrie Basuki adalah bentuk nyatanya, selain itu Ketika sudah bosan atau tidak dipakai lagi, pakaian tersebut bisa dikembalikan ke workshop Adrie Basuki untuk diolah kembali menjadi kain jenis baru.

Yang membedakan produk Adrie Basuki dengan produk lain yang sejenis?

Kami mencoba memperkenalkan circular zero waste yang berkelanjutan, kain yang dijadikan pakaian kami bisa terus diolah dengan kreativitas baru menjadi jenis kain baru dan dalam bentik yang baru.

Ke depan targetnya akan seperti apa untuk Adrie Basuki?

Saat ini kami terus membangun awareness dan ekuitas di pasar lokal maupun internasional untuk memperkenalkan kain daur ulang khas Indonesia yang saat ini berbeda dengan yang bisa ditemukan di pasar. Saat ini selain kami juga aktif di pagelaran fashion di Indonesia, kami telah berkesempatan untuk memperkenalkan karya kami di Moskow Rusia di tahun 2021 dan mengikuti pameran trade Internasional di Pure London, London 12-14 Februari 2023. Harapan kami, kain daur ulang Perca Marmer ini bisa menjadi salah satu kain khas Indonesia yang dikenal di lokal maupun internasional.

Bagaimana menurut Anda industri fashion sebagai salah satu penyumbang limbah yang mungkin terbesar selain industri lainnya?

Limbah merupakan sebuah akhir dari sebuah proses yang bisa terjadi di industri manapun, yang paling penting adalah tumbuhnya kesadaran dari pelaku di Industri tidak hanya mencari keuntungan semata tetapi berproses bagaimana kita bisa mengolah dan mengelola limbah ini dalam bentuk yang positif dan dilakukan dengan konsisten.

Lantas seberapa urgentkah zero waste fashion ini harus diaplikasikan di industri fashion di Indonesia?

Global warming dan climate change sudah menjadi isu yang sangat dekat dengan kehidupan masyarakat dunia, jika kita bisa memulai lebih awal menurut saya adalah langkah yang bijak untuk keberlanjutan alam semesta ini.

Menurut Anda, apa hambatan dalam industri fashion dalam menerapkan zero waste Fashion ini?

Hambatan di zero waste adalah di masalah waktu pengerjaan dikarenakan banyak menggunakan handmade process dan kita harus bisa melihat pasar dengan lebih jeli untuk mencari konsumen yang tepat di tengah maraknya fast fashion yang tentunya lebih menarik dari sisi profit. Selain itu banyak masyarakat umum yang belum menghargai zero waste fashion ini dengan lebih bijak, dikarenakan ini adalah pengolahan limbah kain, seringkali persepsi yang ada adalah ini barang bekas, padahal barang bekas ini diolah dengan kreativitas dan keterampilan tangan sehingga bisa menjadi produk yang menarik dan berkualitas.

Apakah zero waste fashion akan menjadi trend dalam industri fashion kedepannya?

Menurut saya kesadaran masyarakat bertumbuh setiap waktunya dikarenakan banyak sekali perubahan yang terjadi di alam semesta ini, sehingga menurut saya trend ini akan terus berlanjut di masa yang akan datang dengan segala diversifikasinya.

Oh iya, bisa diceritakan mengenai Kampung Perca?

Saya menjadi inisiator Kampung perca bersama ibu walikota Bogor, Ibu Yane Ardian di tahun 2020 dan berlanjut sampai dengan sekarang, dalam prosesnya dan perkembangannya kami menjadi partner yang konsisten untuk bisa memberikan kesempatan berkarya dan peningkatan skala ekonomi, karena setiap bulannya kami pasti bisa memberikan pekerjaan untuk komunitas kampung perca.

Sejauh ini bagaimana perkembangan dari kampung perca dan kontribusinya bagi Adrie Basuki?

Dimulai dari sebuah bangunan di lantai 3 yang tidak terpakai, kampung perca kini sudah memiliki bangunan tetap dan juga memiliki ruang pamer yang sangat memadai dengan bantuan berbagai pihak yang peduli terhadap pemberdayaan perempuan dan UMKM. Saat ini Kampung perca juga sudah menjadi tujuan wisata kota Bogor dengan berbagai aktivitas di dalamnya. Kontribusi para ibu di kampung perca sangat besar untuk kami, karena tanpa bantuan dan supportnya dalam pembuatan kain perca marmer, kami akan kesulitan memenuhi pesanan pasar yang datang pada kami.

Artikel ini dapat dilihat di Majalah Digital Kabari Edisi 186

Baca Juga: