Di dalam melakukan pembelian saham, terdapat satu strategi yang ampuh memberikan imbal hasil optimal sekaligus mengurangi risiko kerugian. Strategi tersebut disebut strategi Dollar Cost Averaging. Dollar Cost Averaging (DCA) adalah strategi menyisihkan penghasilan anda secara rutin dengan nominal yang sama secara berkala untuk membeli saham.

Strategi menabung saham rutin dengan adalah sebuah metode sederhana, di mana kita menginvestasikan sejumlah uang yang sama dalam periode waktu tertentu misalnya pada setiap bulan atau setiap minggu. DCA dilakukan untuk mencegah investor melakukan investasi berlebihan pada “waktu yang salah” yang dalam hal ini adalah di “harga tinggi”. 

Pasalnya, menentukan waktu yang tepat dalam berinvestasi adalah hal yang sangat sulit kecuali diikuti dengan faktor keberuntungan. Menabung saham secara rutin bisa dimulai dengan membeli 1 lot saham yang berisi 100 lembar saham. Harganya bervariasi, bahkan ada 1 lot saham yang bisa dibeli dengan Rp 100 ribu saja.

Gagasan di balik DCA ini adalah menabung secara konsisten tanpa mempedulikan naik atau turunnya harga saham, tanpa peduli kondisi ekonomi. DCA akan membantu investor disiplin untuk membeli unit yang lebih banyak pada waktu harga turun dan lebih sedikit pada waktu harga naik. Hal ini akan membuat investor dapat mengambil keputusan investasi yang lebih mudah dan terhindar dari keputusan yang bersifat emosional.

Kunci dari metode investasi DCA adalah disiplin. Metode ini diakui cukup baik karena mampu menghindarkan investor dari kecemasan dan atau keserakahan yang dipengaruhi fluktuasi harga harga saham di pasar. Bila harga saham turun ia tidak panik, tapi tetap membeli dengan jumlah nilai yang sama, maka ia dapat unit saham yang lebih banyak. Bila harga naik ia pun tidak khawatir, meski mendapat nilai yang lebih sedikit dibanding pembelian sebelumnya, tapi secara jangka panjang, investasi yang dilakukan berperan sebagai pengamanan terhadap risiko. 

Bagi investor yang ingin berinvestasi dengan usaha minimal dan membutuhkan waktu yang tidak terlalu banyak, metode DCA ini patut dicoba karena terbukti gampang dilaksanakan, aman, dan terbukti menguntungkan. Metode ini tentu saja bisa dilakukan dengan saham apapun, dengan catatan memiliki fundamental yang baik. Penjelasan mengenai memilih saham berdasarkan analisis fundamental dapat dilihat pada artikel Lifepal.co.id lainnya. Kita juga bisa menggabung dua saham bagus atau lebih, sebagai diversifikasi investasi.

Contoh penerapan Dollar Cost Averaging

Penjelasan yang lebih detail akan dijelaskan dalam contoh berikut ini. Seorang investor memiliki uang sisa gaji sebesar 2 juta per bulan yang dapat digunakan untuk berinvestasi setiap bulannya. Investor tersebut membeli saham A dengan harga 100.000 per Lot. Dengan Rp 2 juta yang ia sisihkan tiap bulan, maka jumlah saham A yang dapat ia beli adalah 20 Lot. 

Ketika harga saham tersebut turun menjadi 50.000 per Lot maka jumlah saham yang dapat ia beli menjadi 40 Lot atau menjadi lebih banyak. Lalu, ketika saham tersebut naik harganya menjadi 200.000 per Lot, maka saham yang dapat dibeli dengan uang 2 juta hanyalah 10 Lot. Strategi dollar cost averaging ini akan menyesuaikan lembar saham yang dapat dibeli dengan jumlah dana yang sama.

Dalam jangka panjang, strategi dollar cost averaging ini dapat membantu untuk mengurangi risiko pasar. Misalkan saja pada bulan kedua harga turun, kita tentu bisa membeli lebih banyak lot dibandingkan bulan sebelumnya. Namun saat naik, nilai saham yang kita miliki ikut naik walaupun besaran saham yang dibeli di bulan itu lebih sedikit dibandingkan bulan sebelumnya. Secara rata–rata, melakukan hal ini tetap akan memberikan keuntungan dalam jangka panjang.

Keuntungan Dollar Cost Averaging

Keuntungan dan keunggulan dalam menggunakan strategi dollar cost averaging adalah dapat meminimalisir kerugian dalam investasi ketika harga saham mengalami penurunan. Jika seorang investor menggunakan strategi investasi lump sum (sekali bayar di muka dan tidak menambah lagi), maka kerugian yang dialami bisa akan lebih besar karena investor tersebut tidak bisa melakukan averaging down (melakukan pembelian ketika harga saham turun untuk memperkecil rata-rata harga saham yang dimilikinya).

Dengan dollar cost averaging, maka investor tersebut dapat menurunkan harga saham rata-rata yang ia miliki ketika harga saham sedang turun. Oleh karena itu dollar cost averaging sangat berguna jika pasar terjadi koreksi (penurunan) yang sangat dalam ataupun krisis ekonomi.

Pada saat kondisi perekonomian membaik yang diikuti perbaikan harga saham di bursa, investor akan merasakan manfaatnya. Ketika harga saham yang harganya turun tersebut mengalami pembalikan arah atau rebound maka sang investor akan melihat bahwa potensi keuntungan sahamnya semakin meningkat, atau paling tidak, potensi kerugiannya dapat dikurangi dengan melakukan dollar cost averaging.

Kelemahan Dollar Cost Averaging

Meskipun Dollar Cost Averaging dapat mengurangi risiko dengan bagus tetap saja terdapat kelemahan di dalamnya. Ketika pasar sedang mengalami bullish (pertumbuhan) strategi ini malah mengurangi keuntungan dalam berinvestasi. Semakin naik saham maka semakin sedikit saham yang dapat dibeli sehingga imbal hasil pun akan semakin sedikit. Apalagi jika pasar mengalami tren kenaikan secara terus menerus, maka dollar cost averaging akan memberikan imbal hasil yang sedikit jika dibandingkan melakukan investasi secara lump sum di harga awal yang rendah.

Metode Lump Sum VS Metode Dollar Cost Averaging

Memborong saham sekaligus dalam jumlah besar atau yang lebih dikenal dengan metode lump sum lebih cocok dipraktekkan oleh investor saham berpengalaman dan terutama yang bermodal besar. Mereka mengetahui bagaimana caranya memilih posisi harga beli paling menguntungkan dan memahami bagaimana memilih perusahaan paling potensial. Dengan membeli sekaligus dalam jumlah besar, mereka bisa memperoleh keuntungan maksimal. 

Sementara itu, metode DCA lebih cocok untuk investor pemula dan investor yang tidak memiliki waktu dan pengalaman yang cukup untuk mengevaluasi dan menganalisa pasar. Metode DCA secara umum hanya baik ketika pasar mengalami koreksi yang signifikan. Dalam kondisi pasar yang bergerak normal atau mendatar, metode ini cenderung memperkecil tingkat imbal hasil yang diperoleh investor. Apa lagi jika pasar bergerak bullish, tentu metode lump sum akan meraup imbal hasil lebih banyak karena investor sudah masuk (sudah membeli saham) pada harga rendah. Beda cerita jika pasar bergerak naik dan turun atau mengalami koreksi secara signifikan, maka metode DCA menjadi lebih menguntungkan.

Simulasi strategi Lump Sum dan Dollar Cost Averaging

Simulasi di atas menunjukkan dua strategi investasi yang bisa dilakukan investor. Yang pertama dengan metode lump sum dan yang kedua dengan metode dollar cost averaging. Pada metode lump sum, investor kita simulasikan langsung menginvestasikan uang sebesar Rp 120 juta pada saham A, dengan harga 500 per lot. Ia mendapatkan 240 ribu lot saham A pada bulan Januari 2019.

Hampir setahun berlalu, pada bulan Desember 2019, harga saham A telah naik menjadi Rp1.000 per lot. Maka dengan lot yang dimiliki sebesar 240 ribu, nilai investasi sang investor dengan strategi lump sum telah berkembang menjadi Rp240 juta (240 ribu X Rp1000).

Sementara itu, seorang investor yang lain melakukan metode DCA dalam berinvestasi di saham A. Secara disiplin, setiap bulan si investor membeli saham A senilai 10 juta. Karena pada metode DCA ini kita menginvestasikannya tiap bulan, maka tentu pergerakan harganya berbeda dan tentu jumlah lot yang didapat akan berbeda pula. 

Berdasarkan perhitungan di atas, dengan simulasi pergerakan harga yang sudah dibuat, maka metode DCA lebih menguntungkan. Pasalnya, fluktuasi harga memberikan peluang kepada sang investor untuk membeli saham A dalam jumlah lot lebih banyak dengan besaran tabungan bulanan yang sama.

Sumber: https://lifepal.co.id/asuransi/jiwa/