Tahun ini, tepatnya 19 April, band asal Semarang, POWERSLAVES berusia tiga dekade.  Untuk menandai tonggak tersebut, sebuah buku biografi yang mengabadikan perjalanan karier musik mereka selama 30 tahun telah dirilis pada 1 November kemarin.

Berjudul “Find Our Love Again: 30 Tahun Rekam Jejak Powerslaves”, buku setebal 221 halaman ini memaparkan banyak kisah seru yang belum pernah diungkap. Bassis sekaligus leader POWERSLAVES, Anwar Fatahillah misalnya, mengungkap sisi lain dari kisah jatuh bangunnya band ini usai ditinggal para personelnya satu per satu.

Sementara itu, Heydi Ibrahim (vokalis) menuturkan masa-masa gelap kehidupannya saat terjerumus ke dalam dunia hitam narkoba. Dia juga membuat ‘pengakuan dosa’ soal keputusannya menjalani karier solo di saat POWERSLAVES berada di puncak popularitas.

Adapun Wiwiex Soedarno, mengisahkan secara detail penyebab dirinya dipecat POWERSLAVES usai album “Metal Cartoon” diluncurkan pada 1996. Terkuak, pembuatan video klip ““Sisa”” berjalan dalam suasana cuek-cuekan. Wiwiex dan empat personel Powerslaves lainnya tidak saling tegur sapa. Ya, sang kibordis datang ke lokasi syuting hanya untuk menunaikan kewajibannya sebagai musisi profesional. Setelah itu, pergi!

Buku “Find Our Love Again: 30 Tahun Rekam Jejak Powerslaves” juga dilengkapi cerita-cerita dari Agung ‘Gimbal’ Yudha (drum) dan dua additional guitarist saat ini; Robbie Rahman dan Ambang Christ. Tidak ketinggalan, ada kisah tentang detik-detik pensiunnya Andry Muhammad yang memilih untuk memperdalam agama Islam.  

Dua gitaris yang menjadi bagian dari saga POWERSLAVES selama era keemasan mereka, yakni DD Crow dan Acho Jibrani, juga mengungkap kisah-kisah seru. Menguak tabir, getir dan bikin mengernyit.

DD Crow buka-bukaan tentang konfliknya dengan Anwar Fatahillah saat formasi album “Ga’ Bakal Mati !!!” (2004) dibubarkan. Dia menyebut, “Anwar tidak gentle!” Sementara itu, Acho Jibrani menyebut dirinya goncang secara mental dan butuh waktu 4-5 bulan untuk bisa melupakan peristiwa pahit saat dirinya dipecat Powerslaves.

Buku ini ditulis oleh Riki Noviana, wartawan musik dan founder Indonesia Rock News Media (@inrocknesia) yang juga penggemar fanatik POWERSLAVES. Dia mewawancarai tiga perintis POWERSLAVES – Anwar Fatahillah, Heydi Ibrahim, Wiwiex Soedarno – secara intens selama satu setengah tahun, dari Februari 2020 hingga Agustus 2021.

“Banyak kisah yang tidak terdengar, terutama perihal konflik dalam tubuh Powerslaves, diangkat ke permukaan oleh Riki Noviana. Saat pertama ingin menulis buku ini, penulisnya memang mengatakan kepada kami bahwa dia ingin mengangkat soal konflik sebagai pisau analisa untuk generasi yang akan datang,” kata Heydi Ibrahim.

Pria kelahiran Leuwiliang, Bogor, Jawa Barat, tahun 1978 ini merinci jalan panjang POWERSLAVES dari panggung kecil di daerah hingga ke panggung besar di Ibu Kota yang membuat mereka menjelma menjadi duta rock and roll Semarang paling membanggakan. Ya, Riki memberikan laporan eksklusif tentang perjalanan POWERSLAVES yang berbatu dan sering kali lucu.

Lalu, apa alasan Riki Noviana memilih salah satu hits single dalam album debut “Metal Kecil” (1994) sebagai judul buku ini?

Ini judul paling perfect yang menggambarkan keseluruhan kisah dan perjalanan musikal Powerslaves. Mengapa perfect? Para perintis Powerslaves kembali menemukan cintanya dalam bermusik dan dunia panggung setelah mengalami keterpurukan, konflik, luka, dan bahkan kehancuran.

“Ini buku tentang kejujuran, yang saya tulis dengan ‘pena’ dan cinta. Buku ini tidak dibuat dengan konsep “rekam-tulis-simpan” dan setelah itu saya ikut menyebar kabar bohong. Butuh riset mendalam dan cover both side serta revisi belasan bahkan puluhan kali untuk menjadikannya seperti sekarang. Sejak awal, saya ingin menulis history, bukan sekadar his story atau malahan terjebak dalam kata sorry. Buku ini hadir menuturkan kisah…apa adanya,” tutur Riki Noviana.

“Find Our Love Again: 30 Tahun Rekam Jejak Powerslaves” menampilkan kata pengantar dari pengamat musik Denny MR, prolog dari pendiri Musikeras.com, Mudya Mustamin dan epilog dari eks pemimpin redaksi majalah HAI, Danie Satrio. Jepretan foto-foto konser dan susana backstage juga bersemayam di dalamnya.

“Buku karya Riki Noviana ini adalah pelengkap sebuah catatan perjalanan Powerslaves yang tidak bisa dibilang mulus. Buku yang juga dituturkan dengan voltase tinggi, sarat kobaran semangat murni untuk mengabadikan guliran karier sebuah kereta rock and roll, yang pernah terlempar keluar jalur dan mengalami luka dalam,” kata Mudya Mustamin dalam prolognya.

“Setelah buku yang ditulis oleh Riki Noviana ini terbit, saya berharap akan muncul lebih banyak lagi musisi yang berinisiatif merekonstruksi sejarahnya, agar literasi musik Indonesia tidak mati suri,” Denny MR menuturkan dalam kata pengantar buku ini.

“Find Our Love Again: 30 Tahun Rekam Jejak Powerslaves” diterbitkan melalui One Peach Media dan tersedia dalam dua versi: hard cover yang dibanderol Rp145.000 dan soft cover dengan harga Rp115.000. Untuk pemesanan, bisa langsung menghubungi akun media sosial Powerslaves.