KabariNews – Hingga saat ini banyak puncak gunung di nusantara sudah berhasil dijelajahi Ronny naik sepeda onthel kesayangannya yang dinamaninya, Pertiwi Nusantara. Dari Gunung Slamet, Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merbabu, Gunung Lawu, Gunung Arjuno, Gunung Agung di Bali, Gunung Rinjani, hingga Gunung Kerinci. Namun pria lajang anggota Komunitas Sepeda Tua Indonesia (KOSTI) ini merasa belum merasa cukup puas. Ia bertekad terus memuncaki gunung bersama Pertiwi Nusantara hingga Gunung Kilimanjaro di Afrika. Simak wawancara KABARI dengan empunya nama lengkap Ronny Hartono beberapa waktu lalu.

Kabari: Bisa diceritakan bagaimana awalnya Anda tercetus ide untuk mendaki atau menjelajahi gunung dengan Sepeda Onthel? Apakah visi dan misi Anda?

Semua berawal dari panggilan jiwa, keyakinan, niat yang tulus dan ikhlas. Dalam pendakian 27 puncak gunung saya terinspirasi oleh Bang Sabar Gorgi (kaki satu) seorang pecinta alam dan panjat tabing dari Surakarta (Solo). Melihat semangat beliaulah, saya jadi termotivasi untuk berkarya dan menggisi kemerdekaan dengan karya nyata. Visi saya adalah alamku jiwaku, alamku sahabatku, persahabatan terjalin, persaudaraan terengkuh bersama menggukir cinta kepada alam. Misi saya bersepeda keliling Indonesia dan mendaki gunung dengan sepeda onthel adalah menjalin silaturahmi, sekaligus menambah persahabatan dan persaudaraan dengan sesama Komunitas Onthel, pecinta alam dan komunitas anak negeri dalam mengampanyekan bersepeda, sekaligus mewujudkan go green transportation yang ramah lingkungan.

Kabari: Lantas kenapa selalu menyertakan dan menggunakan sepeda onthel dalam mendaki gunung?

Dulu saya pernah baca sebuah surat kabar tentang mendaki gunung dengan menggunakan sepeda MTB/sepeda gunung yang selalu digunkan untuk medan berat. Saya tidak heran kalau sepeda MTB memiliki oper gigi, jadi kalau jalan terjal dan menanjak, karena sepeda tersebut ada giginya. Kemudian dalam benak saya, saya ingin melakukan hal yang sama, tetapi menggunakan sepeda onthel tanpa oper gigi. Alhamdulilah akhirnya saya bisa menyelesaikan dan melakukan ekspedisi tersebut, karena di dunia ini tidak ada kata yang tidak mungkin. Selagi kita punya kemauan, pasti di situ ada jalan. Saya bersyukur, mungkin saya satu-satunya orang di Indonesia dan dunia yang mendaki gunung dengan sepeda onthel.

Kabari: Untuk pendakiannya sendiri, sudah berapa lama Anda melakukannya?

Untuk ekspedisi pendakian 27 puncak gunung bersepeda onthel membutuhkan waktu 2 tahun lebih. Awalnya ekspedisi pendakian tersebut hanya 10 puncak gunung, lalu menjadi 17 gunung dan 27 puncak gunung. Hanya bermodalkan uang 100 ribu, bagaimana caranya bisa mengapai 27 puncak gunung dan pendakian tersebut? Itu murni panggilan jiwa saya sebagai anak negeri.

Kabari: Di antara gunung-gunung yang pernah Anda jelajahi, adakah gunung yang paling sulit dan ekstrem?

Sepeda OnthelBagi saya, Gunung Leuser di Aceh merupakan gunung yang paling sulit kita daki, karena jalur pendakiannya merupakan jalur pendakian terpanjang di Indonesia. Data dan informasi yang saya dapatkan sekarang ini jalur pendakian Gunung Leuser merupakan jalur pendakian terpanjang di dunia. Selain Gunung Leuser di Aceh masih ada beberapa gunung yang sulit dan ekstrem, yaitu puncak Sejati (raung) Banyuwangi, Dempo Bukit Tinggi, Kerinci, Argopuro Probolinggo, Gunung Agung dan Rinjani.

*Kabari: Melakukan penjelajahan atau pendakian tentu menemukan suka dan dukanya. Bisa diceritakan?

Sukanya adalah ketika pendakian menghadapi rintangan yang kecil dann tidak berisiko dengan jalur trek yang tidak begitu menantang atau ekstrem. Begitu pula dengan logistik yang sangat mendukung. Namun dukanya, saat ketika kita menghadapi jalur pendakian yang ekstrem menantang dan terjal, apa lagi pendakian tersebut tidak ada alat pendakian yang mendukung alias nekat. Ketika menghadapi medan yang terjal dan berat, saya sering terpental dan jatuh tersungkur dan kepala sering terbentur batu dan terpelosok di tebing bibir jurang. Selain itu dukanya jika di sisi lain kita menghadapi paceklik tentang minimnya logistik kita. Jelas ini berisiko dan taruhannya adalah nyawa kita sendiri.

Kabari: Saat akan mendaki dan sewaktu mendaki apakah Anda melakukan sendiri? Atau berkoordinasi dengan siapa?

Dalam pendakian dengan sepeda onthel saya selalu berkoordinasi dengan sahabat pecinta alam dan semua pendakian saya selalu diantar dan didampingi sahabat lestari, baik dari Mapala maupun KPA. Alhamdulilah pernah mendapatkan piagam penghargaan dari WANADRI atau perhimpunan penempuh rimba dan pendaki gunung pada 22 Mei 2013 di Bandung, Jawa Barat.

Kabari: Kabarnya sepeda onthelnya yang Anda gunakan mempunyai nama?

Ya, dulu di Pulau Miangas tepatnya di ujung utara nusantara pada 18 November 2011, saya memberi gelar nama kepada sepeda (onthel) saya, yaitu Pertiwi Nusantara. Alasan pemberian nama itu karena Pertiwi Nusantara sudah menjelajahi dan keliling 4 penjuru Nusantara, yaitu dari Titik Nol Km di Sabang, Pulau Ndana Rote, Sota Merauke, hingga ke Pulau Miangas. Hal yang sangat wajar kalau saya beri nama sepeda saya dengan nama Pertiwi Nusantara.

Kabari: Sebelum mendaki gunung tentu mempersiapkan diri. Bagaimana persiapan yang Anda lakukan? Apakah sama dengan persiapan pendaki lainnya?

1907366_282273211945549_5320641181146650595_nSebelum melaksanakan aktivitas berpetualang/mendaki gunung yang saya lakukan adalah berdoa kepada Allah SWT dan yakin dengan niat baik kita dan selalu menghindari sifat, kata dan ucapan dalam jiwa kita, seperti takabur, angkuh, dan sombong. In shaa Allah alam akan menerima kita. Di sisi lain, persiapan harus matang dan berani menghadapi semua segala risiko. Saya sadar, karena apa yang saya lakukan taruhannya nyawa saya sendiri. Berkali-kali saya jatuh dan tersungkur, meringis kesakitan, tetapi saya tidak putus asa. Saya harus berdiri dan bangkit lagi serta tegar menghadapi. Semangat dan semangat itulah yang saya miliki. Apa yang saya lakukan adalah panggilan jiwa, seperti kata mutiara untuk anak negeri, Jadikan dirimu di dalam apa itu apa? Karena engkau dan aku belum apa-apa?

Kabari: Selama mendaki dan mencapai puncaknya, adakah kepuasan batin yang dirasakan?

Sujud syukur kepada Sang Maha Pencipta tentunya. Kepuasan batin juga pastinya saya dapatkan ketika 4 tahun lebih berpetualang, melakukan ekspedisi ke 4 penjuru Nusantara dan berekspedisi pendakian 27 puncak gunung. Dua ekspedisi sudah menghabiskan dan mengganti 5 ban luar dan 11 ban dalam.

Kabari: Bagaimana rencana ke depan? Apakah ingin mendaki gunung di luar wilayah Indonesia?

Rencana ke depan saya masih ingin berkarya di negeri kita sendiri, karena pada Mei ini akan melanjutkan aktivitas ekspedisi ke-2, ekspedisi pendakian 27 puncak gunung dengan membawa sepeda onthel khususnya di pulau jawa. Mulai dari Gunung Merapi pada 27 Mei 2015 dan finish di Gunung Salak pada 27 Juli 2015. Pada 2016, saya memiliki keyakinan yang kuat ingin mendaki Gunung Kilimanjaro di Afrika dengan sepeda onthel, serta dapat mengibarkan bendera Sang Saka Merah Putih pada 17 agustus 2016 di Puncak Kilimanjaro. (1009)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/76590

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

Hosana

 

 

 

 

kabari store pic 1