Ratnaganadi Paramita-1KabariNews – Ratna kecil begitu lekat dengan dunia entertainmen dan drama. Namun, seiiring dengan pertumbuhan waktu ilmu pengetahuan, ternyata berhasil menggelitik keingintahuannya tentang neuroscience. Ia pun mendalami bidang tersebut di University of California, San Diego (UCSD) dan lulus dengan predikat cum laude.

Sebelum menuntut ilmu Neuroscience di negeri Paman Sam pada 2010, Ratnaganadi Paramita pernah menjajal menjadi penyanyi cilik di awal 2000-an saat blantika musik Indonesia masih bertabur penyanyi-penyanyi cilik. Umurnya ketika itu masih belia, namun berhasil menelorkan beberapa album lagu anak. Bahkan salah satu albumnya berhasil menyabet Penghargaan Nasional (Anteve Award) sebagai The Best Album Edukatif untuk anak-anak.

Tak puas hanya menyanyi, Ratna pun menggali dan mengasah bakatnya menjadi MC profesional untuk program TV Nasional Melodi Ceria di RCTI selama dua tahun, kemudian setahun di TVRI. Kepada KABARI, Ratna mengatakan pernah terlibat dalam dunia akting juga sebagai supporting character di sinetron Bulan dan Bintang untuk beberapa episode, bermain dengan artis Nikita Willy.

Sambil asik berakting di layar kaca, tanpa dinyana Ratna pun aktif di dunia teater. Keterlibatan Ratna di dunia teater ini berawal saat pemilik salah satu kelompok teater Indonesia mengundangnya ikut bergabung.

Alhasil, kemampuan Ratna berteater pun terasah di kelompok teater ini, dan ia terpilih sebagai salah satu dari 10 Delegasi Indonesia untuk pergi ke The Asia-Pasific Festival Teater Anak tahun 2004 di Toyama, Jepang. Ia menjadi solois kelompok, berakting sekaligus menari. Pada 2006, ia menunjukkan kemampuannya dengan berhasil meraih medali emas pada 9th World Festival of Children’s Theater 2006, Lingen (Ems) di Jerman. Setelah membawa pulang Medali Emas dari festival tersebut, ia didapuk sebagai salah satu penerima Satyalencana Wira Karya di bidang Sains dan Seni dari Presiden RI pada 2007.

Tak hanya itu, Ratna pernah mengikuti 14th Mondial du Theater/14th World Theater Festival, Monaco pada 2009. Festival ini merupakan kali pertama Indonesia ikut, yang merupakan kegiatan rutin setiap 4 tahun dan sebagai agenda PBB untuk pertukaran seni dan Budaya Antarbangsa. Ratna sendiri saat itu berperan sebagai solis, aktris dan penari. Lakon yang dibawakannya berjudul Mission in Peace dengan durasi 60 menit. Tarian yang dimainkannya berasal dari Pulau Jawa dan Kalimantan, tampil lengkap dengan busana tradisional yang terbuat dari karung goni olahan.

Setelah banyak mengikuti kompetisi internasional teater dan seni, Ratna mulai berpikir ternyata ada suatu hal yang hilang yang sangat dia cintai semenjak kecil, yaitu dunia Sains. Ketika remaja ia tertarik pada dunia ilmu pengetahuan. Saat bersekolah di SMAK BPK Penabur Gading, Serpong Ratna merupakan siswa di Brilliant Class, yang dikhususkan untuk menekuni program ilmu yang berfokus pada materi olimpiade sains internasional.

Sejak awal masa sekolah, pelajaran yang diberikan sudah mengarah ke sains. Ratna pun mulai ikut berbagai kompetisi ilmiah tingkat internasional, salah satunya International Khautykov Olympiad, Honorable Mention in Physics di Almaty, Kazakhstan pada 2010. Dan Young Scientist Competition dari Universitas Parahyangan, Bandung pada 2009.

Berkecimpung di Dunia Neuroscience

World Physics Olympiad

World Physics Olympiad

Nah, ketika akan lulus SMA pada 2010, Ratna ditawari beasiswa oleh Eka Tjipta Foundation. Beasiswa ini, kata Ratna, untuk anak-anak penerima medali internasional di bidang sains. Untuk mendapatkan beasiswa ini harus mengikuti beberapa tahapan, mulai dari tes IQ, tes bakat, wawancara dan yang lainnya. “Kami ditanya tertarik pada bidang apa, dan sumbangsih apa yang akan diberikan kepada Indonesia bila sudah mempelajarinya. Kemudian setelah di-review, dari beberapa kandidat, hanya dua orang yang akhirnya mendapat beasiswa itu,” jelas Ratna.

Ratna menjatuhkan pilihan pada bidang Neuroscience setelah diarahkan oleh Profesor Yohannes Surya. Sebelumnya dia sempat bertanya-tanya kepada sang profesor apa itu Neurosaince.

Yohannes Surya menjelaskan, Neuroscience merupakan bidang ilmu pengetahuan baru yang cocok dengan Ratna yang suka dengan fisika, matematika, biologi, dan juga seni (art). Ratna pun melakukan riset untuk mencari tahu apa itu Neuroscience. Ternyata Neuroscience berhasil memikatnya dan segera melanjutkan studi ke luar negeri.

“Menurut saya, Neuroscience sangat menarik. Biasanya di computer science orang menggunakan sistem kerja otak untuk diaplikasikan ke mesin atau ke komputer. Saya berpikir bagaimana caranya menerapkan sistem di otak itu dipindahkan ke komputer,” lanjutnya.

Dan Neurosaince ini bidang ilmu yang mempelajari sistem saraf atau sistem neuron yang area studinya mencakup struktur, fungsi, sejarah evolusi, perkembangan, genetika, biokimia, fisiologi, farmakologi, informatika, penghitungan neurosains dan patologi sistem saraf.

Awalnya merupakan cabang dari ilmu biologi, namun ilmu ini telah berkembang dan menarik berbagai jenis ilmu lain untuk memanfaatkan pendekatan ilmu syaraf, termasuk di antaranya ilmu kognitif, neuro-psikologi, ilmu komputer, statistika, fisika dan kedokteran. Neuroscience cakupannya luas dan interdispliner dengan berbagai hal.

Chamber Ensembles Concert Photo Credit Michael T Villongco

Chamber Ensembles Concert Photo Credit Michael T Villongco

Mengenai penerapan Neuroscience dalam kehidupan nyata amat banyak. Baik dalam dunia pendidikan dan psikologi, juga di bidang bisnis komputer dan teknologi yang dapat membuat kinerja otak bekerja efisien. Ratna menjelaskan, salah satunya adalah penerapan Neuroscience di bidang kedokteran, seperti yang telah digunakan pembuatan artificial arm atau tangan robot bagi para veteran atau mereka yang kehilangan tangannya. Di situ dibuat pengontrolan gerak tangan yang dihubungkan melalui pemikiran otak orang yang bersangkutan. Jadi orang tersebut tinggal berpikir ingin menggerakkan tangan ke kiri, maka artificial arm-nya pun akan bergerak ke kiri.

“Ada juga penerapannya seperti saat profesor saya menggunakan pen yang dapat merekam note. Jika kita sedang menulis menggunakan pen di atas kertas, maka pen itu bisa merekam suara, lalu jika pen tersebut dicolokkan ke komputer, nanti akan muncul tulisan tangan si pengguna. Pen ini menggunakan teknologi otak yang dapat membaca tulisan yang diterapkan di sebuah pen.”

Selama empat tahun Ratna bergelut dengan Neuroscience. Putri pasangan Alika Chandra dan Pertiwi P Marga ini berhasil lulus dengan GPA mencapai 3,7 pada Juni 2014.

Sekarang ia bekerja sebagai Research Assistant di University of California, San Diego dengan fokus risetnya pada pengembangan anak, gabungan antara Neuroscience dari faktor genetik, hubungannya dengan akademik, perkembangan training di luar sekolah, musik terhadap perkembangan otak anak. Kesemuanya dilihat dari scanning otak anak secara struktural untuk melihat perkembangannya seperti apa.

Ke depan, rencananya Ratna akan kembali ke Indonesia dan berusaha memberikan sumbangsih untuk Indonesia dari ilmu yang dipelajarinya selama di Amerika Serikat. (1009)

Klik disini untuk melihat majalah digital kabari +

Untuk share artikel ini, Klik www.KabariNews.com/78309

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

______________________________________________________

Supported by :

lincoln

 

 

 

 

Kabaristore150x100-2