Badan pemerintah Indonesia yang menangani bidang kependudukan, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mencatat, di Indonesia, satu bayi meninggal tiap 2,5 menit. Itu sama saja dengan 430 bayi meninggal dunia setiap harinya. Sedangkan ada dua ibu meninggal tiap jam. Angka ini tergolong sangat tinggi.

Data tersebut berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007. “Kondisi saat itu kemungkinan tidak jauh berbeda dengan kondisi saat ini.Hal ini dibarengi dengan angka kematian ibu (AKI) melahirkan diIndonesia yang juga masih tinggi, yakni dua ibu meninggal per jam,” ujar Sugiri Syarief, kepala BKKBN di Jakarta Rabu.

Survei tadi juga menunjukkan angka kematian ibu mencapai 228 per 100.000 kelahiran. Pada tahun 2004, angka kematian ibu mencapai 300 per 100.000 kelahiran. Angka ini masih 65 kali lipat lebih besar dari kematian ibu di Singapura, 9,5 kali lipat lebih dariMalaysia. Bahkan, 2,5 kali lipat dari indeks Filipina.

Untuk mengatasi hal itu, menurut Sugiri memang dibutuhkan pengaturan kehamilan melalui alat kontrasepsi atau yang dikenal dengan program Keluarga Berencana (KB). KB tak hanya mencegah kehamilan, namun mempersiapkan ibu untuk dapat memperoleh keturunan dengan kondisi yang lebih sehat dan baik. Selama ini program-program dari BKKBN memang terkendala kondisi politik diIndonesia. Program KB dianggap sebagai program turunan dari orde baru. Akibatnya angka kematian dan kelahiran bayi pada tahun 1997 – 2006, nyaris tak terkendali.

Anggota Komisi IX DPR Caroline Margaret Natasha menegaskan,untuk mengubah kondisi angka kematian ibu dan bayi yang tinggi perlu komitmen politik dari pemerintah. Jadi, kata dia, harus ada gerakan yang sistemik dari seluruh unsur. Sistem kesehatan nasional di Indonesia juga harus diperbaiki. Saat ini,Indonesia masih mengacu pada program Indonesia Sehat 2010 yang notabene sudah lewat.

“Itu pun targetnya juga tidak tercapai semua. Makanya kita harus susun yang baru.Sekarang komitmen politik dari pemerintah bagaimana? Anggaran kesehatan kita saat ini tidak termasuklima besar.Dari sini saja bisa tergambar political will pemerintah belum kuat,” tegas Caroline.

Untuk share artikel ini klik www.KabariNews.com/?36452

Untuk melihat artikel Jakarta lainnya, Klik di sini

Mohon beri nilai dan komentar di bawah artikel ini

_____________________________________________________

Supported by :